1. BKK - JFK

7.3K 209 17
                                    


BKK : Kode untuk Suvarnabhumi Airport, Bangkok, Thailand

JFK : Kode untuk John F. Kennedy Airport, New York, USA

---------------------------------------------------------------------------------------------

"Nam, ayo turun! Ibu sudah masak nasi goreng nih buat kamu!" sahut Ibu Nam dari lantai bawah. Nam sebenarnya sudah terbangun dari berjam-jam yang lalu, hanya saja rasanya ia masih tidak mampu bangun dari tempat tidurnya. Entah mengapa rasanya berat untuk turun ke lantai bawah dan bercakap-cakap dengan siapapun. Lagipula matanya terasa agak sakit. Mungkin akibat dari menangis semalaman.

Nam akhirnya bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke depan cermin. Ia menemukan matanya bengkak dan kemerahan. Ya, benar. Berkat menangis semalaman.

Ia kembali mengulang memori dari sore hari yang kemarin. Bagaimana ia akhirnya mengumpulkan segala keberanian yang tersisa untuk menyatakan cinta kepada Shone dan menemukan bahwa ternyata Shone tidak mempunyai perasaan yang sama dengannya. "Kak Pin..", pikir Nam dalam hatinya. "Aku tidak tahu harus merasa seperti apa terhadap Kak Pin. Ia orang yang baik, tapi...". Mata Nam kembali berkaca-kaca. Ia kembali berbaring di tempat tidurnya dan menutup wajahnya dengan bantal, menangis lagi.

"Seandainya saja Kak Pin orang yang jahat, sehingga  mudah bagiku untuk membencinya", Nam kembali berpikir dalam hatinya. "Memalukan sekali, setelah ku ulang kejadian kemarin sore. Aku terjatuh ke dalam kolam renang setelah menyatakan perasaanku pada Shone. Terlebih lagi, setelah dia menolakku".

Nam belum selesai menangis ketika pintu kamarnya diketuk dengan keras. "Nam! kamu mau tidur sampai kapan? Paman Chang sedang mengunjungi kita. Ayo, jangan biarkan ia dan Pang menghabiskan semua nasi gorengnya". Nam tidak menjawab panggilan ibunya. "Nam, Ibu buka ya pintunya?". Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar Nam.

"Nam, kamu baik-baik aja kan di dalam?" teriak Ibu yang khawatir.

"Nam?"

"Nam?"

"NAM?"

Tanpa menunggu jawaban dari dalam kamar, Ibu membuka pintu kamar Nam pelan-pelan.

Ia duduk di samping tempat tidur Nam dan menghela napasnya. Nam akhirnya membuka sedikit bantal yang menutupi wajahnya dan terisak sedikit.

Ibu Nam terkejut melihat wajah anaknya yang begitu sedih, matanya yang merah dan bengkak. Ia tidak punya pilihan selain merasa simpati kepada anaknya itu.

"Nam, kenapa?" Ibu bertanya dengan lembut seraya mengusap rambut Nam yang kusut.

Nam menggelengkan kepalanya. Ia masih tidak mampu untuk mengulang perasaannya dengan kata-kata, masih terasa begitu menyedihkan dan menyesakkan.

"Nam, Ibu bisa lihat kau sedang sedih. Entah apa yang menimpamu Ibu tidak tahu. Tapi kalau itu membuat Nam sedih seperti ini, itu juga membuat Ibu lebih sedih", ujar Ibu dengan wajah yang lembut.

Nam akhirnya terduduk di tempat tidurnya, masih dengan wajah yang sedih. "Maa..", hanya itu yang keluar dari bibir Nam yang bergetar.

Ibu menggenggam tangan Nam dan menarik Nam ke pelukannya. Sambil terus mengusap rambutnya ia berkata, "Nam, anak Ibu, Ibu turut sedih atas apa yang menimpa kamu, Nak".

Pertahanan Nam akhirnya luruh dan ia menumpahkan seluruh tangisannya ke atas pundak ibunya. Rasanya sungguh melegakan bahwa ia bisa membagi kesedihan dengan seseorang, tidak hanya menyimpannya sendirian.

***

"Hei, Nam, ayo makan yang banyak! Lihat ini, perut Paman, buncit ya?!" Ujar Paman Chang sambil membuka bajunya dan menepuk-nepuk perutnya yang maju. Ia ingin menghibur Nam dengan cara yang salah.

Crazy Little Thing Called Love: Upcoming YearsWhere stories live. Discover now