(2) Story

13.3K 958 48
                                    

Swuuushh...

Kabut putih menyelimuti ruangan. Menutup pandangan mereka dari apapun yang ada di sekitar. Membuat semuanya menjadi putih seperti berada di dalam gumpalan kapas.

"Whoa! Ada apa ini?!" Teriak Holly panik. Tanpa sadar ia menarik baju seseorang.

Karena merasa ada yang menarik bajunya, alis Rega bertaut bingung, "Hei! Siapa yang menarik bajuku?".

Holly cukup terkejut mendapat protesan seperti itu, dengan cepat dia melepaskan tanganya dari baju Rega. "Maaf" Ucapnya sambil menunduk penuh sesal.

Meskipun tak bisa melihat keberadaan Holly karena kabutnya sangat tebal, Rega tetap mengangguk, sebelum ia menyadari kalau Holly tidak akan bisa melihatnya. "Tak apa" jawabnya.

Selanjutnya, Rega melihat ke sekeliling. Mencari-cari keberadaan gadis berambut coklat yang tadi bersamanya. Juga pemuda berambut serupa, orang yang baru saja dikenalnya. Karena kabut ini, pandangan Rega menjadi kacau.

"Lave! Tom! Kalian dimana?!" Rega berteriak, berharap ada sahutan yang menjawab seruannya.

"Aku disini!" Tak jauh dari keberadaannya, Lavender menyahut.

"Aku tidak bisa melihat apa-apa! Kabutnya tebal sekali!" Keluh Tom.

Wush...

Angin berhembus cukup kencang entah dari mana. Yang pasti, angin itu berhasil menghilangkan kabut sedikit demi sedikit. Menyadari bahwa penglihatan mereka bisa kembali di gunakan, keempat remaja tersebut pun bernafas lega.

Seorang pria sedang berdiri sambil tersenyum ke arah Tom, Rega, Lavender, dan Holly. Rambutnya sudah mulai memutih dipenuhi uban. Kumisnya yang cukup tebal juga sudah beruban. Perlahan pria itu mendekati mereka berempat.

"Ehm. Anak-anak!" Ujarnya, sukses membuat keempat remaja itu tersentak kaget melihat pria tersebut, sebab sebelumnya mereka tidak menyadari keberadaannya.

"Siapa kau?!" Tanya Tom dengan sorot mata penuh kecurigaan.

Si pria sempat tersenyum masam karena merasa dicurigai, tapi kemudian dia kembali tersenyum lebar.  "Jangan takut! Aku tidak jahat" katanya seraya berhenti melangkah, "Akulah yang menyuruh kalian kesini. Aku seorang profesor, namaku Peter".

Lavender mengerutkan dahinya, tatapan matanya sangat tajam memandang si pria. Terlihat tidak percaya. "Benarkah?".

"Tentu saja!" Jawab Peter sambil mengangguk yakin. 'Memangnya wajahku terlihat seperti wajah kriminal?' Lanjutnya dalam hati, menggerutu.

"Lalu. Kenapa anda menyuruh kami kemari?" Rega bertanya, mewakili ketiga temannya yang merasa sama penasarannya dengan keberadaan mereka di sana.

"Dan dengan cara yang tidak biasa" Holly menambahkan.

Pria bernama Peter itu tersenyum. Itulah pertanyaan yang paling dia tunggu-tunggu. "Hm... Duduklah dulu! Aku harus menceritakannya dari awal" Perintah Peter.

Tanpa banyak bertanya Mereka berempat menuruti perintah Peter. Keempatnya duduk berjajar siap mendengarkan apapun yang dikatakan pria berusia setengah abad tersebut. Peter mengartikan hal tersebut sebagai bentuk kepercayaan mereka padanya yang mulai terbentuk. Maka dari itu dia diam-diam tersenyum senang.

"Jauh sebelum kalian lahir. Dunia ini telah dikutuk oleh raja kegelapan, Dark Demon. Dia membuat seluruh negeri ini berperang. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana. Setiap detik, beratus orang tewas. Kegelapan menyelimuti hati semua orang" Peter memulai ceritanya. Nada suaranya sarat akan kemarahan yang meluap-meluap.

Tak satupun dari empat remaja yang ada di sana memotong cerita Peter. Mereka duduk dengan khidmat mendengarkan. Hal itu membuat Peter lebih semangat untuk melanjutkan ceritanya.

The Spirit Of Magic Crystal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang