The Next Part 14

3.4K 189 1
                                    

Langit malam dihiasi seribu bintang. Cinta yang sedang duduk di depan rumah memandang kearah langit dengan pandangan nanar. "Bun?"
Dia tersenyum pada Alan yang duduk di sampingnya.
" Gimana kuliah kamu? "
" Aku tadi ketemu sama Prilly. "
Cinta menghela nafas lelah kemudian diam. Alan yang menyadari ucapannya langsung memeluk bahu Cinta lembut," Aku nggak suka sama Prilly lagi oke? Kaila buktinya. "
" Prilly pasti makin cantik ya? "Alan menggeleng sembari mengeratkan pelukannya. Dia mencium pucuk kepala Cinta berkali-kali.
" Kamu nggak bisa berhenti Yah? Jangan sakiti kembaran kamu sendiri. "
" Aku nggak akan berhenti. "jawab Alan datar.
" Kenapa? Karena dendam konyol kamu? Kenapa kamu nggak nyalahin diri kamu sendiri? Kamu yang nyuruh Ali pergi dari rumah. "
" Cinta!! "bentak Alan keras sembari menatap istrinya tajam.
" Apa? Benerkan ucapan aku? Kamu yang jadi penyebab perginya Ali. Terus, kenapa kamu nyalahin Ali? "
" Ini semua salah Ali bukan aku. " teriak Alan kalap.
" Gue nggak peduli Alan!! Gue nggak peduli kalau lho mati di tangan Ali. Gue udah kasih tau lho tapi emang dasarnya lho yang keras kepala. "Cinta berjalan cepat memasuki rumah disusul Alan di belakangnya. Sesampai di kamar, Cinta langsung berbaring dan memeluk Kaila.
" Maafin aku. "Alan memeluk Cinta dari belakang. Dia bisa mendengar isak tangis Cinta.
" Buat apa lho minta maaf sama gue? Gue nggak gunakan? "lirih Cinta.
" Kamu kok ngomong gitu sih Bun? Ayah butuh Bunda. "
" Terserah. "Alan menghela nafas kemudian duduk di samping Cinta. Dia memang mau balas dendam tapi dia belum menemukan Ali. Semoga Prilly memberikan titik cerah.
****
Prilly duduk di cafetaria kampus seraya menunggu Rana datang. Dia memandang sekeliling dan melihat Alan melambai kearahnya. Prilly hanya memandang lelaki itu datar. "Hai Pril? Sendiri?" Alan duduk di depan Prilly.
"Kamukan bisa lihat kalau aku sendiri. "
" Kok cuek gitu? Nggak bisa diajak basa basi deh. "
Prilly tertawa datar," Kamu aja nggak basa basi mau bunuh Ali. Kenapa aku harus basa basi? "
Alan membulatkan matanya. Kenapa Prilly bisa tau?
" Kamu tau darimana? "
" Jadi, bener? Kamu mau bunuh Ali? Emang dia dimana sekarang? "
Alan menggeleng," Dia bikin ayah meninggal. "
" Kamu kemarin bilang sama aku kalau ayah stroke? Kok sekarang meninggal? "
" Kamu tau darimana sih Pril? Maaf aku udah bohongin kamu. " Alan menunduk sedih.
" Dari kamu sendirilah. Mata kamu jelasin semuanya Alan. Aku udah maafin kamu tapi ternyata kamu nggak bisa dipercaya, nggak akan bisa berubah. "Prilly menatap Alan tajam. Alan lupa kalau Prilly akan menjadi psikolog.
" Kamu pasti tau itu dari orang lainkan? "
Prilly hanya diam. Dia ingin tau bagaimana reaksi Alan.
" Cinta? "
" Aku nggak pernah ketemu Cinta. Dia masih sama kamu? "
" Iya, selamanya sama aku. "
" Kamu yakin? Walaupun kamu akhirnya berhasil bunuh Ali? "
" Prilly!!! Jaga ucapan kamu. "bentakan Alan membuat Prilly emosi juga.
" Apa? Guekan cuma ngingetin lho. "Prilly meraih tasnya dan berjalan pergi. Alan menghela nafasnya frustasi. Dua orang wanita yang ia cintai sama-sama bicara kasar saat marah kepadanya. Apa dia salah? Dia hanya ingin Ali sadar kalau ayah meninggal karena dia. Kenapa semua orang membencinya? Dia benar karena ingin memperoleh keadilan.

Prilly berlari menyusuri lorong kampus yang mulai ramai dipenuhi mahasiswa di kampus itu. Dia menghapus airmatanya kasar. Untuk apa menangisi lelaki tidak punya hati seperti Alan? Dia menggeleng pelan kemudian mengambil hp di tasnya. Prilly duduk di depan kelas fakultas ekonomi kemudian mendial nomor seseorang.
****
Ali mengangguk pada kliennya yang sedang sibuk menjelaskan tentang proyek baru mereka. "Terimakasih atas kerjasamanya Pak Lian."
Ali mengangguk sambil menjabat tangan lelaki itu. "Sama sama Pak. Saya juga mengucapkan terimakasih."
Lelaki itu terperanjat sambil memandang tangan kanan Ali. "Wahh.. Kapan ini?"
"Rahasia Pak. Maaf kalau tidak mengundang karena tidak ada acara perayaan. Ini permintaan tunangan tercinta saya. "
Lelaki itu tertawa kemudian mengangguk mantap." Nggak salah Yudha berteman sama kamu Li. Om nggak tau bagaimana agar penyesalan dalam hati om bisa hilang. Maafin om kalau membuat kamu kehilangan Yudha."
Ali hanya mengangguk, setidaknya Yudha adalah anak tunggal tidak seperti dirinya yang memiliki saudara.
"Semua udah ada yang mengatur om. Om harus bisa lupa sama penyesalan om karena itu tidak akan membuat Yudha hidup. Biarkan dia bahagia di atas sana." Papa Yudha menepuk bahu Ali kemudian berjalan keluar ruang meeting. Ali duduk kemudian memijat pelipisnya pelan. Dia terpukul atas kepergian Yudha, tentu saja. Drrt.. Drrt..
Ali melirik hpnya dan tersenyum kecil melihat Prilly meneleponnya. "Hallo Mine?"
"Hai. Kamu lagi sibuk nggak Li? "
" Nggak. Kenapa? "
" Aku....... Aku seneng kamu berubah gini ke aku. "
" Maksudnya? Berubah gimana? " Ali memutar kursinya menghadap ke jendela.
" Kamu dulukan cuek sama aku. Aku yang selalu ngejar kamu. Aku yang selalu ikutin kemanapun kamu pergi. Tapi, sekarang nggak lagi. Kamu yang jagain aku, sifat kamu juga jadi lembut banget. "
Ali tersenyum," Karena aku sadar sifat aku selama ini ke kamu itu salah Mine. Kamu adalah kebahagiaan aku. Dan kalau kamu sedih aku juga ikut sedih. "
" Makasih. "
" Kamu apaansih Mine? Makasih segala. "
" Sebenernya, aku hubungi kamu bukan ngomongin ini. Aku tadi ketemu Alan dan dia bentak aku. "
" Nggak mungkin aku kasih pelajaran ke dia soal itu Sayang. Kamu kalau udah selesai kuliahnya buruan pulang ya? Nanti malam aku ke rumah kamu dan kita akan bicarain itu. "
" Iya. Bye Ali, Love you.
"Love you too Mine. "
****
Alan tersenyum di balik dinding tempatnya bersembunyi. Dia sudah menemukan Ali, dan memang benar dari Prilly. Dia akan memulai misinya. Tunggu saja Ali.
Drrt..
" Hallo Bun? "
" Yah, Kaila sakit. Suhu tubuhnya panas banget, daritadi juga rewel terus. "
" Kok bisa? "
" Aku nggak tau. Ayah dimana? Kuliahnya udah selesai belum? Aku takut telat meriksain Kaila. "
" Iya. Ayah pulang sekarang. Alan sayang Cinta. "
" Cinta juga sayang Alan. "
Alan memasukkan hpnya ke dalam saku dan berlalu pergi.

Cinta berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya. Kaila panas dan dia takut anaknya kenapa napa." Gimana keadaan Kaila? "
Cinta menoleh dan langsung memeluk Alan erat." Aku takut. Dia nangis terus dan nggak mau diem. Mungkin dia capek makanya sekarang tidur. "
Alan mengangguk kemudian memasuki rumah bersama Cinta. Dia memandang putri kecilnya yang terlihat pucat." Kita ke rumah sakit sekarang. "
Cinta mengangguk dan segera menggendong Kaila kemudian menyusul Alan yang sudah berjalan ke depan.
****
Ali membuka pintu mobilnya dan melangkah keluar." Malam den? "
Ali mengangguk menjawab sapaan tukanh kebun Prilly. Dia kemudian berjalan menuju pintu utama. Tok.. Tok.. Tok..
" Hai? "
Ali tersenyum pada Prilly yang memakai baju rumahan sebatas lutut berwarna biru laut.
" Udah mau tidur ya? Masih jam enam sore ini Mine. "
" Mana mungkin aku tidur. Kamukan mau kesini. "Prilly memeluk lengan Ali erat kemudian mengajak lelaki itu memasuki rumahnya.
" Malam Ali? " Izama tersenyum menatap Ali yang mencium tangannya.
" Malam Om. " Ali duduk dengan santai.
" Mulai sekarang ayah kali ya? " goda Airi yang baru datang sambil membawa nampan berisi teh hangat aroma melati. Ali tersenyum sedangkan Prilly membelalakkan matanya kaget mendengar tuturan sang bunda." Kok bunda ngomongnya gitu? "
" Kan bentar lagi jadi suami kamu Pril. Udah fitting baju belum? Gedungnya udah bunda pesen, semua udah siap tinggal baju kalian. "
Ali diam mendengar ucapan Airi. Dia ingin bahagia, tapi dia masih memiliki masalah dengan kembarannya walaupun lelaki itu belum bertindak. Apa dia akan melanjutkan atau dia mundurkan?

Dia BahagiakuKde žijí příběhy. Začni objevovat