EXTRA PART : DARCY RAY STYLES

4.8K 272 50
                                    





Semilir angin menerpakan pakaian seorang gadis yang berjalan di tengah kesunyian, berharap seluruh kepahitan di hidupnya seperti dedauanan yang berterbangan karena tiupan angin. Terbang bebas, menghilangkan segala luka tanpa bekas sedikitpun.

Dingin yang menusuk kulit, sudah biasa di rasakannya. Tanpa kehangatan yang meyelimuti.

Dihentikannya langkahnya yang gontai, tersenyum pilu terhadap benda yang berada di genggamannya yang melambangkan tanda kasih sayangnya.

Diperhatikannya dua buah makam dihadapannya, tanah yang dimana mengubur sumber kebahagian yang diberikan Tuhan kepadanya.

Dia berjongkok, dan meletakkan bunga-bunga yang berada di genggamannya ke atas makam yang sudah ditumbuhi rumput liar ini.

Air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya yang tak dapat menahan, kini sudah terjatuh bebas mengenai tanah.

Entah mengapa sangat sulit untuk menerima kenyataan pahit ini semua. Berkali-kali mengingatkan dirinya sendiri utuk tidak menangisi kedua orang ini.

Orang tua-nya.

Munafik. Kata itu lah yang selalu terngiang di fikirannya. Seberusaha apapun ia melawan kesedihannya, namun tetap saja, rasa rindu yang menang kelak.

"Mengapa Tuhan tak membawaku bersama kalian?" Tangisnya pilu.

Langit yang seakan mengerti perasaannya, berubah warna menjadi ke oranye-an.

Gadis ini berjalan keluar dari area pemakaman ini. Sadar tak sadar ia berjalan menuju tebing yang berjarak tak jauh di hadapannya.

Ia berdiri dipinggiram tebing itu, merasakan hempasan angin yang seakan mendorongnya.

"Senja yang indah.. kuharap aku bisa menikmatinya dengan sedikit kebahagiaan dihatiku."

"Sedikit saja" lanjutnya yang berbicara pada langit senja.

"Bolehkan aku bahagia Tuhan?" Tanyanya menghadap langit.

"Aku ingin menyerah, menyerah mencari pengganti kebahagiaanku. Karena aku benar-benar lelah..."

"Aku.. Aku sudah tidak tahan
lagi" ia menutup matanya erat, membiarkan angin yang seakan mendorongnya.

Senyuman pilu lagi-lagi tercetak di bibir mungilnya.








bersambung..






'Hiiks'

"Menyebalkan!" Rutukku sambil menghapus air mata yang jatuh di mataku.

"Bagaimana bisa kisah gadis ini begitu menyakitkan" ucapku lalu mematikan televisi dihadapanku.

"Rasanya tak adil, semua orang yang disayangi dan menyayanginya meninggalkannya sendirian!" Ucap gadis di sebelahku dengan geram, kondisinya sama sepertiku, menangis tersedu.

"Aku benci film ini" ucapku kesal.

"Dasar kekanakan" suara yang sudah sangat kukenali ini benar-benar mengganggu kami.

Aaron memberikan tissue kepadaku, dan ke Amanda yang disebelahku.

Aku mengambil tissue itu sambil memicingkan mata kepada adikku ini, namun dengan sikap bengalnya ia hanya memutarkan kedua matanya dan kembali duduk memandangi kami berdua-aku dan amanda- layaknya kami adalah salah satu korban film.

"Kamu ini gapunya hati, makanya liat begituan ga sedih" ucap amanda yang kesal kepada adikku.

"Benar" ucapku menyetujui.

Fake Marriage With Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang