Cara berpikirnya pun menjadi lambat. Mereka bilang itu untuk mengurangi halusinasi yang di deritanya.

Halusinasi?

"Kau mengingat semua orang, tapi kenapa hanya satu orang yang tidak kau ingat?" Roh buram itu tiba-tiba muncul di hadapannya, di ruangan tes.

Roh pertama yang dilihatnya setelah bangun dari koma beberapa bulan yang lalu, kini berdiri tepat di belakang dokter.

Hanbin menatap roh itu dalam diam. Entah kenapa roh itu Nampak buram dimatanya seperti kabut, roh dengan suara mengejek dan selalu membicarakan hal yang aneh.

"Kau lupa dengan seseorang yang selalu ada untukmu itu? "
Hanbin menggertakkan rahangnya dan bergumam,

"Pergi"
"Kau jahat sekali"
"Pergi!" kali ini Hanbin berkata dengan suara sedikit lebih keras.

"Hanbin, are you okay?" Pria berjas putih itu meraih pergelangan tangannya.

Satu tangannya berada di saku jasnya seakan bersiap mengeluarkan sesuatu. Hanbin menatap mata pria itu dengan tenang sambil tersenyum hangat "I am okay"

*
Sesampainya di rumah Hanbin langsung pergi kemar dan mengunci pintunya.

Ia merebahkan tubuhnya keatas kasur dan berguling kenan dan ke kiri. Hanbin menatap langit-langit kamarnya sambil menghela nafas panjang.

Ucapan-ucapan Roh buram itu terngiang lagi di kepalanya. "Siapa yang ia maksud?" Desis Hanbin pelan.

Ia memejamkan matanya dan berusaha mengingat apa yang terjadi di masa lalu.

Hanbin mulai mendapatkan gambaran serpihan kenangan masa lalu itu.

Namun, ketika berusaha mengingat kepalanya malah menjadi sakit. Walaupun sakit, ia tetap memaksa untuk mengingat.

Bip! Bip!

Konsentrasinya terpecah ketika mendengar suara dering ponsel miliknya sendiri. Ia terhenyak dan segera mengangkat telepon.

"Ya?"
Ibunya berbicara dengan nada lirih. "Temani Ibu makan malam, sayang?"
"Baiklah," . Hanbin segera mematikan ponselnya dan melemparnya dengan lembut ke atas kasur.

*

Di ruang makan, ayah dan ibunya sudah menyantap makan malam terlebih dahulu. Tanpa bersuara, Hanbin duduk di kursinya dan ikut menyantap makan malamnya.

Ibunya memotong daging steak kecil-kecil dan memasukkan potongan-potongan tersebut dengan anggun melalui bibir tipisnya.

Ayahnya yang tadinya sibuk berbicara di ponsel, segera menutupnya ketika Hanbin tiba.

"Akhir pekan ini kita harus kembali ke Korea" ayahnya memberi tau.

Hanbin sekaligus ibunya menatap ayahnya. "Kenapa tiba-tiba?" Tanya Ibu Hanbin. "Aku ditugaskan untuk mengurus perusahaan di Seoul. Lagipula karena Hanbin sudah sembuh ia harus mulai masuk kuliah kembali bukan?"

Sang ibu tersenyum senang. "Ini bagus bukan? Kau bisa bertemu Seulgi dan Hayoon lagi nantinya"
Hanbin terdiam.
"Hayoon?" Ia mengulangi kata-kata ibunya.
"Iya, Ji Hayoon. Kau lupa dengannya?" Tanya sang ibu.

Hanbin tak menjawab pertanyaan ibunya dan memilih untuk hening. Ini aneh, ia mengenali Seulgi sebagai sahabatnya sewaktu kecil namun tidak mengingat siapa itu Ji Hayoon

Namanya begitu familiar, namun ia tidak bisa mengingatnya.

*

Sebuah pesawat baru saja Landing di lapangan pesawat Bandara International Seoul.

Semenjak turun dari pesawat Hanbin tak henti-hentinya memandangi sekitar sambil tersenyum sendiri. Itu karena sudah hampir 6 bulan lamanya ia tidak memijakkan kaki di Seoul semenjak kecelakaan itu.

"Paman! Bibi!" seorang wanita memekik senang ketika melihat wajah kedua orang tua Hanbin.

Hanbin hanya bisa tertawa kecil melihat wanita tersebut yang langsung berlari memeluk ayah ibu nya.

"Seulgi, lama tidak bertemu. Kau semakin cantik saja" Puji ibu Hanbin. Gadis bernama Seulgi itu hanya dapat tersenyum malu mendengar sanjungan tersebut.
"bibi bisa saja"
"Hei, Kang Seulgi. Kau kekanakan sekali" cibir Hanbin.
Seulgi memasang ekspresi kesal dan langsung menjitak kepala Hanbin "Apa? Kekanakkan katamu?"

Ayah dan ibu Hanbin hanya bisa tertawa melihat tingkah dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu tersebut.
"Ah, Seulgi. Dimana Hayoon? Apa dia ikut?" Tanya wanita paruh baya tersebut.
"Oh, dia. Ada kok. Tuh di belakangku" sahut Seulgi malas.

"Selamat datang kembali ke Korea Paman dan juga Bibi"
Seorang wanita dengan rambut lurus berwarna coklat kemerahan membungkuk memberikan hormat pada Orang tua Hanbin.

Ibu Hanbin tersenyum senang ketika melihat kehadiran gadis tersebut. "Hayoon, lama tidak jumpa. Kau sehat-sehat saja kan?" Wanita paruh baya itu memegang tangan Hayoon, gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Sedangkan Hanbin merasa situasi ini sangatlah asing. Ia tak kenal dengan wanita yang bergandengan tangan dengan ibunya, di lain sisi ia merasa familiar dengan wajah tersebut.

Hanbin tertangkap basah ketika sedang memperhatikan Hayoon.
Gadis itu tersenyum kemudian berjalan kearah Hanbin.

Ia melambaikan tangannya.

"Hei Kim Hanbin, lama tak bertemu. Kau masih ingat aku? Aku Ji Hayoon"

TBC.

Hai hai, Kisum is back
New Fanfic nih, gimana? (ღ˘⌣˘ღ)
Jangan lupa voment yaw, kalo udah banyak yang voment baru Kisum lanjut haha .g :v

Strangerㅡhanbın [Private]✔Where stories live. Discover now