part 12

67.4K 2.2K 47
                                    

Kyyaaa ....!!! pada minta panjanging partnya!! Maaf banget deh Gangs kalo part yang sebelum ini pendek. Adududuh .... sorry banget, otak Imo kemarin jegeplak, jadinya tiba tiba Update deh hehehe
Maaf yah .....

Nih Imo kasih yang panjangnya kaya sungai Musi.

Xoxo

Daisy merebahkan Grayson dengan lembut di sofa dalam ruang kerja Lily. "Imut" ucap wanita itu tak tertahankan. Daisy sontak menertawakan ibunya sendiri. Inilah yang ia rindukan, ibunya yang berbicara tanpa saringan.

Daisy menatap seluruh sudut ruang kerja Lily. Banyak piagam penghargaan bahkan piala piala raksasa berjejer disalah satu meja besar. Ia menatap ibunya yang nampak memandang Grayson lirih.

Lily sadar diperhatikan putrinya dan langsung berdiri "ibu meminta penjelasan Daisy" Daisy memutar bola matanya jengah, ibunya memiliki rasa penasaan akut "penjelasan apa?" Daisy berpura acuh. "Ini pasti anak ayahmu dan Terra. Kenapa dia ada disini? Bersamamu? Kau menculiknya? Daisy, balas dendam itu tidak baik" mulut Lily bagai lahar yang menyembur.

"Ibu, dia mengalami depresi" Lily terkejut hingga tarikan nafasnya terdengar "dia tidak bisa tinggal bersama Terra dan Thomas ..." perkataan Daisy dipotong oleh Lily "ayah, Daisy! Jangan tidak sopan! Dia ayahmu" Daisy langsung merajuk "ibu, kau membentakku" ucap Daisy berpura pura sedih. Dan inilah kelemahan ibunya. Wanita itu tak bisa melihat Dany dan Daisy terluka.

"Dimana kau tinggal?" Lily membetulkan posisi Gerald yang tidur gelisah "penthouse" jawab Daisy singkat.

Lily menegakkan tubuhnya dan menatap anaknya "tinggalah dirumahku" Daisy ingin membantah sebelum suara ibunya terdengar lagi "aku tidak suka ditolak, biaya penthouse mu bisa kuganti seberapa pun kau mau" Daisy mendengus sambil memutar bola matanya.

~

"Kau menyetir seperti bekicot!" Sentak Gerald mendelik tajam saat Dany justru dengan santai mengemudi mobil sambil mendengarkan musik diradio mobil "santai saja kakakku sayang, Daisy tidak mudah berfikir cepat" Gerald mendengus mengacak axak rambut perunggunya "tapi perempuan itu kepalanya seperti batu karang, aku tidak mengerti jalan pikirannya! Bahkan setelah bercinta pun kami tetap berdebat, hingga aku memperkosanya pun dia tetap berceloteh .... arhh!!!" Dany menatap Gerald layaknya hantu "kau memperkosa kakakku?" Deliknya tajam. Gerald tersenyum tipis "dia menikmatinya" ucapnya dengan wajah menerawang. Dany tak bisa menahan tawanya saat melihat Gerald bermimik mesum "aku bingung dengan mu Ger, kau kakakku. Tapi yang membuatnya sulit adalah ... kau kakak tiri atau kakak ipar?" Ucap Dany polos.

Gerald menghadap kejendela "yang pertama bukan pilihanku, yang kedua harapanku" gumamnya hingga wajah Dany memerah menahan tawa yang sebentar lagi menggelegar.

Seorang Gerald? Berharap? Dengan gadis keramik? Demi apa?

~

Daisy membuka satu persatu barang dari dalam kardus dan menata kamarnya dan kamar Grayson yang disebelah.

Mansion ibunya sungguh mewah dan misterius. Ada tiga kamar yang awalnya dua diantaranya hanya kamar kosong dan kamar tamu. "Ibu, apartmentmu angker sekali" Daisy bergidik ngeri. Lily terkekeh sambil berayun di hanging chair.

Sedari tadi Daisy memperhatikan penampilan Lily yang tak seperti enam tahun yang lalu, penuh warna. Wanita itu sekarang gelap dan tak tersentuh meski tetap anggun.

"Ibu ..." setengah ragu Daisy memanggil ibunya. Lilu mengangkat wajahnya dari smart phone yang menampilkan notifikasi. "Apa yang terjadi?" Lily tau kemana arah pertanyaan putrinya. Ia berusaha menutupi semuanya dengan tersenyum lembut "tidurlah Daisy, kau pasti lelah"

Daisy justru mendekati ibunya "aku semakun lelah jika kau menutupi sesuatu lagi" Lily melepaskan smart phonenya dan menginstruksi Daisy kearah meja kerjanya.

the obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang