-Lomba-

1.6K 129 8
                                    

Aku melirik jam tam tanganku berulang kali.

Ini sudah jam 9 lewat. Sebentar lagi perlombaannya akan dimulai.
Tapi kemana Toby? Kenapa dia belum kunjung datang?
Aku membuang nafasku.
Semoga saja tidak ada masalah di perjalanannya.

"Claire..!" Panggil seseorang dari sebrang jalan.

Aku menyipitkan mataku, bertanya-tanya siapa gerangan yang baru saja memanggil namaku.

Sosok itu berjalan menyebrangi jalan, dengan senyuman cemas dan wajahnya yang sedikit berkeringat. Padahal ini sudah masuk musim dingin.

Aku tersenyum kecil saat sosok itu makin terlihat jelas di penghilatanku. Sosok pria bertubuh tinggi, rambutnya yang coklat dan senyuman polos nya yang sangat kusukai. Dia sedang mengenakan jas hitam dan syal yang melilit di lehernya. Tampan sekali.

"Maaf! Aku membuatmu menunggu lagi!" Ucapnya sambil membungkukkan tubuhnya.

Aku tertawa dan menepuk pelan pundaknya.

"Tidak apa. Yang penting, kau sudah datang. Aku sempat cemas, tadi." Ucapku pelan.

Dia menatapku lama dan tersenyum kecil.

"Kalau begitu ayo masuk." Ucapnya sambil menggenggam tanganku erat, membawaku untuk memasuki gedung tinggi tempat perlombaan musik nasional yang akan dia ikuti.

Aku melirik ke sekitar. Aku ingat betul tempat ini.

Dinding nya, tata ruangnya, lampu nya, panggung nya, tempat duduknya, aku sangat ingat. Bagaimana bisa aku lupa?

Aku selalu menyaksikan perlombaan Teressa hampir di sini.

Rasanya suara alunan dari violin nya menggema di seisi ruangan besar ini dan membuat jatuh cinta bagi siapapun yang mendengarnya.

Hanya saja.., sekarang aku tidak dapat mendengarkan alunan itu lagi.

"Claire..?" Panggil Toby membuyarkan lamunanku.

Aku mendongakkan kepalaku, tersadar dan tersenyum kecil.

"Maaf. Aku melamun." Ucapku terkekeh.

Dia tersenyum dan kembali membawaku ke belakang panggung, aku melihat seluruh orang yang masih berlatih dan menghafalkan partitur nya.

Deja vu.

Entah kenapa aku jadi teringat saat dimana perlombaan pertamaku tempo hari.

"Toby. Sepertinya sudah mau mulai. Aku akan pergi ke bagian penonton." Ucapku sambil pergi meninggalkannya.

"Dukung aku, ya." Ucapnya sambil tersenyum kecil.

Aku mengangguk dan memalingkan wajahku, melangkah menuju tempat penonton.

Aku melirik kearah orang-orang disekitarku. Mereka terlihat antusias. Ada juga yang cemas. Tapi aku heran, dari tadi Toby sama skali tidak menunjukkan wajahnya yang cemas. Mungkin itu karena dia sudah berlatih giat selama ini.

Aku tersenyum kecil dan mengepalkan tanganku.

Berjuanglah, Toby.

Peserta pertama pun tampil dengan penampilan piano nya yang memainkan lagu chopin. Hanya saja masih banyak permainan nya yang meleset. Para juri langsung menilai penampilannya.

Selanjutnya peserta kedua. Dia memaikan alat musik biola dan memainkan lagu beethoven. Masih banyak miss, itu karena pemainnya terlalu gugup.

Mungkin karena juri nya adalah komposer tingkat nasional.

Setelah lama menunggu, akhirnya peserta yang kutunggu pun tampil.

Summer Air MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang