Aku tersenyum saat melihat Toby yang berjalan memasuki panggung. Kemeja hitam nya membuat Toby terlihat lebih dewasa dibandingkan sebelumnya.

Tiba-tiba aku terdiam.

Violin?

Jadi Toby memainkan violin? Tapi kenapa dia lebih sering memainkan piano nya?

Toby mulai mengambil nafas dalam, dia menyentuh violin nya dengan lembut dan memejam kan matanya.

Saat dia mulai memainkan permainannya, para penonton, termasuk aku, terpesona olehnya.

Traumerei.

Lagu itulah yang dimainkan olehnya. Teressa juga menyukai lagu itu, tapi aku tidak terlalu suka karena alunan nada nya yang sedih.

Hanya saja, alunan kali ini berbeda.

Alunan yang dimainkan oleh Toby terdengar lebih lembut dan menenangkan ku.

Rasanya aku seperti merasakan ada angin berhembus lembut, di musim yang mulai dingin ini, alunan ini menghangatkan seluruh tubuhku.

Aku menatap Toby, dia benar-benar berbeda. Dia Toby yang tidak pernah kulihat.

Toby yang kulihat, terlihat lebih dewasa, seperti orang yang tak dapat kugapai. Layaknya Teressa.

Mereka sama persis.

Mereka antik, berbakat, mereka bagaikan langit yang tak dapat kugapai.

Seluruh penonton menepuk tangannya dengan meriah saat permainannya selesai.

Toby membungkukkan tubuhnya dan berbalik menuju belakang panggung.

Aku tersenyum kecil.

Selama ini, aku tidak sadar jika ada orang yang dapat melampaui Teressa.

♪♪♪♪

"Toby!" Panggilku saat melihat Toby yang sedang berjalan keluar dari ruangan.

Dia tersenyum dan menghampiriku.

"Bagaimana? Karena kau datang.., aku jadi sedikit gugup." Ucapnya tersipu

Aku tersenyum dan memeluknya erat. "Bagus. Permainan mu indah sekali." Ucapku.

Dia membalas pelukanku dan tersenyum kecil. "Syukurlah."

Tiba-tiba seseorang menarik-narik baju ku. Aku menoleh dan melihat seorang anak kecil yang sedang membawa buket bunga bersamanya.

"Kak..! Aku penggemar kakak! Terimalah!" Ucapnya sambil memberikanku bunga.

"E-eh? Tapi.., yang barusan lomba, kan bukan aku..,"

"Aku penggemar kakak! Aku senang sama permainan kakak saat perlombaan musim panas! Apa kakak akan bermain musik lagi nanti?"

Aku terdiam lama, dan akhirnya mengambil buket bunga itu dari tangannya dan tersenyum kecil.

"Terima kasih. Soal itu.., aku tidak tahu." Ucapku pelan.

Dia tersenyum kecil dan menoleh kearah Toby yang sedari tadi tertawa melihat kami.

"Dan ini untuk kakak juga..!" Ucapnya sambil memberikannya bunga.

"E-eh? Aku juga?" Ucap Toby bingung.

"Permainan kakak bagus sekali! Aku menyukainya! Aku juga fans kakak! Kakak juga keren!" Ucapnya bersemangat.

Wajah Toby memerah dan akhirnya menerima bunga itu. "T-terima.., kasih..,", ucapnya tersipu.

Anak itu tersenyum dan pergi meninggalkan kami.

Toby melirik kearahku dan tersenyum kecil.

"Lihat, kan? Seluruh orang menyukai permainan mu." Ucapnya menghiburku.

"Tapi.., dengan keadaan tanganku ini.., aku tidak bisa..," ucapku sambil memandang kedua tanganku miris.

Toby terdiam dan menatapku dengan senyuman manisnya.

"Aku lapar. Cari makan, yah?"

♪♪♪♪

Aku hanya duduk terdiam disini, sedangkan Toby masih sibuk memilah pesanan.

Pada akhirnya Toby membawaku ke music cafe yang pernah kukunjungi saat itu.

Aku masih berpikir tentang ucapan anak tadi, apa benar jika semua orang menyukai permainanku?

Tapi alasanku bermain musik adalah Edward dan Teressa. Tidak ada yang lain.

Karena mereka menghilang, semangatku di dunia musik juga hilang.

"Claire?" Panggil Toby tiba-tiba.

"Ya?" Ucapku kaget.

Dia membuang nafasnya.

"Yaampun.., kau ini melamun terus ya? Cepat makan." Omelnya sambil mengunyah makanannya.

Aku tersentak saat melihat makanan yang sudah tersedia di meja ku. Sejak kapan makanan ini datang?
Kupikir tadi Toby masih memilih pesanan!

Tiba-tiba penyanyi di cafe ini membawakan lagu good bye days yang kusukai, dan ini membuatku sedikit bersemangat dari sebelumnya.

"Ah! Toby! Aku suka lagu ini!" Ucapku senang.

Toby tertawa mendengarnya.

"Aduh. Makanan mu berantakan kemana-mana, tuh. Sini." Ucapnya sambil mengelap bibirku dan membuat wajahku memerah.

"Kau ini seperti anak kecil, ya." Ejeknya tertawa.

Aku menyilangkan tanganku kesal.

"Yang anak kecil itu kau, bodoh."

Dia hanya tertawa mendengarnya, tiba-tiba dia terdiam dan menatapku lama.

"Claire. Saat ulang tahunmu nanti, ayo kita rayakan berdua." Ucapnya sambil menggenggam tanganku.

Aku terdiam.

Benar juga. Bahkan aku tidak ingat jika tiga hari lagi aku akan berulang tahun.

"Iya." Ucapku membalas senyumannya.

"Kalau begitu, nanti akan kuhubungi." Ucapnya senang.

Aku terdiam.

Sebentar lagi ulang tahunku, ya?

Sayang sekali aku tidak dapat merayakannya dengan Teressa. Padahal dia berjanji ingin memberiku hadiah.

Tunggu..?

Hadiah?

Bukan kah dia berjanji memberikan ku hadiah dan alasannya bermain musik saat ulang tahunku nanti?

♬♬♬♬♬♬♬♬♬♬♬♬♬♬♬♬

Hi hii!!

Maaf ya telat update:''

Aku lagi sibuk yaa you know lha hehe

Tapi sebagai bonus aku bakalan update 2 chapter sekaligus, deh! Dan besok chapter terakhir bakalan update!

Gimana? Pada gak sabar yaa? Apa engga?-,-

Klo gitu see youu! Mwah:*

Summer Air MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang