Plok...plok...plok... tepukan tangan meriah memecah ketegangan. Mereka bangga melihat keberanian Yuki. Boni menatap mereka yang bertepuk tangan dengan tajam. Mereka hanya menjulurkan lidahnya pada Boni. Yuki tersenyum kecil.

"You're looser," bisik Yuki.

Yuki melepaskan tangannya dari Boni. Boni meringis kesakitan. Ia menatap Yuki penuh kebencian. Namun sedetik kemudian, ia pergi menitidaklkan Yuki. Semua berseru mengejek Boni yang pergi dengan merintih kesakitan. Dari atas, siswa yang lain menertawakan kekalahan Boni. Sungguh memalukan. Kalah dengan seorang gadis. Boni menoleh ke belakang, Yuki melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar. Boni pun mengalihkan pandangannya, lalu menghilang entah kemana.

à à à

Seorang lelaki berpakaian rapi, memakai jas hitam yang pas dengan tubuhnya memasuki sebuah gedung. Lebih tepatnya sebuah hotel berbintang. Ia berjalan seraya tersenyum pada siapa saja yang ditemuinya. Semua mata wanita memandang ke arah lelaki itu. Sebagian dari mereka yang mengedip-ngedipkan matanya bahkan tersenyum menggoda pada lelaki itu. Ia hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. Ia berdiri di depan lift. Bersiul pelan sambil menunggu pintu lift terbuka.

Ting!!!

Ia pun segera masuk ke dalam lift. Lalu mengambil sesuatu dari balik jas di belakangnya. Sebuah pistol jenis Heckler buatan Jerman tergetidakm di tangannya. Ia melirik ke atas, saat ini ia berada di lantai 5. Itu artinya titidakl 5 lantai lagi harus ia lewati.

Ting!!!

Lelaki itu mengarahkan pistolnya ke depan. Ia berjalan perlahan, tapi pasti menuju sebuah ruangan yang ada di depannya.

"I'm ready..."

Kreekk... ia membuka pintu di depannya dengan pelan. Lalu ia masuk perlahan sambil mengedarkan pandangannya. Tangannya selalu waspada. Ia menghentikan langkahnya. Sudut matanya menangkap satu gerakan di sebelah kanannya. Ia pun langsing mengarahkan pistolnya. Sebuah tirai berayun karena jendela yang terbuka.

"Sial!" umpatnya.

Ia pun berlari ke arah jendela, melihat ke bawah. Seorang lelaki merayap di dinding gedung. Ia tersenyum ke arah lelaki yang memegang pistol. Lelaki itu pun berlari keluar. Lalu menuruni tatidak darurat. Ia berlari secepat mungkin. Napasnya terengah-engah saat tiba di dasar tatidak. Ia pun keluar dan menuju sebuah ruangan. Sambil mengarahkan senjatanya ke jendela. Ia membuka jendela ruangan itu. Dan...

Dorr!!!

Aakkhhh... Sebuah tembakan tepat mengenai sasaran. Orang yang merayap di dinding gedung tadi melayang bebas dan jatuh ke bawah. Arrrghh... orang-orang yang berada di bawah berteriak histeris melihat orang jatuh dari atas. Mereka mengerumuni orang itu. Dan dapat dipastikan orang itu sudah tewas.

"Misi selesai."

Lelaki itu merapikan jasnya. Ia kembali memasukkan pistolnya ke belakang jasnya. Ia berjalan pelan menuju sebuah lift. Ia pergi ke lantai dasar. Saat sampai di sana, orang-orang sudah heboh dengan aksi bunuh diri itu. Ia tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya pada seorang gadis yang sedang mengedipkan sebelah matanya. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Lebih cepat dari perkiraannya.

Beep...beep... ponsel lelaki itu bergetar. Ia pun merogoh sakunya. Sebuah nomor tanpa nama tertera di layar ponselnya. Ia mengerutkan dahinya bingung. Nomor siapa ini? Ia tidak mengenalnya. Tapi, akhirnya ia pun mengangkat komunikasi itu.

"Halo," ucapnya pelan. Suara lelaki itu terdengar sangat berat.

"Benarkah Anda wali dari Yuki Cameron?" tanya suara di seberang.

"Ya, benar. Maaf ini siapa?"

"Saya Kepala Sekolah dari SMA Budi Harapan, saya ingin bertemu dengan Anda. Saya ingin membicarakan tentang Yuki," Orang itu terdiam sejenak.

My Lovely Agent || Mission of LoveWhere stories live. Discover now