“Ayo ke kantin, aku lapar,” ajak Bobby, Hanbin melepaskan rangkulannya “Pergi sendiri sajalah,” jawabnya dingin.
“Oh ayolaah” Bobby mem poutkan bibirnya dan menatap Hanbin dengan tatapan memelas.
Hanbin membuang nafas
"Baiklah,"

@Canteen

Suasana cukup ramai seperti lautan manusia. Jujur saja Hanbin kurang suka dengan tempat ramai seperti ini, tapi Bobby sangat memaksa apa yang bisa ia lakukan selain mengikutinya?

“Jinhwan hyung!” Hanbin menoleh kearah seseorang yang namanya dipanggil oleh Bobby, terlihat Jinhwan tengah duduk berhadapan bersama Hayoon sambil menikmati Coffe latte pesanan mereka. Jinhwan merespon Bobby dan mengisyaratkan mereka berdua untuk kemari—menghampirinya.

“Hanbin ah, ayo! Tempat disebelah Jinhwan hyung kosong” tanpa aba-aba Bobby langsung menarik pergelangan tangan Hanbin dan segera duduk rapi di samping Jinhwan.

Bobby memasang tampang sok nya dengan tersenyum menunjukkan eye smile serta deretan gigi kelincinya tersebut, sedangkan Hanbin malah merasa awkward duduk di dekat Hayoon.

“Kami tidak mengganggu kalian pacaran kan?” Tanya Bobby, kedua tangannya dipakai untuk menopang dagunya sambil memandang kearah Jinhwan dan Hayoon bergantian, mata Hayoon sedikit membulat namun sebisa mungkin dia berusaha untuk tenang.
“Ti… tidak, kami tidak pacaran!” sanggah Hayoon.
“ya, kita hanya berteman” timpal Jinhwan. Bobby nyengir sambil menunjuk-nunjuk kearah dua orang itu bergantian “Ayo ngaku, detektif kimbab telah mengetahuinya”
Plak!
Hanbin memukul kepala depan Bobby, Bobby memegangi kepalanya sambil meringis kemudian ia menatap Hanbin dengan kesal “Yak! Kim Hanbin apa yang kau lakukan?!”
“Sudah jangan mengomel dan pesan saja,” jawab Hanbin santai, Jinhwan hanya terkekeh melihat dua sahabatnya itu kembali bertengkar—seperti biasanya.

“Hayoon ah, bisa kau pesankan aku Choco Shake?” pinta Bobby dengan nada suara yang di imut-imutkan itu, mungkin siapa saja luluh dengan aegyo Bobby tersebut tak terkecuali Hayoon.
“Baiklah Choco Shake, dan Hanbin? Kau mau apa?” Tanya Hayoon lembut. “Mocha ice,” jawab Hanbin dengan senyum tipisnya. Hayoon meninggalkan tempat duduknya kini tinggal tiga orang lelaki yang saling berpandangan kosong.

“Jinhwan hyung, diwajahmu ada sesuatu” Bobby menunjuk kearah wajah Jinhwan dengan telunjuk kirinya, sedangkan tangan kanannya masih menopang sebelah dagunya.

“Dimana?” Jinhwan mengusap-usap sekitar wajahnya seperti orang bodoh, membuat Bobby terkekeh “Tapi bohong,” seketika ia langsung tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Hanbin dan Jinhwan hanya menatapnya dengan tatapan aneh—mungkin bukan hanya mereka berdua tapi seluruh pengunjung kantin.

“Hai guys!” seseorang menepuk pundak Hanbin dan Bobby, membuat reflek mereka berdua menoleh. Bobby langsung salah tingkah ketika mendapati ada Seulgi di dekatnya—Bobby memang menyukai Seulgi.

“Boleh aku duduk?” Tanya Seulgi, “Yah, boleh saja,” jawab Jinhwan dan Hanbin kecuali Bobby, dia jadi diam seribu bahasa semenjak kedatangan Seulgi, ia tidak ingin salah-salah dalam berbuat di depan gadis yang ia sukai.

“Baru menyelesaikan kelasmu?” Tanya Hanbin, Seulgi mengangguk, wajahnya Nampak kelelahan. “Pesanan kalian datang!” suara Hayoon terdengar, membuat semua yang duduk di meja nomor 6 itu menengok.

“Oh, mana Choco Shake ku?” Tanya Bobby antusias, Hayoon segera memberikannya pada Bobby dan gelas terakhir untuk Hanbin—Moccha ice seperti pesanannya, setelah itu Hayoon kembali duduk di hadapan Jinhwan.

“Hanbin ah aku lelah” Seulgi tiba-tiba bersender dengan manja di pundak Hanbin, membuat Hanbin dengan cepat menyingkirkan kepala gadis itu untuk kembali berdiri tegak.

Hayoon tak ingin menoleh melihat kemesraan Hanbin dan Seulgi tersebut, ia lebih memilih memandang kearah lain.

Jinhwan cukup peka hanya dengan melihat kearah mata Hayoon, gadis itu cemburu.

“Hei hei, kalian memang cocok. Tapi jangan mengumbar kemesraan disini,” cibir Jinhwan, Bobby mengangguk-angguk, ia ikut-ikutan Badmood dan cemburu melihat kedekatan Hanbin dan Seulgi.

“ya aku tau aku dan Hanbin memang serasi, kami akan segera pacaran nanti,” kini Seulgi  bergelayut manja di lengan Hanbin, membuat hanbin memohon untuk menghentikan aktifitas tersebut.

“Jinhwan ah, aku mau ke kelas duluan ya. Aku lupa kalau ada tugas yang belum ku selesaikan,” Hayoon tersenyum—namun senyuman itu terlihat memaksa. Ia bangkit dari tempat duduknya dan beranjak pergi meninggalkan mereka.

“Hayoon tunggu aku!” pekik Jinhwan, ia meninggalkan kantin dengan tergesa, ia harap gadis itu tidak pergi terlalu jauh. Hanbin tak bisa tinggal diam dan ikut mengejar Hayoon.

“Hanbin ah mau kemana?!” pekik Seulgi, namun pria itu tak menggubrisnya dan tetap berlari. aneh,tubuhnya serasa bergerak dengan sendirinya untuk segera mengejar gadis tersebut.

Bobby menoleh secara perlahan kearah Seulgi, gadis itu juga kini menatapnya. Membuat darah Bobby mengalir lebih cepat dari biasanya—efek seseorang jatuh cinta.

Bobby mengangkat satu tangannya dengan kaku di samping kepala.
“Hai? Seulgi?”

Dasar pria aneh, batin Seulgi.

----------

Hayoon menutup bibirnya dengan telapak tangan kirinya, ia masih terus berlari walaupun kedua kakinya meminta untuk segera berhenti. Air mata jatuh dari pelupuk mata kanan dan kirinya, entah kenapa ia malah menangis sekarang.

Ia mengakui bahwa dirinya memang cengeng dari dulu. Kini ia telah sampai di belakang sekolah—tempat yang penuh kenangan baginya—penuh kenangan bersama Hanbin.

Ia duduk di bangku kayu jati yang biasa ia duduki bersama Hanbin, ia tersenyum sesaat ketika mengingat moment bahagia bersama pria itu, tapi ketika ia teringat akan Seulgi ia kembali merasa sedih.

Kini ia menangis sejadi-jadinya, ia begitu malu untuk menunjukkan wajahnya. Ia akhirnya memilih untuk menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bahunya naik turun karena isakan yang ia buat sendiri.
Ia merasa bodoh karena menangis akan hal sepele.

“Hei, apa yang kau lakukan disini? Sendiri?” Tanya seseorang yang entah siapa.
“Pergi! Aku ingin sendiri, kumohon,” pinta Hayoon masih dengan posisinya.
“Jangan menangis,” ucap pria itu.
Hayoon begitu penasaran dengan pria yang ada di depannya. Ia akhirnya dengan perlahan-lahan menyingkirkan tangannya dan mendongakkan kepalanya.

Jinhwan kini telah berdiri sambil menyunggingkan senyumnya.
“Itu menyakitiku melihat kau bersedih,” ujarnya, Hayoon kembali berkaca-kaca. Air matanya tumpah kembali, dan kini mungkin lebih banyak.

Jinhwan yang berdiri kini memeluk kepala Hayoon dengan lembut, sesekali ia mengusap rambut gadis tersebut.

“Tenang, aku ada disini. Menangislah sepuasnya,”

Hanbin berdecak kesal dari balik pohon yang berada tak jauh dari Hayoon, ia menatap gadis yang menangis dalam pelukan Jinhwan itu dengan pilu.

“Lagi-lagi aku terlambat,”

TBC

Strangerㅡhanbın [Private]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora