welcome to the hell, Saira sayang!

27.8K 1.6K 81
                                    

Saira POV

Aku mengikuti langkah kaki suamiku yang berjalan beberapa meter didepanku. Aku mengikuti langkahnya dengan kesusahan karna aku membawa dua koper besar di tangan kanan dan kiriku. Oh. Aku lupa bilang. Kita lagi di gedung apartemen Rendra. Iya. Hadiah dari mama Rena. Kata mama Rena biar aku sama Rendra berasa honeymoon terus tinggal berdua. Ugh. Mama Rena gatau anaknya udah berubah jadi monster

"Lelet banget sih lo jalan. Buruan masuk. Ini apartemen dari nyokap. Kamarnya cuma satu. Gue tidur dikamar. Lo terserah tidur dimana. Baju-baju lo taruh di gudang. Gue nggak mau berbagi lemari sama lo. Sekarang lo beresin ini apartemen. Gue mau kencan sama lena"

Hhh aku menghela nafas panjang. YaAllah.. perjuangan hidupku baru dimulai ya? Gapapa Saira.. berbakti sama suami itu pahala kok. Siapa tahu nanti Rendra cinta sama aku ya kan?

Aku tertawa sendiri dengan pemikiranku. Mustahil.

Rendra POV

"Len, aku nikahin Saira karena terpaksa. Mama maksa aku len. Kamu kan tau aku sayang banget sama mama aku"

Ya. Gue lagi di apartemen marlena. Lagi usaha ngejelasin semua perkara ini. Marlena sangar cantik dengan gaun tidur mini itu. Uh. Bikin otak gue kotor aja.

"Selalu aja kamu lebih milih mama kamu dari pada aku. Kamu kan tau banget mama kamu nggak suka sama aku. Jangan2 ini akal2an mama kamu biar kita putus"

"Nggak mungkin lah len. Mama aku nggk akan sejahat itu. Aku juga lagi nyari tau kenapa mama bisa gini"

"Atau jangan2 ini rencana sahabat kamu yang jalan itu kali?"

"Aku nggak tau sayang, aku lagi selidikin. Kamu jangan ngambek dong. Toh aku tetep milik kamu kok"

"Ya tapi kan aku sebel. Masa pacar aku suami orang sih. Suami jalang itu lagi"

Ok.sebenernya gue agak gak rela saira disebut sebagai jalang. Sebencinya gue sama dia.. gt2 dia pernah jadi sahabat gue. Tapi..yaudahlah salah dia sendiri. Yang terpenting sekarang gue harus baikan dulu sama marlena.

"Yaudah deh sekarang kamu mau apa biar nggak ngambek lagi?"

"Temenin aku belanja."

"Everything for you, sweety"

Marlena pun teesenyum gembira dan bergegas mengambil tasnya. Well. Girls love money and shopping. Who doesnt? Oh saira nggak deng. Ah peduli setan.

Saira POV

Aku mengusap peluh di dahiku setelah hampir seharian ini berbenah dan membersihkan apartemen. Udah jam 10 malem dan Rendra belum pulang. Aku tersenyum miris. Dia pulang pun nggak ada bedanya kan ra?

Aku tertawa kecil mengingat takdir. Ya. Takdir seakan mempermainkanku. Dulu aku berharap bisa menikah dengan seseorang yang aku cintai dan mencintaiku. Dan sekarang? Ya aku menikah dengan oran yang kucintai tetapi ia membenciku. Aku menertawakan kehidupanku yang berubah drastis. Sepertinya baru kemarin aku tertawa riang bersama Rendra. Melihat ketulusan san kasih sayang dalam bola matanya. Oh sekarang aku hanya bisa melihat kebencian dari matanya yang indah itu. Takdir.

Lagu heroes mengalun memecahkan lamunanku tentang takdir. Aku tersenyum melihat nama yang terpampang di layar handphoneku.

"Assalamualaikum masku yang ganteng."

"Walaikumsalam dek. Kamu apa kabar? Gimana rasanya jadi istri? Bahagia banget ya?"

"Hehehe mas Rey bisa aja. Alhamdulillah baik mas. Mas Rey gimana? Kerjaan beres kan? Maaf ya mas aku ngelangkahin mas Rey"

"Apansih dek masih aja ngebahas itu. Mas kan udah bilang mas gapapa. Lagian mas jadi nggak repot lagi ngurusin kamu. Lumayan."

"Ih mas Rey mah.. jadi selama ini nggak ikhlas ngurusin akunya?"

Aku mencebikkan bibirku lalu tertawa kecil. Aku rindu mas Rey. Padahal baru beberapa hari nggak ketemu tapi kok udah kangen ya?

"Mas, aku kangen"

"Ih kolotan banget sih dek udah jadi istri orang juga. Inget kamu punya suami yang harus kamu urusin. Berbakti sama suami ya dek. Jangan mentang-mentang Rendra udlu sahabat kamu jadi kamu bisa seenaknya. Dia sekarang statusnya suami kamu yang harus kamu hormatin."

Air mataku menetes mendengar wejangan dari mas Rey. Mas..Saira gabisa bohong sama mas Rey.

"Dek? Kok diem? Jangan nangis ah cengeng. Eh ada telfon masuk dari asisten mas. Udah dulu ya dek. Inget jadi istri yang baik. Mas bahagia dek kamu udah nemuin pasangan hidup kamu"

Airmataku semakin deras menuruni pipiku setelah mematikan telfon dari mas Rey. Ah mas.. aku nggak bahagia mas.. aku sakit. Rendra berubah mas.. bukan rendra yang aku kenal. Sekali lagi aku menangis dalam diam.

Aku mengerjapkan mataku dan merasakan pusing yang menyerang kepalaku. Oh. Yaampun lagi-lagi aku menangis sambil ketiduran. Jam berapa ini? Aku melihat jam di dinding menunjukkan angka 6. Udah pagi aja. Aku pun bergegas mandi dan menyiapkan sarapan. Ini hari jumat. Aku ada kuliah pagi jam 8.

Aku berniat membangunkan Rendra untuk sarapan tapi aku mendengar suara pintu kamar terbuka. Oh. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Tercengang dengan pemandangan didepanku.

"Selamat pagi saira. Wah ada nasi goreng dua nih. Aku ambil ya. Kasian Rendra kecapekan semalem."

Lena mengambil dua piring tersebut dan masuk ke kamar Rendra. Tubuhku merosot kelantai. Air mataku jatuh begitu saja. Oh pagi yang buruk.

Menurutmu.. bagaimana rasanya melihat wanita lain keluar dari kamar suamimu dan mengenakan kemeja suamimu? Gimana rasanya hancurkah? Lebih dari hancur. Rasanya mau mati.

Aku menghembuskan nafas dengan sangat berat. Mencoba bangkit dan bergegas pergi kekampus. Tak kuat harus berada satu lingkungan dengan sepasang lovebirds didalam kamar itu. Lalu pintu kamar itu terbuka kembali. Menampilkan sosok yang sama yang baru saja aku lihat.

"Loh? Ra? Ngapain bengong? Lo nggak berangkat kuliah?"

"Kok lo bisa disini Len?"

Marlena tertawa meremehkan pertanyanku lalu tersenyum dengan amat manis.

"Loh? Kenapa len? Pacar gue tinggal disini. Gue lagi main"

"Lo nggak tau Rendra udah nikah?"
Marlena tertawa keras.

"Tau. Rendra nikah sama jalang yang ngaku sahabatnya kan? Hahahaha denger ya, saira sayang. Rendra itu cinta mati sama gue. Dan lo cuma mimpi dapetin dia. Mau bukti?"

Aku melihat marlena memecahkan gelas yang berisi susu ke lantai. Lalu terduduk bersimpuh dan menangis. Aku terlalu shock melihatnya.

"Ada apa ini?"

Rendra tau-tau sudah berdiri di dekat lena yan menangis tanpa aku tau kenapa.

"Aku emang jalang ren. Aku tega-teganya ngerebut suami orang. Istri kamu bener ren. Aku pantas dilempar pake gelas ren. Bahkan aku emang pantas dikatain jalang"

Lena menangis sesenggukan dipelukan Rendra. Aku melihat rahang Rendra mengeras. Lalu ia menatapku tajam. Aku yang masih tercengan dengan kelakuan heroik Lena hanya mampu menggelengkan kepala berusaha membela diriku. Rendra berdiri dan berjalan pelan ke arahku. Lalu PLAK aku merasakan pipi kananku memanas. Aku juga merasakan bibirku agak robek karena perih sekali.

"Apa gue harus manggil lo jalang biar lo sadar siapa yang jalan disini?"

Rendra berkata dengan sangat pelan tetapi menusuk. Ya. Rendra marah. Sangat marah. Ia berbalik dan menggendong marlena ke dalam kamarnya. Sebelum mereka masuk ke dalam kamar. Marlena sempat memberikanku senyum kemenangannya. Yah. Selamat len. Kamu menang. Kamu akan selalu menang.

*******

Hallo. Sorry for late update. Selamat taun baru ya. Telat sih ehehehe. Aku bikin yang agak baper ya. Pembukaan 2016 lah hehe. Maaf banyak typo.

Unwanted WifeWhere stories live. Discover now