Chapter 1

8.6K 721 84
                                    

"Danish," panggil seseorang pelan.

Danish yang tengah termenung diam menghadap keluar melalui jendela mobil menengok pelan ke arah bangku kemudi. Alisnya terangkat satu merespon panggilan Andre, kekasihnya.

"Gimana sekolah kamu? Kamu udah punya temen? Gaada yang ganggu kamu kan disana? Bilang sama aku kalo ada yang ganggu kamu, aku gak mau kamu digangguin siapapun," tanya Andre panjang lebar.

Danish memutar matanya jengkel. Sifat posesif dan overprotektif Andre seringkali membuatnya jenuh. Bahkan dia sebenarnya tidak mengerti mengapa dia bisa punya pacar seposesif ini.

"Sekolah aku yang baru bagus kok. Orang-orangnya juga baik. Kamu gak usah lebay deh, aku gak suka," jawab Danish seadanya.

"Lagian kamu kenapa si ga masuk ke sekolah yang sama kayak aku? Aku kan jadi bisa jagain kamu terus dan kita bisa ketemu setiap waktu. Jadinya kan aku tenang," ujar Andre menatap mata Danish.

Danish menghela napas panjang. Dirinya merutuki kenapa di pagi hari ini dia sudah harus terjebak macet dan membuat dirinya harus menghadapi Andre yang sifat posesifnya sedang keluar.

"Dre, aku tuh bukan anak kecil lagi. Aku bisa jaga diri aku sendiri kok. Dan lagian kamu tau kan kalo keluarga aku itu udah turun temurun selalu sekolah di SMA Taruna Andakarya? Sekolah itu kan udah sekolah turun temurun keluarga Kejora," ucap Danish berusaha memberi pengertian.

Gadis yang akan berusia 17 tahun bulan Mei nanti itu menatap kedua mata Andre dengan intens. Memberikan tatapan teduh miliknya yang sangat menghanyutkan.

Andre tenggelam dalam tatapan mata Danish. Dia tau mungkin dimata Danish, dirinya sangatlah posesif. Tapi semua ini semata-mata karena Andre tidak ingin kehilangan Danish. Siapapun yang melihat binar mata Andre setiap kali menatap Danish akan tahu, bahwa Andre benar-benar mencintai gadis di hadapannya.

"Aku cuma gak mau kamu kenapa-kenapa. Aku sayang banget, Nish sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu," jelas Andre.

Pandangan Andre kembali beralih lurus ke depan saat menyadari lampu lalu lintas telah berubah berwarna hijau. Sebelah tangannya dia gunakan untuk memegang kemudi, sedangkan yang satu lagi meraih tangan Danish dan menggenggamnya erat.

Danish membuang napas berat. Dia tidak bisa marah kepada Andre, dia harus menghargai perasaan lelaki yang telah mendampingi dan menuntunnya dari nol, dari masa-masa sulitnya.

"Aku ngerti, aku cuma gak suka kamu terlalu posesif. Aku pengen kamu percaya sama aku, maafin aku ya,"

Danish menggenggam erat tangan Andre. Dia dekatkan kewajahnya dan dia cium punggung tangan Andre. Andre tersenyum manis merasakan kehangatan dari Danish.

Mobil BMW Andre sudah memasuki gerbang SMA Taruna Andakarya. Andre menghentikan mobilnya di parkiran.

Dia buka seatbelt yang menahan badannya dan dia memutar badan menghadap ke arah Danish. Matanya menatap kedua bola Danish dalam-dalam. Dia raih kedua tangan Danish dan menggenggamnya erat.

"Maaf ya, ga seharusnya aku kayak anak kecil gini. Maaf aku bersikap berlebihan, maafin aku ya. Aku percaya kok sama kamu," ujar Andre tulus.

Danish tersenyum kecil mendengar penuturan Andre.

"Iya gapapa kok. Udah ya, aku masuk dulu," ucap Danish pelan.

Andre mengusap-ngusap pelan puncak rambut Danish. Diraihnya kepala bagian belakang Danish dan dia tarik mendekat ke wajahnya. Bibirnya jatuh ke dahi Danish, menciumnya pelan.

Time to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang