"Yang Tertua sekarang di mana?"

"Kau bisa tahu dengan melihat sisiknya yang terkelupas di banyak tempat."

"Kau sendiri siapa?"

"Maaf jika kurang sopan sejak awal. Namaku Falomett, aku yang termuda di sini. Makanya aku berada di lingkaran tumbuh terluar. Maaf sudah mengisap darahmu."

Beberapa pohon lain di sekitar Oliver membuka matanya. Tapi mereka tetap mempertahankan wujud pohonnya dan sama sekali tidak berbicara.

"Kalian para pohon naga apa tidak pernah makan sesuatu? Kalian tampaknya kelaparan. Lihat, aku bawakan darah doppleganger."

Kata 'doppleganger' mengubah suasana mencekam hutan itu mendadak makin mencekik. Sekitar tiga puluh pohon pinus yang berdiri kokoh di belakang Falomett mulai berubah bentuk dengan sangat cepat, setengah tubuh mereka berubah menjadi naga bersisik kehijauan, setengah bagian lagi tetap tertancap ke dalam tanah sebagai pohon-pohon pinus. Akar-akar mereka ikut terangkat saat mereka berjalan mendekati Oliver. Leher dan kepala mereka bergoyang di atas tanah, seperti sedang menunjukkan kebahagiaan dan nafsu makan yang tidak terkira.

"Kau punya darah doppleganger?! Apa mereka belum punah?" kata pohon naga di sebelah kiri.

"Berikan padaku! Aku sudah lama tidak meminumnya! Di mana kau menaruhnya?" ujar pohon naga di sebelah kanan.

Oliver, meski masih merasa lemas, mencoba tersenyum dan menjawab pertanyaan mereka dengan sopan.

"Aku bisa dengan mudah menemukan doppleganger yang tinggal di dunia kalian, asal kalian mau membantuku. Yang kubawa ini hanya sebotol. Hanya cukup untuk satu naga."

"Begini saja, kami semua bertigapuluh di sini. Bagikan saja dengan rata."

"Baik. Akan kuteteskan dengan adil ke mulut kalian masing-masing."

Oliver meneteskan sedikit demi sedikit darah dari botol itu ke mulut para pohon naga yang merunduk. Tiap tetesnya membuat mata mereka menyala seperti kembang api kecil. Bagi mereka darah doppleganger terasa begitu nikmat dan menyegarkan.

"Aaah, terakhir kali kami meminum darah doppleganger adalah saat terjadi kekacauan di Dunia Tanpa Nama. Banyak doppleganger yang baru saja diciptakan terlempar acak ke berbagai tempat. Mereka belum memiliki suara dan masih buta, jadi mereka tersesat di hutan ini dan kami tidak ragu-ragu untuk menghabisi mereka. Saat itu bulan purnama, seperti malam ini, dan ada satu serigala kecil aneh yang menjaga lubang di langit. Lubang itu adalah tempat asal para doppelganger muda itu. Serigala itu hanya diam saja. Tapi kami tahu, serigala aneh itu punya kuasa atas apa yang terjadi. Ia seperti bisa mengatur ukuran lubang di langit, ia jugalah yang membuat doppleganger-doppleganger itu. Jelas dia juga yang membuat mereka terserak ke mana-mana."

"Apa serigala itu berbulu abu-abu dan memiliki lima mata?"

Yang Tertua mendadak muncul, sisiknya sudah banyak terkelupas. Ia benar-benar berukuran sangat besar, kira-kira sepuluh kali ukuran Falomett. Lehernya yang begitu panjang dan kokoh muncul memanjang dari dalam kegelapan hutan. Sepertinya tubuh aslinya tertanam di tengah-tengah hutan sebagai pusat dari ketigapuluh pohon naga ini. Sang Naga tertuapun akhirnya berbicara dengan suara yang berat sekaligus lembut.

"Tepat, itu ciri-ciri yang benar dari serigala itu. Tampaknya kau ini lebih tua dari kelihatannya. Sekarang kau pergilah. Kau sudah mendapatkan yang kau inginkan. Aku tidak mau kaumku mati konyol di sini."

Oliver jelas belum mendapatkan yang dia inginkan. Ia sudah menyiapkan penawaran terbaiknya.

"Tenang, aku tidak sekuat itu. Ini murni urusan bisnis, aku datang dengan penawaran menguntungkan. Kalian akan kuberi hadiah yang lebih baik daripada sekedar setetes darah doppleganger jika mau mengabulkan permintaanku."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DEVOLVEDWhere stories live. Discover now