Chapter 2 ^•^

1.9K 134 27
                                        

"Cinta itu perlahan demi perlahan tumbuh, seiiring berjalannya waktu."

----

"Bagaimana keadaanmu, Cha?" tanya bunda Chaca.

Chaca menarik kursi makan lalu mendudukinya.

"Kak Frans bilang aku baik baik saja. Mungkin aku hanya kelelahan beberapa hari terakhir dan karena kegiatan tadi cukup banyak,mengakibatkan serangan itu datang lagi."jawab Chaca sembari memakan potongan apel yang baru dipotong bundanya.

"Syukurlah, perbanyak istirahatmu Chaca.” Ujar bunda Chaca.

"iya bunda". Balas Chaca kemudian memakan kembali potongan apel yg ada di genggamannya.

“Abang mana bun?”

"Mencariku?" ucap Arland Stevano, kakak laki lakinya. Kemudian duduk disamping Chaca.

"Abang mengagetkanku," tukas Chaca.

Arland mengacak rambut Chaca gemas "Ututu, adekku sayang"

"Abang..." pekiknya.

Bunda Chaca hanya tersenyum melihat tingkah kedua anaknya.

"Besok sebelum bunda pergi kesupermarket, bunda akan mengantarmu sekolah," ujar bunda Chaca sembari meletakkan potongan apel terakhir diatas piring yang sama dengan potongan apel yang lainnya.

"Hah? Bunda, gak perlu mengantarku". Ujar Chaca

"Aku bisa sendiri"

"Tapi bunda takut-"

"Bunda, aku baik baik saja". Chaca memotong kata kata bundannya.

"Lagipula besok kak Frans menjemputku" ucapnya sambil mengambil sepotong apel lagi.

"Doktermu itu?" tanya bang Arland.

Chaca mengangguk, "Yups, kak Frans yang mengatakannya sendiri."

"Astagaaa, ia seorang dokter atau supir pribadimu, hah?". Balas bang Arland.

"Bahkan kamu memanggilnya dengan sebutan kakak", ujar bang Arland lalu memakan sepotong apel.

Chaca menoleh cepat dan menatap tajam ke arah abangnya.

"Apa?"balas bang Arland sambil menatapku heran.

"Sudah, sudah. Jangan diteruskan, lebih baik kamu istirahat Chaca. Frans juga bilang kamu harus banyak istirahat,bukan?" lerai bunda Chaca.

Pandangan Chaca beralih pada wajah bundanya. "Iya bunda. Maaf, jika aku terlalu berisik. Salahkan bang Arland tuh" ucapnya sambil beranjak dari meja makan.

"Apa? Mengapa kamu malah menyalahkanku?", balas bang Arland sambil terus menatapku.

"Hmm, itu memang salah abang". Sahut Chaca sembari berlari kecil kekamarnya.

"HEH!! ENAK SAJA!" sahut bang Arland.

"Abang..." tegur bundanya.

Arland kembali menghadap bundanyanya kemudian menghembuskan nafasnya.

^^^

Keesokan Harinya....

"Bun, aku berangkat ya"

‘Iya, hati hati ya sayang" ujar bundanya.

"Tante, kami pamit ya". Ujar Frans.

"Iya, makasih sudah mau mengantarkan Chaca"jawab bunda Chaca.

Frans tersenyum mendengar jawaban bunda Chaca.

“Lan, mau bareng juga?"tawar Frans pada Arland yang sedang berdiri disamping bundanya.

Can I Be Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang