Bagian Pertama : Merah

3.5K 324 12
                                    


Berbicara mengenai warna, siapa pun tahu merah adalah favorit seorang Jeon Jungkook.

Well, tidak perlu bukti yang istimewa juga, sih. Taehyung bahkan bisa menyebutkan benda seperti kaus merah, sepasang converse merah, bingkai kacamata merah, bonnie hat merah, lip balm rasa ceri berwarna merah, bahkan cover ipod merah.

Segalanya berwarna merah, ya—seperti itulah.

"Menunggu lama?"

Taehyung mendongak, lalu mengulas cengiran lebar ketika pemuda tinggi itu—entah sejak kapan—sudah berdiri di depannya. Ia segera meletakkan kertas gelas kopi yang sedari tadi menemani dalam dingin di samping kanan sebelum kembali memandang Jungkook.

"Tidak juga," jam pada pergelangan tangan dilirik usil, "well, sepuluh menit mungkin tidak sebanding dengan enam puluh menit."

Jungkook mendengus kecil. Alih-alih mengambil posisi duduk di samping Taehyung, ia malah mengulurkan satu tangan dan mengacak puncak kepala pemuda AB itu. "Itu lama. Aku yang terlambat atau kau yang datang terlalu cepat?"

Dua puluh menit yang lalu, Jungkook mengiriminya pesan singkat. Meminta Taehyung untuk bertemu di taman pinggiran kota, pada pukul tujuh malam tepat ketika salju mulai turun. Taehyung, yang saat itu terlalu bereuforia karena Jungkook mengajaknya keluar, memilih untuk datang lebih cepat sepuluh menit.

"Menurutmu?" uap tipis keluar ketika Taehyung berbicara. "Lucu saja kalau kau yang datang lebih dulu."

"Itu wajar, karena kau sering lupa waktu."

"Aku bukan pelupa,"

"Kau pelupa."

"Tidak."

"Ya."

"Tidak."

"Ya—tch, bisa kita bicarakan yang lain saja?"

Taehyung tertawa renyah, renyah sekali. Mengabaikan dingin yang sebelumnya sempat mampir di sekitar pipi dan kesepuluh jemarinya. Jungkook lagi-lagi mendengus, tapi tidak menghentikan dirinya untuk melepas syal, melilitkannya di sekeliling leher Taehyung, lalu membenahinya dengan telaten.

"Hari ini dingin," sahut Jungkook lugas, seolah tahu Taehyung akan bertanya dan ia menjawabnya lebih dulu. "Dasar, kenapa memaksakan diri sekali, sih?"

Taehyung tertegun.

Bukan karena perkataan Jungkook benar adanya. Namun ketika ia merasakan ujung-ujung jari Jungkook mulai bermain nakal; mulai dari merayap naik menyentuh dagu, menetak mandibulanya dengan perlahan, menelusuri rahang dan tulang hidung, menitik lembut di sepanjang pelipis, sebelum akhirnya kembali turun dan menangkup kedua pipinya; tidak erat, tapi juga tidak longgar. Membingkainya bak porselen rapuh. Hangat, juga hati-hati.

"Beku sekali. Kemari, biar aku hangatkan." Ucapan akhirnya itu ditutup dengan seulas senyum lebar. Khas seorang Jeon Jungkook.

Taehyung menggigit bibir, lantas mengalihkan tatapan agar mata mereka tidak bertemu. "Memang," ia berdeham kecil, "tapi ini hangat."

Ada warna favorit Jungkook di sana. Sapuan samar yang manis.

Memoles wajah Taehyung tanpa permisi.

"Omong-omong, wajahmu merah, Taehyung."

"Berisik."

.

.

.

merah, selesai. 

.

A/N : belum sepenuhnya end kok X"D ini kumpulan drabble, hehe. 

L'arc en Ciel (KookV Fancition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang