Chapter 24

410 8 0
                                    

Bee tidak berbicara lagi pada Justin setelah insiden tadi pagi, dimana Bee menolak usulan yang dilontarkan Justin mentah-mentah. Pada jam istirahat makan siang ini, mereka pun tidak saling bertegur sapa. Justin memilih menghabiskan waktunya di perpustakaan, membebani otaknya dengan rentetan buku tebal yang berhubungan dengan kedokteran. Sedangkan Bee memilih untuk pergi ke studio ballet di kampusnya. Ia berlatih ballet seorang diri, tanpa Victoria.

Namun walaupun begitu, otak mereka seolah-olah menolak untuk menekuni kegiatan mereka masing-masing saat ini. Otak mereka seakan-akan menolak untuk berfikir dan bergerak. Otak mereka hanya tertuju pada satu objek. Otak mereka hanya memikirkan satu hal. Hal paling runyam sekaligus paling rumit yang sedang menghadang mereka saat ini.

Bee sama sekali tidak fokus akan gerakan balletnya. Ia menggerakan anggota tubuh yang salah, hampir pada setiap gerakannya.

Hal yang sama ternyata juga terjadi pada Justin. Kata-kata dari buku tebal yang biasanya bisa dengan mudah dicerna olehnya kali ini justru berbalik 180 derajat. Kata-kata itu bahkan tidak bisa masuk ke dalam otaknya sama sekali. Kata-kata itu seolah terhambat, dan memilih menggantung liar di luar angan-angan Justin.

Mengapa semuanya harus berjalan seperti ini?!! runtuk Justin dalam hatinya.  Dadanya bergemuruh hebat. Emosi yang meluap-luap tiba-tiba saja beringsut menjalari  relung hatinya.

Mengapa aku harus dipertemukan dengan  Bee jika pada akhirnya aku tidak bisa memilikinya secara utuh? Dan mengapa ibuku harus jatuh cinta lagi?! Mengapa semuanya harus terrancang seperti ini? Mengapa?!!!

Justin berdecak. Ia memerosotkan letak duduknya, lalu mengacak rambutnya asal-asalan. Ia benar-benar frustasi. Frustasi pangkat seribu!!

Justin memijat pelipisnya dengan kasar. Entah mengapa, tiba-tiba saja kepalanya pening, seolah-olah terbebani oleh beribu-ribu ton baja.

Apa aku harus mengalah? Apa seharusnya aku mengorbankan cintaku? Apa aku harus merelakan Bee demi kebahagiaan ibuku?

Mereka berdua sama-sama kucintai. Aku tidak akan pernah bisa memilih salah satu diantara keduanya….

Mata Justin seketika memanas. Dan Justin hampir saja menitikkan air matanya saat sekelebat kejadian mencekam yang mungkin akan terjadi kedepannya tiba-tiba saja bergelayut dengan liar di otaknya.

Namun Justin tidak tinggal diam begitu saja. Ia tidak boleh terpuruk dalam kekalutan dan kerumitan yang sekarang ini sedang melanda dirinya. Ia segera saja membereskan buku-buku tebal yang ada di meja, lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Justin lalu beranjak dari kursinya, dan kemudian mulai berjalan menuju seseorang yang mungkin bisa sedikit memberinya pencerahan.

-----

Shanon  tidak henti-hentinya menganga lebar saat Justin dengan lancarnya menceritakan rentetan kejadian yang membuat hatinya dilanda kegalauan saat ini. Ia benar-benar tercengang. Kaget, sekaligus tidak percaya sama sekali.

“Aku tidak akan pernah bisa memilih salah satu diantara mereka, Sel. Aku.. mencintai keduanya…” ucap Justin diakhir ceritanya. Nada yang dilontarkan  Justin sejak tadi benar-benar tampak frustasi.

“Banyak sekali kejadian dalam ceritamu yang harus kucerna baik-baik, Just…” tandas Shanon  innocent sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Justin mendengus. “ Aku pun juga begitu. Banyak sekali kejadian yang belum bisa kucerna sampai saat ini!” sergahnya kasar.

Wave Of LifeWhere stories live. Discover now