Bertengkar hebat

1.7K 136 3
                                    

Aku berjalan pelan menuju lantai atas, dimana ruangan Teressa biasa latihan berada.

Aku melihat Edward dari kejauhan yang mulai memasuki ruangannya.

Rasa penasaran makin menghampiriku.
Aku berjalan dan membungkukkan badanku agar tak terlihat oleh mereka.

Aku mulai mendekatkan wajahku dibalik pintu, dan membukanya sedikit sehingga mereka terlihat olehku.

Jantungku berdegup kencang.
Aku masih merasa jika perbuatan ku ini lancang.

Apa tidak apa? Bukankah ini sama saja jika aku mencurigai Teressa?
Fikirku.

Aku menggelengkan kepalaku. Berharap agar fikiran tentang penyesalan ini menghilang secepatnya.

Tidak. Aku, kan. Penasaran.
Ucapku sambil tersenyum optimis.

Aku menatap mereka berdua.
Tidak ada yang terjadi.

Tiba-tiba aku terdiam saat Teressa mulai memainkan violin nya. Aku menatapnya takjub.

Indah sekali. Baru pertama kali Teressa memainkan violinnya seindah ini. Ucapku dalam hati.

Aku menatap wajah Teressa yang sangat terhanyut oleh permainannya. Dia benar-benar bekerja keras. Sepertinya keinginannya untuk memenangkan permainan ini bukanlah kebohongan belaka.

Aku membuang nafasku.

Apa-apaan aku ini?
Curiga kepada Teressa seperti itu? Sudah jelas jika Teressa hanya meminta Edward untuk melihat permainannya?
Dasar bodoh diriku ini.
Fikirku menyesal.

Aku mulai membalikkan tubuhku untuk pergi dari sini. Perasaan ku sedikit lega setelah ini.

Namun tiba-tiba langkahku terhenti saat mendengar Edward berbicara dengan Teressa

Rasa penasaran ku mulai muncul. Aku memutarbalikkan tubuhku dan kembali mengintip mereka berdua.

Apa ya? Yang mereka bicarakan? Ucapku penasaran.

Suara mereka terdengar samar. Aku tidak mendengar setiap perkataan nya.

Tiba-tiba aku menatap mereka kaget.

Tubuhku bergetar hebat. Rasanya aku ingin menangis sekarang.

Edward...,
Kenapa dia memeluk Teressa seperti itu..?

Dengan air mata yang menetes deras dipipiku, aku langsung berlari entah kemana.
Yang pasti, aku tidak sanggup untuk melihatnya lagi.
Terlalu menyakitkan buatku.

♪♪♪♪

Aku terus menangis di kamarku semenjak kepulanganku dari tempat itu. Sampai-sampai tiga bungkus tisue di kamarku habis untuk menghapus air mataku.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Aku langsung menutupi tubuhku dengan selimut. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa saat ini.

"Claire..? Apa kau tertidur..?"

Aku mengenal suara itu. Dan yang pasti, aku tidak ingin bertemu dengannya..!

"Claire..?" Ucapnya pelan.
"Keluar." Ucapku dingin.
"Claire..? Ada apa?" Ucapnya bingung.

Ha. Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, ya? Pintar sekali.

"Claire..? Katakan padaku jika ada sesuatu yang terjadi..," ucapnya cemas.

Aku langsung membuka selimutku dan menatapnya dengan kebencian.

"Claire..?! Ada apa denganmu? Kau.., menangis..?" Ucapnya kaget.

Aku menatapnya sinis.

"Teressa. Aku sedang tidak ingin melihat mu saat ini. Pergi sana." Ucapku.

Teressa kebingungan.

"Claire..? Tapi apa salahku..?"

Aku tertawa mendengarnya.

"Apa salahmu..? Kau bertanya apa salahmu..?? Hahaha kau pasti bercanda..!" Ucapku kesal.

Dia menatapku kaget.

"Tapi aku bersumpah aku tidak melakukan hal yang salah padamu." Ucapnya bingung.

Aku menatapnya kesal dan langsung mendorong tubuhnya dengan kuat.

"Tidak ada yang salah..??! Lalu berpelukan dengan orang yang disukai saudari mu itu bukan hal yang salah..?! Begitu menurutmu..?!!!" Bentakku.

Dia menatapku kaget.

"Claire.., apa kau.., melihat kami, tadi..?" Ucapnya.

Aku tersenyum sinis.

"Hah. Ada apa? Apa kau ingin mengakui sesuatu..?" Ucapku menyindirnya.

Dia menundukkan kepalanya.

"Kenapa tidak bicara? Kau seperti maling yang tertangkap basah." Ucapku.

Dia menatapku dengan air mata yang bercucuran.

"Maafkan aku, Claire.., tapi aku bersumpah itu bukan seperti yang kau fikirkan..! Kau salah paham..!"

"Salah paham..?! Bukan seperti yang kufikirkan..?! Jadi apa..?! Seorang guru dan murid yang sedang berpelukan selamat atas keberhasilannya..!!!?" Bentakku.

Air mataku menetes deras. Kekesalan ku melonjak.

"Claire.., aku--"

"Kenapa kau tidak jujur saja dari awal kalau kau memang menyukai Edward? Kenapa kau berpura-pura baik dengan membantuku? Aku tidak mengerti, Teressa. Kau., aku menyesal karena mempercayai penipu ulung sepertimu." Ucapku.

Teressa hanya menangis saat mendengar ucapanku. Suara tangisnya sampai tidak terdengar lagi olehku.

"Jika kau jujur dari awal, kan kita bisa bersaing secara bersih? Bukan diam-diam saling mengalahkan seperti ini." Ucapku kesal.

Teressa berusaha menguasai tangisnya. Dia mencoba berbicara, tapi dia ragu.

"Oke, Claire.., aku jujur.., aku memang.., menyukai Edward..," ucapnya disela-sela tangisnya. "Tapi aku yang pertama menyukainya, Claire..! Aku menyukai nya pertama sebelum kau..!" Lanjutnya.

Amarahku memuncak dan dengan spontan aku menampar wajahnya dengan keras.

"Kenapa kita harus terlahir kembar? Kenapa aku harus ditakdirkan untuk mempunyai kembaran sepertimu? Kenapa.., kenapa..," ucapku menangis.

"Claire.., maafkan akuu..," ucapnya.

"Claire..," panggilnya pelan.

Aku berjalan meninggalkannya tanpa melihat kearahnya sedikitpun.

Aku tidak perduli lagi dengannya. Aku benar-benar membencinya..!

Summer Air MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang