CHAPTER 22

4.9K 337 1
                                    

Senyumku mengembang, benar - benar mengembang. Akhirnya aku akan terbang menuju Indonesia di tanggal yang telah aku lingkari dengan jelas di kalender. Dan aku akan menemui seseorang yang benar - benar aku rindukan selama berbulan - bulan ini.

"Ayo banggg cepetan!" Ku tarik lengan Bagas agar dia berjalan sedikit lebih cepat.

"Yaelah, ga bakal ngerubah jam terbangnya juga kan, dek." Ucap Bagas malas.

"Hmph! Yaudah!" Aku pun melepas peganganku dari lengan Bagas lalu ku lipat kedua tanganku didepan dada dan mengkerucutkan bibirku.

"Dihh, ngambeeeeekk." Bagas mencubit hidungku, sampai merah. Ya, sampai merah.

Karna rasa malu plus kesal, ku balas perbuatannya barusan dengan mencubit pinggangnya. Ah, jadi teringat Vanno. Sebentar lagi, Van. Sebentar lagi.

*

"Akhirnyaaa! INDONESIA! I CAME BACK!"

"Woy! Malu - maluin gua lu!" Ucap Bagas sambil membekap mulutku.

Aku kesini hanya bersama Bagas, karena Papa ku harus masih bekerja dan Mama ku memutuskan untuk disana menemani Papaku.

"Icik amuh," goda ku.

Bagas terlihat hanya memutarkan matanya malas, mungkin ia merasa malu mempunyai saudara tiri sepertiku. Terkadang, aku memang agak sedikit memalukan, jadi maaf ya.

Bagas berjalan menuju tempat pemesanan taxi, sedangkan aku sedang berdiri bersama koper - koper sambil memegang handphone ku dan menanyakan kabar Vanno.

Rere: hey

Vanno: hello, baby. What's up?

Rere: where are you?

Vanno: at home. You?

Rere: home, too.

Yes, dia ada dirumah. Uhuy uhuy.

Tak lama Bagaspun kembali lalu langsung mengangkat koper ku dan dia ke dalam bagasi taxi diikuti dengan supir taxinya. Aku hanya diam ditempat entah kenapa.

Bagas kembali lagi ke arah ku.

"Ehhh, ada yang ketinggalan." canda Bagas. "Yuk ah!" Bagas menggandeng tanganku menuju taxi.

Aku benar - benar begitu senang akan bertemu Vanno setelah 10 bulan lamanya tidak bertemu, apalagi besok ia akan ulang tahun. Wah, tambah senang.

"Bang, ntar bantuin gue siapin semua - muanya buat Vanno yak!" Ucap ku semangat sambil menggoyang - goyangkan badannya dengan keras.

"Iyeee bawel," Bagas memejamkan matanya karna perjalanan di udara yang membuatnya agak sedikit mabok, atau bahasa kerennya jetlag.

Sesampainya kami dirumahku yang dulu aku tempati bersama mama, aku langsung meletakkan barang - barangku dikamar ku dan Bagas dikamar yang Mama tempati dulu.

Kami masing - masing bebersih dan beberes, lumayan lelah sih berada berjam - jam dipesawat.

Untuk esok hari, harus ku siapkan sematang mungkin. Dan harus ku abadikan momen ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan aku belum membeli kue untuk Vanno esok hari. Kado? Tenang saja, semua beres kalau tentang kado.

Aku sudah menyiapkan satu buah scrapbook yang berisi tentang aku dan Vanno. Semuanya ada disitu. Bahkan dari awal perkenalan kami yang tidak mengenakkan.

"Bang temenin aku yuk, beli kue." Ajakku ke Bagas yang sedang tiduran di sofa ruang tamu.

"Ah males ah dek. Lu aja."

"Ayo lah abang ku yang ganteng tapi ngeselin. Ayooo!" Aku menggoyang - goyangkan tubuhnya dan berhasil membuat nya jatuh dari sofa.

"Ah elah. Ayok dah!"

Aku dan Bagas berjalan menuju toko kue terdekat, dan memesan satu buah kue yang cocok untuk Vanno. Maksudnya, bukan kue yang hiasannya barbie atau warna pink - pink gitu. Tapi yang khusus atau cocok untuk cowok.

"Yang ini aja, dek. Bagus," kata Bagas.

"Yaudah. Mbak yang ini ya mbak!" Pintaku ke pelayan toko kue tersebut.

"Ucapannya mau apa, mbak?" Tanya pelayan itu.

"Ini aja, 'Happy 18th birthday, Vanno. I love you with all my heart'. Itu mbak."

"Oke, ditunggu sebentar ya. Pembayaran bisa dilakukan di kasir sebelah sana."

"Iya, makasih, mbak." Balasku.

Setelah kuenya siap, kami pun pulang lagi. Dan aku, sudah tidak sabar untuk menunggu esok hari. Benar - benar tidak sabar.

*

16 April pun tiba, dimana itu adalah hari ulang tahun Vanno. Tepat pada pukul 12 malam, Rere mengirimkan pesan kepada Vanno yang berisikan tentang harapan - harapannya untuk Vanno dan ucapan selamat ulang tahun.

Tak lama setelah Rere mengirim pesan pada Vanno, ia muncul dibalik pintu depan rumah Vanno-yang diantar oleh Bagas. Ia mulai mengetuk pintunya sambil memegang kuenya yang sudah ia tusukkan lilin diatasnya yang sudah ia nyalakan.

"Selamat ulang tahun, sayang!" Teriak Rere sambil tersenyum lebar. Dan Vanno tersenyum lebar tak percaya kepada Rere.

"Tiup dong lilinnya!" Perintah Rere.

Vanno langsung menghembuskan angin dari mulutnya yang membuat lilin yang berangka 1 dan 8 itu mati.

"Nih buat kamu," kata Rere sambil memberikan satu bingkisan ke Vanno.

"Apanih? Makasih ya, Re." Balas Vanno sembari menerima pemberian Rere dan mengucek - ucek matanya. "Yuk masuk."

Rere dan Vanno masuk ke dalam rumah Vanno. Rere memperhatikan sekitar, ia kangen suasana rumah ini. Apalagi orang yang menempati rumah ini, khususnya Vanno.

"Kamu dari kapan kesiniii?" Tanya Vanno yang telah duduk disofa ruang tamunya.

"Kemarin, aku baru sampai. Oh iya jangan lupa tuh diliat kadonya ya nanti!"

"Iya iya. Tapi kok kamu ga bilang bakal kesini?"

"Kamu gamau surprise dari aku ya?!"

"Hahaha.. iya sayang, bercanda. I miss you sooooooooooo much." Kata Vanno sambil memeluk Rere dengan erat.

Ia benar - benar merindukan Rere, setelah sekian lama akhirnya ia dapat memeluk badan kecil ini lagi. Lama, lama sekali Vanno memeluk badan Rere. Mungkin untuk melepas kerinduannya terhadap Rere.

"Re, aku mau nanti kita habisin waktu bareng - bareng!"

"Iya, Vanno."

Vanno tetap memeluk tubuh kecil itu dan diselingi dengan kecupan di dahi Rere.

"I love you, Re."

"Love you too, Vanno." Balas Rere sambil memeluk erat Vanno untuk menghilangkan kerinduannya terhadap Vanno.

★★★

Hope you enjoyed.
Bilbile
Sunday, December 13rd 2015
04:56 PM

*

MAAFKAN AKUUU KARNA SANGAT RANDOM WKWKKWKW

###

Rombak: 9.4.16 // 01.39AM

Not Meant To Be #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang