Krim Kocok

8.9K 917 76
                                    

Retrograde Chapter 4 : Krim Kocok

Mata Asta terasa pedih saat ini—faktor telalu lama terpapar radiasi laptop—tapi dia tetap tidak gentar untuk mengetik di atas papan ketiknya. Bahkan ketika kakak perempuannya mengerang dari ruang TV untuk menyuruhnya tidur, ia tetap tidak akan tidur sebelum tugas ini selesai.

Saat ini ia tengah menyelesaikan makalah Geografi yang benar-benar membuatnya bosan. Ia sudah mengetahui bentuk-bentuk galaksi, rasi bintang, bahkan tiap lapisan bumi dengan baik—dan kini gurunya meminta seisi kelas untuk mengulasnya lebih dalam? Asta benar-benar tidak yakin dengan hasil makalahnya, karena ia benar-benar tidak ingin membahas ilmu Astronomi yang seharusnya anak MIPA pelajari.

Dia tidak ingin mengulas lebih dalam Hukum III Newton di sistem tata surya. Sekali lagi, itu hal yang seharusnya anak MIPA pelajari dan bukan dirinya.

Ia sudah menghabiskan lima belas halaman tapi bahkan ia baru membahas sampai mantel bumi. Masih banyak yang harus ia tulis, membuat Asta yakin bahwa makalahnya benar-benar bertele-tele. Ha, mungkin saat orang lain membaca halaman pertama ia akan mengira tengah membaca makalah hasil karya anak MIPA. Ngomong-ngomong, mengapa Asta terdengar seperti tengah mengagungkan jurusan penuh perhitungan yang satu itu?

Pada akhirnya Asta menyerah, ia menyimpan kembali pekerjaannya dan langsung mematikan laptopnya. Ini malam Jumat, tidak seharusnya ia tidur selarut ini (ini pukul satu pagi dan Asta tidak merasa ngantuk sama sekali, matanya pedih karena terlalu lama berdiam di depan laptop). Asta beranjak menuju kasurnya, tapi sebelum ia tertidur ia mengecek kembali ponselnya.

Satu pesan masuk dari Adelia—atau Kak Deli, seharusnya ia menamai kontaknya dengan itu—satu jam yang lalu. Tanpa waktu lama Asta membuka pesan tesebut.

Besok rapat tertutup. Kumpul dulu di depan gerbang sepulang sekolah. Wajib datang. Trims.

Deli sendiri merupakan Bendahara I OSIS tahun ini, membuat Asta selalu memutar bola matanya jika menerima SMS dari kakak kelasnya itu. Bendahara selalu memiliki kesan yang menyeramkan, meski memang pada nyatanya seperti itu. Ia memutuskan untuk tidak membalas SMS dari kakak kelasnya tersebut, peduli amat mau dibilang kurang ajar atau tidak tahu sopan santun.

Karena pada realitanya, Asta tahu bahwa dirinya memang kurang ajar terhadap banyak orang.

.

.

"Hari ini latihan Paskib sepulang sekolah dan lo masih nekat mau ngadain rapat?" Wira mengangkat alisnya ke arah Revano. Yang ditatap malah hanya memandang lapangan dengan ekspresi tidak peduli. "Gue ngomong sama lo bukan sama pilar depan kelas lo, njir!"

"Anjir, bawel banget sih lu jadi manusia. Iya, nanti ada rapat. Dan iya, nanti juga ada latihan paskib," jawab Revano dengan malas pada akhirnya. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada tanpa melirik Wira sekalipun, membuat Wira benar-benar ingin menebas kepala satu kakak kelasnya ini. "Dan iya, gue tau lo anggota Paskib dan lo harus latihan. Itu terserah lo, mau milih ikut latihan Paskib atau rapat. Rapatnya juga rapat santai aja kok, gak kayak forum LDKS. Tenang aja."

"Rapatnya selesai sampai jam berapa? Mungkin gue bisa ngimbangin sama latihan Paskibra. Gue gak mungkin ninggalin latihan gitu aja sementara tahun depan lomba," Wira mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Berbicara dengan Revano seperti tengah berusaha keluar melewati jalan buntu. "Gue bakal izin sama Satwas nanti. Doain aja bisa izin."

Revano bergumam sejenak. "Gimana kalau gue nanti nungguin lo bentar?" tawar Revano. "Gue bisa izinin lo buat rapat."

/"Lo yakin bisa izin Paskib buat ikut rapat OSIS? Ya udah sana. Dasar sampah."/

Retrograde [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang