ONE

26.6K 2.5K 335
                                    

'May God of Fortune always with me,' batin Wendy saat memasuki gedung pencakar langit di depannya.

Ia menarik napas terlebih dahulu. Memantapkan hatinya. Mengontrol senyumnya agar terlihat seprofesional mungkin. Ini adalah hari penentuan untuk karir pertamanya setelah lulus dari U of T atau lengkapnya adalah University of Toronto, dari Kampus Rotman, Divisi Management.

Son Seungwan, atau sering dikenal dan dipanggil dengan Wendy Son ini memang bukanlah lulusan terbaik, namun ia masih termasuk dalam jajaran lulusan di atas rata-rata.

Banyak perusahaan yang ingin merekrutnya. Namun hanya satu perusahaan besar asal tanah kelahirannya, Seoul, yang menarik perhatiannya. A company group. Membawahi berbagai perusahaan dalam berbagai bidang.

Jabatan yang ditawarkan pada Wendy pun sangat menggiurkan, Asisten Presiden Direktur alias asisten pemilik perusahaan raksasa Korea dengan gaji luar biasa. Bukan COO, bukan CEO, bukan pula Direksi ataupun Komisaris, melainkan Presiden Direktur yang akan menjadi atasannya. Jumlah gaji tiga bulan saja dapat membeli sebuah apartment yang ia tinggali dengan orangtuanya di Toronto. Bagaimana mungkin Wendy menolaknya?

Ia mendapatkan tawaran ini dari Kepala Kampusnya lewat telepon. Tentu saja berita perekrutan ini legit dan dapat dipercaya. Wendy segera mencari informasi tentang perusahaan ini. Min Corporation, dengan pemilik perusahaan bernama Min Yoongi yang akan menjadi calon bosnya. Jika ia diterima menduduki posisi yang ditawarkan tersebut.

Tanpa pikir panjang Wendy segera mengirim CV dan berkas-berkasnya lewat email. Ia juga mengirim hard copy-nya dari Toronto ke Seoul dengan titipan kilat. Ongkos kirimnya luar biasa mahal. Namun Wendy tidak peduli. Berkorban sedikit mengurangi uang jajannya setengah bulan tidak akan merugikannya jika ia mendapatkan pekerjaan ini.

Ternyata Wendy berhasil melewati tahap administrasi dan diminta untuk datang ke head office di Seoul untuk interview. Ia harus berangkat ke Korea. Walaupun ia terpaksa menggunakan uang tabungan sisa beasiswa yang ia terima selama masa kuliah. Orangtua dan teman-teman Wendy pun sangat mendukung keputusan ini. Tentu saja. Kapan lagi?

Maka disinilah Wendy, berjalan masuk ke dalam gedung berlantai dua puluh tiga itu. Ia segera menghampiri meja informasi dan resepsionis yang terletak tepat berhadapan dengan pintu utama gedung.

Wendy memberikan senyumnya pada  wanita yang berdiri menyapanya.

"Selamat datang di Min Corp. Head Office. Ada yang bisa saya bantu Nona?" Resepsionis itu membalasnya dengan senyum ramah dan menjabat tangan Wendy.

"Saya Son Seungwan. Saya datang untuk interview."

Wanita itu mengetik sesuatu pada komputernya. "Harap tunggu sebentar." Beberapa detik kemudian ia berbicara lagi. "Oh, benar, Nona Son. Anda dapat menghadiri interview di lantai delapan. Interview akan diadakan dua puluh menit lagi." Petugas informasi itu memberikan sebuah tag bertuliskan 'Visitor'.

Wendy tersenyum lagi. Segera mengalungkan tag tersebut ke lehernya. "Terimakasih."

"My pleasure. Good luck, Miss Son."

Dibalas gadis itu dengan menundukkan kepalanya sedikit dan gumaman terimakasih. Ia berjalan menuju dan masuk ke dalam elevator dengan red vintage interior yang ditunjuk oleh petugas informasi tadi.

Di dalam elevator, Wendy terus menerus menggosokkan telapak tangannya yang dingin. Kebiasaannya jika ia sedang gugup. Maklum saja. Ini adalah interview pertamanya.

Bertemu dengan karyawan lainnya membuatnya semakin gugup. Melihat ramainya aktifitas kantor membuat Wendy berpikir sepertinya akan sangat menyenangkan bekerja di perusahaan ini.

MEAN BUT MINEOn viuen les histories. Descobreix ara