Pekat yang Semakin Kelam

18.1K 1.5K 61
                                    




Sudah hampir satu jam Afreen belum juga kembali, Kanaya berdecak pelan. Gadis itu mengira Afreen akan kabur dari pestanya sendiri. Kanaya menghela nafasnya, dia berpamitan pada beberapa temannya untuk menyusul Afreen ke toilet, entah mengapa, perasaannya menjadi tak tenang, salahnya juga mengapa tadi tidak membujuk Afreen untuk dia temani di toilet.

"Af, Af....lo di dalam, kan?" Teriak Kanaya begitu sampai di toilet.
Tak ada jawaban, toilet itu sangat sepi. Seakan dibungkam ketakutan, Kanaya membuka semua pintu toilet bersamaan dengan teriakkan nama Afreen yang memenuhi seisi toilet.
"Afreennnn.....lo dimana, Af? Please jawab gue, jangan becanda dong!"
Nihil, tak sekalipun terbesit suara yang menyahuti teriakkan Kanaya. Gadis itu diliputi perasaan kalut, keringat dingin membasahi tubuhnya, hingga membuat gaun yang dikenakannya basah bermandikan keringat.
"Afffff...."
Kanaya mulai terisak, gadis itu keluar dari kamar mandi sambil tetap meneriakki nama Afreen. Hingga, Kanaya dikejutkan dengan suara isakkan dari sebuah ruangan gelap di sisi toilet, isakkan yang sangat dikenalinya, isakkan itu adalah isakkan yang seumur hidup Kanaya kenal. Afreen!

Gadis itu membalikkan badannya menuju ruangan yang Kanaya yakini adalah gudang. Namun, langkahnya terhenti saat dia melihat seorang laki-laki juga sedang berjalan tergesa menuju toilet. Itu adalah Abhi--sahabat Javas, Kanaya sangat hafal dengan sosok yang selama ini sangat dikenal di sekolahnya. Javas dan Abhi adalah dua laki-laki yang selalu dipuja, hingga kadang, Kanaya muak mendengar dua nama itu.
"Lo--lo anak SMA Nusantara, 'kan?" Tanya Abhi pada Kanaya, sejenak Kanaya melupakan tujuannya untuk memastikan keberadaan Afreen di dalam gudang.
"Lo lihat Javas?"
Kanaya mengerutkan dahinya, "gue nggak tahu."
"Shit, dia ke toilet tadi, tapi hampir sejam nggak balik-balik dan dia lagi mabuk!" Gerutu Abhi, membuat Kanaya sadar satu hal.
"Afreen!"
"Lo mau kemana?" Kata Abhi, Kanaya menghiraukannya, tapi--beberapa saat kemudian Abhi dikejutkan dengan suara teriakkan Kanaya. Laki-laki itu menghampiri Kanaya di dalam gudang, lebih tercengang lagi, jantung Abhi terasa berhenti berdetak ketika melihat apa yang dilihatnya saat ini. Sahabatnya Javas dan seorang gadis yang Abhi yakini adalah Afreen--Abhi tahu gadis itu karena tadi Abhi juga diundang dalam pesta ulangtahun Afreen.
Bugh
Abhi mendaratkan sebuah pukupan di wajah Javas.
"Apa yang lo lakuin, Jav?" Bentak Abhi pada Javas yang masih setengah sadar.
"Jawab gue, Bangsat! Apa yang lo lakuin sama cewek ini?"

Kanaya memeluk Afreen yang terlihat berantakan, pakainnya terkoyak dan gadis itu terlihat kacau dengan isakkannya yang seakan menampar hati Kanaya kencang. Kanaya berulang kali menenangkan Afreen, tanpa dijelaskan pun, semua yang melihat keadaan Javas dan Afreen akan langsung mengerti apa yabg terjadi. Dan, Kanaya hanya bisa menangis bersama Afreen, meratapi nasib sahabatnya itu yang saat ini hancur, demi Tuhan, Kanaya akan mengejar Javas kemanapun laki-laki itu pergi, jika menghindar dari tanggungjawabnya pada Afreen, cukup sudah Afreen menderita, Kanaya tak akan membiarkan hidup gadis itu menderita lebih kelam lagi, walau kenyataannya saat ini sangat bertentangan dengan apa yang Kanaya janjikan pada dirinya sendiri. Tapi, malam ini Kanaya hancur bersama Afreen.

"Pakaikan ini sama temen lo," Abhi melempar jaketnya pada Kanaya.

"Ya Tuhan Javas, sadar sialan! Lo lihat apa yang udah lo lakuin sama Afreen!" terus Abhi benar-benar merasa geram dengan Javas.
Javas hanya tertawa, laki-laki itu mengira gadis yang baru dia rebut kesuciannya adalah Adis--kekasihnya.
"Gue nggak akan nyesel, Adis pantas mendapatkan semuanya!"
"Sialan! Lo dengarin gue, dia Afreen bukan si Adis bitchy lo itu!"
"Apa lo bilang?" Javas membeliakkan matanya, dilihatnya Abhi dengan tatapan tak percaya.
"Lihat!" Teriak Abhi membuat tubuh Javas kaku, kesadarannya seketika muncul, apa yang dilihatnya membuat Javas meremas rambutnya kasar. Dia melakukan kesalahan, dia merusak seseorang, hati Javas mencelos ketika melihat bagaimana Afreen menangis, bagaimana hancurnya Afreen dihari ia dilahirian di dunia.
"Lo harus bertanggungjawab sama dia, Jav. Bagaimanapun ini karena kebodohan lo, jangan lari dari apa yang udah lo perbuat!"
Kata-kata Abhi terasa menusuknya, tanggungjawab? Demi Tuhan, Javas tak pernah siap dengan segala kemungkinan.
"Maafkan gue, maafkan gue!"
"Maaf lo nggak akan berguna, maaf lo nggak akan mengembalikkan apa yang udah lo buat hancur. Gue nggak akan pernah lepasin lo gitu aja, ingat itu Javas!" Sahut Kanaya--memandang Javas penuh amarah.

Snow Wife (Afreen & Javas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang