[ExtraStory] - Always Together

9.6K 405 16
                                    

-Flashback 5 tahun yang lalu..

Chika POV

"Hei kalian! Jangan ganggu Ichi-kun! Dasar pengecut!" Teriakku garang pada segerombolan anak lelaki.

Aku berlari menghampiri Ichi sambil memasang wajah paling garangku. Salah mereka sendiri berani-beraninya mengeroyok Ichi-kun yang hanya sendiri.

"He-hei itu Chika Haruka! Sebaiknya kita pergi saja dari pada harus berurusan dengan keluarganya yang kaya itu. Cih!"

"Benar! Ayo pergi!"

Sebelum aku sampai, gerombolan anak itu sudah pergi duluan. Huh tidak menarik. Padahal tadinya ingin sekali ku tonjok satu persatu.

"Ichi-kun kau tidak apa?"

Aku mengulurkan tanganku padanya. Sepertinya ia cukup kesal karna sudah dibantu seorang cewek.

"Chika! Sudah kubilang biarkan saja aku. Kalau kau kenapa-kenapa kan jadi susah," ia tak meraih tanganku dan hanya menatapku cemas.

Payah, harusnya dia mengkhawatirkan dirinya sendiri.

"Lihat dirimu sendiri! Memangnya kau mau di kerjai habis-habisan oleh mereka?"

Ichi tak membalasku, kini dia sudah berdiri dan menepuk pelan pakainnya yang agak kotor. Wajahnya terlihat semakin kesal saja.

"Ayo! Janji padaku," katanya dan mengaitkan jari kelingking kami. "Janji ya kita harus selalu bersama. Kalau ada yang mengganggumu aku akan datang menolongmu! Aku akan melindungimu!"

Aku menatapnya takjub. Memang hanya terluka ringan, tapi dia masih bisa tersenyum selebar itu. Aku pun membalas senyumnya.

"Iya! Pasti!"

Kukira pasti bisa. Namun kenyataannya tidak bisa.

-Now-

Aku berjalan keluar kereta dan mulai menghirup udara segar dalam-dalam. Keadaan di stasiun masih terlihat ramai sekali. Beberapa orang dengan semangatnya mengangkat papan nama orang yang mungkin akan dijemputnya. Mataku mencari-cari papan yang bertuliskan namaku. Ah itu dia! Chika Haruka.

"Paman! Disini," seruku pada seorang lelaki paruh baya yang sejak tadi memegang papan nama bertuliskan namaku.

"Wah kamu sudah tumbuh besar ya! Terakhir bertemu kamu hanya setinggi siku paman lho."

"Hehe.. Itu sudah lima tahun lalu paman, sekarang aku sudah lebih dewasa," jawabku agak tersipu.

"Iya-iya, paman tau. Ayo kita pulang, bibi sudah menyiapkan makanan yang banyak untukmu!"

"Wahh benarkah! Baiklah ayoo!"

Aku kembali. Ichi-kun.

*-*-*-*-*-*

Ichirou POV

Aku kembali memasang earphone ku. Rasanya aneh, sejak kapan aku bisa ada disekolah ini? Tau-tau saja aku sudah berada disini. Sekolah dimana penghuninya adalah orang yang tak tau akan arti cinta yang sebenarnya? Lucu sekali. Rasa sakit karena cinta. Kurasa itu yang mendominasi siswa yang terjebak di sekolah ini. Ada yang bilang waktu adalah obat dari segala rasa sakit. Nyatanya tak sepenuhnya berlaku. Bodoh. Kenapa aku malah memikirkan hal yang tak penting.
Aku merapikan tasku dan bersiap untuk pulang. Aku berjalan dengan malas menuju pintu kelas.

Krek! Krek!

"Heh? Kenapa tak bisa terbuka?"

Aku mencoba membukanya lagi. Sial! Apa kenop pintunya macet.

"Hei! Siapa saja diluar tolong buka pintunya!"

Aku mencoba menggedor pintunya. Akh! Kenapa tak bisa. Aku mundur beberapa langkah kebelakang dan bersiap mendobrak.

"Satu, dua, tiga!"

Nyaris aku membenturkan tubuhku, pintu itu malah terbuka tiba-tiba. Astaga! Seseorang berada di depan pintu.

Brakk!!

Aku jatuh menimpa seseorang. Tapi untungnya kaki dan tanganku masih bertahan hingga aku tak sempat menindihnya. Mata kami bertemu. Seorang gadis. Dengan mata hijau muda dan rambut panjang lurus yang hitam agak kecoklatan.

Kurasakan hatiku teriris. Setelah sekian lama. Napasku tercekat ketika tangannya menyentuh pipiku. Ia tersenyum lembut.

"Aku kembali," katanya pelan dengan senyum tipisnya.

Lidahku terasa kelu. Rasanya tak mampu mengucapkan barang satu huruf. Seseorang yang kurindukan. Sangat kurindukan. Kini muncul dihadapanku tanpa terduga.

Kami pun berdiri. Rasanya masih tak percaya Chika ada disini.

"Uhm.. Apa kau tak senang aku di sini?"

Aku tak menjawabnya. Aku tau mungkin tindakanku kurang ajar. Tapi aku tak kuasa untuk memeluknya. Begitu erat.

"Ehm.. I-Ichi-kun?"

"Terimakasih. Sudah kembali."

Punggungku terasa basah. Beberapa tetes air mata yang jatuh begitu saja.

"Iya! Ini semua karena janjimu ya! Kau berjanji akan melindungi dan selalu bersamaku kan?"

"Ya, tentu."

Aku melepaskan pelukanku. Kemudian menatap matanya dalam. Sesuatu didalam hatiku terasa begitu damai.

"Hmm.. Apa boleh?"

Seakan tau maksudku, Chika mengangguk. Wajah kami kini begitu dekat. Entah angin apa yang lewat, aku menarik kembali wajahku hingga berjauhan dari wajahnya. Astaga! Wajahku terasa panas. Wajah kami sama-sama memerah.

Chika hanya merengut melihat tindakanku.

"Payah! Kalau kau tak berani, biar aku saja," ucapnya dengan senyum jahilnya.

Kedua tangannya kini bertengger dibahuku dengan kakinya yang berjingkit. Tak dapat dihindari lagi. Ia menciumku lembut. Di keningku. Kacau! Hanya begitu saja jantungku berdebar kencang. Serasa nyaris copot. Chika hanya tersenyum sambil cekikikan.

"Hei! Nanti kubalas kau!" Kataku garang sambil berusaha menutupi wajah merahku.

"Balas saja, jika kau berani!"

Ia berlari meninggalkanku yang masih berusaha mengatur detak jantungku. Sial! Pasti kubalas. Bahkan lebih dari itu. Chika.

*-*-*-*-*-*-*

Yeah.. Chika ternyata jahil juga ya :v

The School Of LoveWhere stories live. Discover now