SL 17

3.9K 319 39
                                    

Al sudah tidak tahan melihat semuanya. Tangan al terlihat mengepal keras dan rahang kokoh itu mengeras manandakan bahwa seorang alghazaly sedang dalam keadaan emosi.

Al berniat melangkah maju untuk membawa kekasihnya itu pergi, tapi sebelum al melangkahkan kakinya berril sang sahabat mencekal lengannya.

"Weiiissss calm down brow", berril sebenarnya takut dengan tatapan tajam al tapi jika dia membiarkan al maju kedepan itu akan semakin membahayakan sahabatnya itu dan juga sang kekasih.

"Lepasin tangan gue", al mendesis menatap berril tajam.

"Tenang boss. Percayakan sama yuki. Dia gak akan mungkin nyakitin perasaan loe", sambung gibran. Sejak tadi sebenarnya gibran sudah was-was dengan reaksi al, tapi dia mencoba untuk tidak ikut campur urusan sahabatnya itu. Tapi setelah melihat sang sahabat yang sepertinya sudah naik darah itu terpaksa dia ikut turun tangan.

Al yang sudah terlanjur emosi tidak menghiraukan larangan sahabatnya. Dia masih tetap berusaha lepas dari cekalan berril.

"Boss, itu bidadari loe sudah turun noh. Buru-buru lagi", ranggaz yang tadinya hanya diam melihat al yang sedang emosi akhirnya membuka suaranya setelah dia melihat kekasih dari sahabatnya kini turun dari podium.

Al yang mendengar kata-kata ranggaz segera menoleh ke arah depan. Dimana dia melihat kekasihnya jalan terburu-buru bisa di katakan hampir lari menuju ke arah orang tuanya. Dan al juga bisa melihat verrel yang sedang berjalan berusaha menggapai tangan yuki.

Tak lama kemudian yuki dan orang tuanya terlihat berbicara serius dan segera pergi dari ballroom hotel ini. Al segera berlari menghampiri verrel, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena jika al menghampiri yuki, sudah terlambat. Kekasihnya itu sudah keluar dari dalam ballrom tanpa menoleh sedikitpun kearahnya.

"Mau kemana yuki?", tanya al dingin kepada verrel. Sebenarnya al enggan bertanya dengan rivalnya ini tapi demi mencari tahu apa yang sudah terjadi dengan kekasihnya, al rela mengyingkirkan rasa enggannya tersebut.

"Yuki dapat telepon dari pembantunya dirumah. Katanya adik yuki, sakura pingsan", jawab verrel seperti tak rela memberikan jawaban ke alghazaly.

Alghazaly yang mendengar jawaban dari verrel segera keluar ballroom, berencana untuk menyusul yuki kerumahnya. Al juga kaget dan tentu khawatir dengan keadaan sakura. Kekasihnya itu pasti sedang sedih dan panik lantaran adiknya di kabarkan pingsan. Pikir alghazaly.

Sedangkan verrel kembali naik ke podium. Memberi tahu kepada para tamu yang bingung dengan keadaan yang sedang terjadi.

"Maaf para tamu undangan atas kejadian barusan. Yuki tiba-tiba mendapatkan telepon dari orang rumah kalau adiknya tiba-tiba pingsan. Maka dari itu yuki dan keluarga harus kembali ke rumah tanpa memberi tahu kalian semua. Saya atas nama yuki dan keluarga mengucapkan terimakasih karena sudah berkenan datang ke acara ini. Dan juga maaf lantaran yuki dan keluarga meninggalkan acara ini", setelah mengucapkan kata-kata barusan dan mendapat anggukan dari para tamu, verrel segera menghampiri orang tuanya. Meminta izin untuk pergi menemui yuki dan keluarga.

***

Yuki dan kedua orang tuanya beserta reina sedang menuju ke rumah sakit. Yah tadi mama yuki sudah menghubungi pembantu rumahnya untuk membawa sakura ke rumah sakit dulu karena takutnya kalau sakura kelamaan di bawa kerumah sakitnya, sakitnya akan semakin parah.

"Sakura gimana mah? Tadi kenapa sakura gak di ajak saja sih ma?", yuki benar-benar khawatir dengan adiknya tersebut.

"Semoga gak apa-apa teh. Kita berdoa saja ya", mama yuki sebenarnya juga teramat sangat khawatir dengan kondisi anak bungsunya itu tapi sang mama memilih untuk tenang. Karena jika semua khawatir keadaan akan semakin kacau.

simple loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang