Puzzle dua

88 1 0
                                    

Part 8

Puzzle d u a

Tubuhku capek juga, latihan tadi sore cukup menguras tenagaku. Kutatap hand phone mungilku, ikut nggak yah? Paling-paling cuma nemanin reptil ngejar mangsa. Males!! Wini juga ragu ingin pergi atau tidak, tapi aku bisa mati bosan dirumah hantu ini? Rumah hantu... judul rumah besar ini. Tak berpenghuni... aku sendirian. Papa sedang sibuk dengan bisnisnya di luar sana, sekarang entah di negara mana. Sepi... sunyi..senyap. aku menghembuskan nafasku... panjang... jari jariku memencet tuts benda mungil itu. Akhirnya kuputuskan ikut mereka. Tidak cukup sejam, mereka telah muncul dihadapanku

"Jadi ngikut neh?" tanya andy, Aku cuma berjalan, memasuki mobil sportnya.

"Bisa lebih cantik nggak!!!" seru Andy begitu menatapku. Malam ini aku mengenakan celana jeans belel dan kaos oblong dipadu jaket jeans.

"Emang ada yang salah!" protesku

"Yah... iyalah, kita pikir malam ini kita jalan ma cewek eh nyatanya jalan ma cowok juga!" keluh Andy.

"Emang aku pikirin!" cuekku membanting pintu mobil. Aku mendudukkan tubuhku disamping Wini. Rupanya Wini juga merasakan hal yang sama denganku, memutuskan pergi dari istana kami yang sepi.

"Hai Win...!" Aku menyapanya mengecup kedua pipinya

"Bosan banget yah.. apa hidup kita sudah ditakdirin membosankan seperti ini?" Ujar Wini memecah keheningan kami

"Tapi mereka berdua asyik-asyik aja tuh!" aku mengalihkan pandanganku pada Andy dan Yadi yang masih bercengkrama dengan gadis-gadis di Jazz yang tepat melaju di depan mobil kami

"Eh Fit, kau nggak punya kenalan? Yang cantik, sexy, dan hmmm..... yummy! Gimana? Ada nggak?" Eko menatap kami berdua bergantian. Kami menggeleng kompak. "Kalian berdua yang serius napa sih? emangnya suka kalo aku ma Fitra diperlakukan sama kayak kalian mainin cewek-cewek itu?" Wini ganti mengarahkan pandangannya pada kedua reptil nelangsa itu

"Nona Wini yang terhormat, kami ini nggak permainin mereka. Toh kami cuma ngomong dikit n then... mereka jual. Yah udah kami beli!" benar kata Prima, cewek-cewek sekarang emang aneh. Dengan ikhlas hati membanting harga demi sebuah pengakuan. Cantik... paling keren... paling laku... dan pengakuan lain yang memuakkan. Demi pengakuan itu, mereka rela berdanan menor bak badut, memakai pakaian seadanya, memakai parfum yang wanginya emang mat buat menggoda. Jadi kloplah sudah. Wanita penggoda dan reptil perayu. Pasangan yang serasi.

"Akh sudahlah. Nggak usah dibahas lagi" Eko menengahi.

^-^

Musik keras menghiasi ruangan itu, dipadu lampu temaram yang berwarna-warni. Diatas panggung beberapa gadis bergoyang sensual tanpa malu. Berjoget ditemani beberapa lelaki yang dengan lahapnya menyantap hidangan itu. Aku bergidik. lnikah dunia saat ini... menjijikkan, tanpa malu.

"Ngapain ngelamun! Ayo!" Yadi menarik lenganku, mengambil tempat duduk dipojok ruangan termaram itu. Prima memesan beberapa minuman.

"Guys... nggak ada yang mabuk malam ini!" tegasku. Mereka mengerti aku. Pergi denganku berarti tidak ada alkohol. Kami hanya bersenang-senang menghabiskan waktu dikeramaian. Kami berenam tidak ada bedanya, cuma makhluk-makhluk kesepian yang tidak tahan tinggal sendirian di istana berhantu. Jadinya setiap sepi meraja kami akan mencari keramaian.

"Sebenarnya apa kita bahagia?" Andy menerawang, sambil memegang kaleng sofdrinknya. "you.. you...semua... bahagia dengan keadaan kita sekarang?" Andy kembali mengoceh. Kami semua saling menatap. Andy benar, kami tidak pernah benar-benar bahagia.

"Kalo nggak bahagia, yuk having fun!!!!" Yadi bangkit dan berjalan mendekati lantai dansa, mulai bergoyang.

Beberapa gadis sudah mulai mengerubutinya, persis gula yang dikerubuti semut. Gadis mana yang tidak mengenal Yadi, pewaris tunggal perusahaan tekstil ternama di kota ini.

Perjalanan dua hatiWhere stories live. Discover now