Bagian Satu

1.1K 114 2
                                    

"Siapa yang berani sama gue, hah?!?" teriak Boni, anak pemilik yayasan SMA Budi Harapan. Semua yang berada di sana hanya diam. Tidak ada yang berani bersuara.

Di bawah kaki Boni, ada seorang anak laki-laki yang tertindas. Ia meringis kesakitan. Pasalnya, Boni menginjak tangan kanan anak itu dengan kaki kanannya. Ia pun sesekali dengan sengaja menekankan kakinya ke tangan anak itu. Ia tertawa terbahak. Merasa puas. Merasa paling hebat dan kuat. Karena statusnya sebagai anak pemilik yayasan membuat anak-anak SMA Budi Harapan tidak ada yang berani melawannya. Mereka hanya bisa diam dan menonton aksi bullying yang dilakukan Boni terhadap anak yang lemah di matanya.

"Gue..." ucap seseorang dari belakang.

Terdengar langkah seseorang memecah kesunyian. Ia berjalan di antara kerumunan anak-anak yang menonton aksi bullying Boni. Boni menyipitkan kedua matanya tajam. Seorang gadis berjalan pelan ke arahnya. Ia melipat kedua tangannya di dada. Menatap Boni dengan ekspresi meremehkan. Ia tersenyum miring.

"Elo? Oh, anak baru itu 'kan? Berani lo sama gue?" tanya Boni sambil tertawa mengejek.

"Kenapa gue harus takut sama lo, banci!" ucap gadis itu sambil tersenyum.

Boni menatap tajam ke arah gadis itu. Gadis dengan rambut panjang sedikit pirang yang diikatnya tinggi. Tubuhnya tinggi semampai dengan kulit putih. Serta mata yang membentuk eye smile saat ia tersenyum. Namun, matanya memiliki sorot mata yang tajam ketika sedang menatap. Yuki Cameron. Nama itu tertera di name tag seragamnya.

"Elo bilang apa tadi?" tanya Boni tajam.

"Elo beraninya sama orang yang ngga berdaya. Ckckck... itu salah satu sifat pengecut." ucap Yuki sambil tertawa sinis. Boni menggeram. Ia mengepalkan tangannya.

"Elo... jangan macam-macam sama gue. Lo ngga kenal siapa gue," ketus Boni. Yuki tersenyum tipis.

"Gue emang ngga kenal sama lo. Bahkan gue ngga peduli siapa lo. Tapi, yang gue tahu lo itu cuma cowok bodoh yang ngga punya apa-apa. Merasa hebat karena orang tua lo berkuasa. Dan karena otak kosong lo itu," ujar Yuki sambil tertawa kecil.

"Heeeiiii..." teriak Boni. Ia pun mendekati Yuki, lalu menarik kerah baju Yuki. Semua menjadi tegang melihat aksi Boni. Cowok itu ternyata nekat juga.

"Jangan lo pikir karena lo cewek gue ngga berani bikin lo bonyok," desis Boni tajam.

"Really? Do it..." ucap yuki datar.

Kedua rahang Boni mengatup keras. Ia pun mengangkat tangan kanannya. Mengarahkannya ke wajah Yuki. Yuki menatap lekat mata Boni tanpa rasa takut. Hanya beberapa senti lagi kepalan tangan Boni akan menyentuh wajah mulus Yuki. Namun, dengan cepat Yuki mengambil kendali. Ia pun menendang kaki Boni. Lalu memukul hidung Boni. Dan mengunci lengan Boni ke belakang.

"Elo..." Boni meringis menahan sakit.

"Jangan pernah main kekerasan sama gue. Karena lo ngga tahu siapa gue," bisik Yuki tajam. Ia semakin mengeratkan kunciannya pada tangan Boni.

"Lepasin gue!!!" teriak Boni sambil meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tapi sepertinya usahanya itu sia-sia. Yuki terlalu erat mengunci lengannya.

Semua anak-anak yang melihat itu menjadi tegang. Baru pertama kali ada seseorang yang berani dengan Boni. Seorang gadis pula. Selama ini mereka takut karena kedudukan Boni yang notabene anak dari pemilik yayasan. Tapi, hari ini status itu tidak ada apa-apanya di mata Yuki. Gadis itu dengan berani dan tanpa takut sedikit memberi pelajaran pada Boni. Mempermalukan Boni di depan anak-anak SMA Budi Harapan.

My Lovely Agent || Mission of LoveWhere stories live. Discover now