Chapter 2: Mr. Perfect

5.5K 404 16
                                    


✨🎭✨

         BEL baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, pemuda berambut raven itu ingin merasakan ketenangannya sebentar dengan mengistirahatkan kepalanya di atas meja, tetapi tiba-tiba suara berisik dari Naruto, temannya yang berambut kuning hiperaktif itu mulai membuyarkan segalanya.

"Teme! Ada yang mencarimu!"

"Katakan saja aku tidur," gumamnya.

"Jahat, dia sudah menunggumu sebelum istirahat,"

Sasuke mendecih pelan dan memilih untuk bangkit dari duduk agar Naruto diam. Ia pun keluar kelas dan menemui seseorang yang menunggunya, yang tak lain dan seperti biasanya adalah seorang gadis.

Gadis itu menatapnya dengan malu-malu sambil menyodorkan suatu benda yang terbungkus rapi, "Aku harap Sasuke-kun menyukainya, hari ini hari ulang tahunku, aku ingin memberikan sesuatu yang berharga juga untuk Sasuke-kun,"

Sasuke mengernyitkan dahinya, "Bukannya kau yang seharusnya mendapatkan hadiah?"

"A-aku sudah cukup senang dengan memberimu hadiah."

"Tapi aku tidak butuh, jadi aku kembalikan ini untuk hadiah ulang tahunmu dariku, permisi."

Ketika mendapati wajah kecewa gadis itu, Sasuke mengeluarkan seringai jahatnya dan langsung kembali masuk kelas dengan tenang. Karena ia sendiri tidak ingin repot-repot menenangkan hati gadis itu yang pasti sakit seperti tersayat duri.

Ya, Uchiha Sasuke memang seperti itu dan selalu seperti itu. Ia memang laki-laki dingin, bukannya ia jahat karena ingin menyakiti hati para gadis itu, tetapi sebenarnya ia hanya ingin membuat mereka patah semangat dalam menyukainya. Karena Sasuke tidak tertarik pada gadis yang menyukainya. Aneh memang.

"Lagi-lagi Sasuke selalu membuat gadis patah hati,"

"Itulah mengapa dia tidak pernah menemukan pasangan, dia sibuk mempermainkan dan membuat kami menangis,"

Para gadis yang sudah pernah ia tolak mentah-mentah pasti akan membencinya, Sasuke senang akan hal itu, karena pasti akan semakin berkurang juga yang mencoba untuk mendekatinya. Tentu saja Sasuke tahu kalau mereka sebenarnya juga gengsi, belum saja Sasuke menggodanya kembali, pasti hati mereka akan luluh seperti sedia kala.

Bukan salah Sasuke jika ia memang dibesarkan dari keluarga yang memiliki fisik indah, kaya raya, dan juga kecerdasan di atas rata-rata. Sasuke tidak bisa menolak itu semua dan justru ia sangat menyukainya.

"Memangnya salahku untuk bisa menjadi sesempurna ini?"

Bukannya Sasuke juga mempermainkan gadis-gadis itu. Hanya saja, ia juga berhak untuk memilih pasangan yang menarik hatinya, kan? Memangnya salah untuk jujur kepada mereka dan menghilangkan harapan mereka? Juga, dia tidak bisa membuat wajahnya jadi jelek, membuat dirinya jadi bodoh bahkan membuat dirinya miskin. Tuhan sangat berpihak untuk membuat ia sempurna.

"Oi, Sasuke, Sai ingin menembak gadis dari kelas 11-3, kau mau ikut?" tanya Naruto yang tiba-tiba merangkulnya.

"Tidak penting."

"Tapi kabarnya kalau kita mengerubungi gadis itu, rumor beredar mengatakan akan datang gadis yang bernama Haruno Sakura untuk melindunginya, sepertinya akan menarik,"

Sasuke mengernyitkan dahinya, "Dia lebih melakukan hal yang tidak penting lagi,"

"Memang, bahkan dia dijuliki 'sang penakluk laki-laki' karena menjadi sosok pahlawan bagi para gadis, dia benar-benar membenci laki-laki dan tidak segan-segan untuk masuk ruang konseling demi hal itu," ucap Neji.

N o r o iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang