CHAPTER 19

4.8K 337 3
                                    

Maafkan jalan ceritanya yang ngga nyambung ya, baru pertama-tama sih coba serius untuk bikin cerita hehe. Sorry for the bad story. Hope you like(d) it!

***

Vanno menjalani hari-harinya seperti biasa, tanpa Rere. Berangkat ke sekolah, belajar, pulang, ber-video call dengan Rere. Itu lah yang ia lakukan kurang lebih selama hampir sebulan ini.

"Miss you." Ucap Vanno di video call nya dengan Rere.

"Me too!"

Jika kerinduan Vanno terhadap Rere adalah pasir, maka sudah menjadi gunung lah pasir-pasir itu. Karna Vanno benar-benar merindukan Rere yang sangat jauh darinya.

Dan tak lupa dengan Rara, kedekatan Rara dan Vanno bertambah setelah kejadian hari pertama MOPDB.

"Aku tidur, ya." Izin Vanno pada Rere yang sedang menatap wajahnya melalui video call.

"Iya, aku temenin. Okay? Sleep tight, baby. Love you."

"Okay. Too." Vanno tersenyum manis.

*

"Hai, kak." Sapa Rara yang lewat disebelah Vanno.

"Hm." Vanno tetap meneruskan langkahnya tanpa menoleh ke Rara.

Rara yang merasa tidak dihiraukan tiba - tiba menghentikan langkahnya. Wajahnya cemberut karna ia tidak mendapat respon dari Vanno.

Sesampainya dikelas, Vanno meletakkan tas nya diatas mejanya dan mulai mengeluarkan hpnya lalu memainkannya. Ternyata ia sedang mengetik sesuatu, menandakan bahwa ia sedang ingin mengirim pesan kepada seseorang.

From Vanno:
I miss you, home soon.

From Rere:
Miss you too, baby. I will.

Senyum Vanno mengembang tiap kali ia mendapati sms yang berisi 'miss you' atau 'love you' dari Rere. Ia ingin sekali rasanya mendekap Rere dalam pelukannya, ia benar-benar rindu. Ia benar-benar tak tahan dengan semuanya.

Shel, gue ditinggal Rere ke London sampe dia lulus SMA. Udah gitu dia disana sama Bagas, aku tau sih dia udah jadi saudaranya Rere. Tapi tetep aja, aku cemburu gitu, Shel. Apalagi kangen aku udah ga ketahan buat Rere.

"Woi!" Geri menepuk bahu kanan Vanno dan menyadarkan Vanno dari lamunannya.

"Hm?"

"Ngapa lo?"

Vanno hanya membalasnya dengan gelengan, ia tak mau memberitahu rasa ini kepada siapa-siapa. Karna tidak ada satupun yang akan mengerti bagaimana rasanya.

"Gapapa," jawab Vanno.

"Yailah, kayak kita baru kenal sekarang aja. Pasti gara - gara Rere kan?" Tamya Geri frontal.

"Tau tauan aja sih!"

"Geblek, gue udah sahabatan sama lu dari dulu, tai."

"Hahaha...iya ya, gue lupa."

Dari luar kelas Vanno, seseorang tengah memerhatikannya. Sambil tersenyum.

Manis banget, kak, kalo senyum.

*

Bel istirahat berbunyi, akhirnya.. Perut ini udah bener-bener ga tahan, cacing-cacingnya udah mendemo didalam meminta-minta makanan. Mungkin lagi mengemis makanan dariku.

Aku pun langsung berjalan ke kantin, sendirian. Padahal biasanya sama Rere, tapi ya mau gimana, Rerenya aja jauh banget. Geri? Dia sama Kaira.

Ku hampiri abang-abang bakso tercinta yang sudah mengisi perutku selama setahun kemarin. Ga setahun full, sih. Tapi setidaknya abang-abangnya sudah berjasa membuatkanku bakso dan mengenyangkan perutku.

Not Meant To Be #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang