4

1.6K 196 5
                                    

Hanbin menyandarkan punggungnya di balik sebuah pohon tua yang menjulang tinggi keatas. Lelaki itu sedang tidak ada di mood yang baik saat ini.

Sesekali kakinya menendang beberapa batu kecil yang berada dekat dengannya.

Ia menolehkan sedikit kepalanya kearah kanan. Pemandangan itu kini ia lihat sekali lagi, begitu memuakkan baginya.

“Cih, kenapa dia lagi?”

Hanbin sudah mulai muak untuk berdiri disana, seperti sebuah semut yang tidak disadari kehadirannya.

Ia melangkahkan kakinya dengan langkah yang angkuh meninggalkan tempat tersebut.
Ia menyusuri korridor masih dengan langkah angkuhnya, tak jarang ia tak sengaja menubruk bahu seseorang yang berjalan melewatinya—dan tentu saja ia tak meminta maaf atas perbuatannya tersebut.

“Hei, kau kenapa?”

Seseorang mencengkram pergelangan Hanbin dengan kuat hingga langkahnya pun terhenti , Hanbin sudah bersiap memasang wajah kesalnya—namun ia mengurungkan niatannya tersebut.

Bobby menatapnya dengan khawatir, pria yang kesehariannya ceria kini menautkan alisnya dan menatap Hanbin—seolah meminta sebuah penjelasan.

“Bobby ya, lepaskan tanganku” Hanbin hendak menepis tangan Bobby tapi tangan pria itu terlalu kuat darinya. Tentu saja, Bobby rajin latihan basket sehingga otot tangannya menjadi lebih kuat dari yang lainnya.

“Kau sedang marah? Ada apa? Ceritakan padaku,” ucap Bobby, Hanbin menghela nafas kasar. Ia menatap tajam kearah Bobby.

“Aku sedang tidak ingin bertengkar Bobby ah, lepaskan aku dan biarkan aku sendiri,”

--------------

“Butuh Tissue?” Jinhwan menyodorkan sebungkus tissue kecil kearah Hayoon, dengan senang hati gadis itu menerimanya dan segera mengusap sisa air matanya.

“Kau sudah tenang kan? Ayo ceritakan semuanya padaku,” ucap Jinhwan, Hayoon menghela nafas panjang sebelum ia akan bercerita.

“Jinhwan ah, apa aku berlebihan bila cemburu melihat orang yang kusuka bersama orang lain?” Tanya Hayoon.

Jinhwan memerengkan kepalanya dan mengendikan bahunya “yah, mungkin tidak karena cemburu itu wajar saja…

…Apa kau cemburu melihat Hanbin dan Seulgi?” Tanya Jinhwan, Hayoon mengangguk lemah.

“Hei, jangan terlalu dipikirkan. Mereka tidak mungkin memiliki hubungan seperti itu,”
“Bukankah kita tidak tau? Mungkin saja bukan?”
“Jangan berpikiran negatif begitu Hayoon ah”
"Aku merasa seperti seseorang yang asing baginya,” Hayoon menghentak-hentakkan kakinya pelan ditanah.

“Walau kau tau kau tidak dianggap karena dia sedang amnesia apa kau tetap akan mencintainya?” Tanya Jinhwan.
Hayoon tersenyum tulus dan memandang kearah Jinhwan.
“Tentu saja, karena aku sangat mencintainya”

------------

Hanbin masih dalam kondisi mood yang tidak baik saat ini, bahkan ia mengacuhkan Bobby—tidak ada yang bisa dilakukan pria gigi kelinci itu selain diam.

Hanbin berjalan kearah lokernya, ia hendak menaruh beberapa buku paket yang terlalu berat bila harus dimasukkan ke dalam tasnya.
Ia menaruh beberapa buku tebal tersebut kedalam lokernya, namun saat sedang menaruhnya sesuatu yang sangat kecil jatuh dari dalam lokernya, Hanbin segera memungutnya dan menatap bingung kearah benda itu.

“Surat?”

Ia membuka Amplop kecil itu dan melihat sebuah karcis theater dan sepucuk surat kecil, karena rasa penasarannya yang besar ia segera membukanya.

Strangerㅡhanbın [Private]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang