Chapter 03 - Sean Kingston

26.9K 1.2K 2
                                    

Sean membuka pintu ruangan kerjanya dengan kasar lalu mulai duduk di kursi halus tempatnya biasa bekerja. Kemarahan terlihat jelas diwajah tampannya. Merasa sesak dia membuka jas dan melonggarkan dasi yang berada di kerah kemeja.

"Grey, cepat bawa dokumen yang harus aku kerjakan."

"Baik Tuan Sean. Akan segera saya antarkan." Jawab Grey Maier yang merupakan asisten kepercayaan Sean.

Sean memijit pelan pelipis yang terasa berdenyut-denyut, kepalanya langsung terasa sakit setelah mendengar perkataan Ibunya tadi siang. Bagaimana bisa Ibunya membicarakan tentang pernikahan. Umurnya masih dua puluh tujuh tahun, dia tidak menyangka akan secepat ini mengalami pernikahan keluarga yang memang sudah sejak dulu keluarga Kingston mengalami pernikahan seperti ini. Seperti Ibu dan Ayahnya.

Keluarga Kingston merupakan salah satu dari tiga keluarga terkaya di kota N selain keluarga Manson. Saat ini yang memegang saham terbesar adalah kakeknya, Alton Kingston.

Sean belum menemukan bagaimana cara menolak tradisi turun temurun tentang perjodohan ini. Lebih tepatnya kakeknya yang ingin dia cepat menikah. Namun sebenarnya Sean punya alasan tersendiri kenapa dirinya tidak ingin perjodohan seperti ini. Ketukan pintu terdengar dari pintu masuk, mengembalikan lamunan Sean.

"Masuk."

Pintu ruangan terbuka menunjukkan sekretarisnya yang membawa banyak dokumen. "Ini dokumen yang perlu anda kerjakan, Tuan Sean."

Sean hanya bergumam masih memijat pelipisnya yang berdenyut. Grey menaruh dokumen yang dibawa ke atas meja didepan Sean.

"Kalau begitu saya permisi, Tuan Sean."

Grey segera berjalan keluar dari ruangan tidak ingin mengganggu Sean. Saat situasi seperti ini Sean membutuhkan seseorang untuk melepas rasa penatnya. Memikirkan seseorang Sean langsung mengambil ponsel yang berada di kantung celananya.

"Syaile."

"Ada apa?"

"Datang ke kantor sekarang."

"Kebetulan aku berada dekat dengan kantor, aku akan segera kesana."

Lalu telepon terputus. Syaile adalah salah satu wanita yang Sean perhatikan. Umur wanita itu lebih tua tiga tahun dari Sean.

Syaile tahu bahwa Sean sangat memanjakannya dibandingkan wanita lainnya. Karena dia salah satu yang paling disukai, hanya dia yang mempunyai akses komunikasi langsung dengan Sean. Syaile merasa dia bisa memonopoli Sean. Beberapa wanita bahkan takut bertengkar dengannya. Dia bagaikan nyonya dari semua wanita yang dimiliki Sean.

Beberapa waktu kemudian pintu terbuka menampilkan wanita cantik yang anggun dengan tampilan mewah. Seperti wanita dari keluarga terhormat, namun sebenarnya semua barang mewah yang dikenakan Syaile adalah pemberian Sean.

Bahkan wanita itu mempunyai wewenang khusus dimana dia bisa masuk kedalam kantor dan ruang pribadi Sean tanpa izin. Hak ini membuat Syaile selalu mengangkat kepalanya pada wanita Sean yang lain.

"Kemarilah." Dia menatap Syaile yang berada didepan pintu sambil menyuruhnya untuk duduk dipangkuannya.

"Sean aku tidak bisa terlalu lama, hanya sebentar saja." Syaile berjalan dan langsung duduk dipangkuan Sean dengan malu-malu.

"Kenapa?" Sean menyerngit tidak puas.

Syaile membelai pipi Sean dengan lembut untuk menghiburnya. "Ibuku sedang sakit. Aku harus kerumah sakit."

Sean sebenarnya masih tidak suka fakta bahwa Syaile tidak bisa lama bersama dengannya. Namun dia tidak ingin membuang waktu, segera Sean memeluk wanita itu.

Look For Black EyesWhere stories live. Discover now