Pelukan Hangat

1.8K 161 7
                                    

Sudah dua jam berlalu dan aku masih mencoret-coret asal buku tulisku tanpa mendengarkan penjelasan dari guru di depanku.

Aku sangat ngantuk sampai-sampai mataku terpejam beberapa kali.

Aku memang tidak menyukai pelajaran sejak dulu. Itu sebabnya aku dan Teressa suka bertukar tempat jika ada pelajaran yang membosankan di kelas kami.

Aku terdiam.

Sudah lama sekali Teressa meninggalkan ku.
Tapi entah kenapa aku masih merasa jika dia masih ada disini, tersenyum dan mengawasiku setiap harinya.

Aku masih bisa membayangkan senyuman manisnya dan tingkahnya yang selalu membuatku tertawa.

Cukup, Claire. Alasan Teressa pergi adalah karena dia ingin kau tetap hidup.

Hanya itu keyakinan yang kumiliki untuk bertahan hidup sampai saat ini.

Jika tidak, aku sudah berulang kali mencoba untuk bunuh diri di kamarku.

Mungkin Teressa memang tidak ingin aku mati, untuk itu aku terselamatkan saat aku menyayat pergelangan tanganku waktu itu.

"Claire..?" Panggil seseorang.

Aku tersentak mendengar suara lembut dari orang yang ada dihadapanku saat ini.

"Toby? Kenapa kau disini? Ini, kan masih jam belajar!"
Aku mengomelinya tanpa melihat kesekitarku.

Toby menggelengkan kepalanya, menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan tersenyum kecil kearahku.

"kau ini melamun, ya? Ini sudah jam istirahat. Lihat lah ke sekitarmu."

Aku menatapnya bingung dan melihat kearah sekitar.

Mereka semua sedang makan siang dan berbincang pada kelompoknya masing-masing.

"Benar, kan?"

Aku tersenyum kecil.

"Hehe kau benar."

Tiba-tiba dia meletakkan sekantong plastik besar di mejaku.

"A-apa ini?" Ucapku sambil melihat kedalamnya.

"Makanan. Pasti kau lapar."

Aku tersentak mendengarnya.

"Tapi aku bisa beli sendiri."

Dia hanya diam dan langsung menarikku pelan.

"Kau bisa ganti uangnya nanti. Ayo cepat bawa itu ke atap. Aku lapar." Ucapnya sambil melangkah pergi.

Spontan aku langsung mengambil kantung itu dan membawanya pergi bersamaku.

♪♪♪♪

Kami berdua duduk bersampingan sambil memakan roti isi yang Toby belikan di caferia sekolahku.

Aku melirik kearahnya yang terlihat lapar saat mengunyah makanannya.

Aku hanya tertawa melihat tingkahnya.

"Eh? Ada apa?"

Dia menghentikan kunyahannya dan menatapku dengan wajah polosnya.

Aku menggeleng pelan.

"Tidak apa. Aku iri padamu."

Dia menaikkan alisnya. Mulutnya masih penuh dengan roti isi.

"Iri kenapa?"

"Aku iri melihatmu bisa makan senikmat itu."

Dia melanjutkan kunyahannya dengan cepat dan langsung menelannya secara paksa.

Summer Air MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang