Chapter 24

5.3K 457 39
                                    

Harry's POV

Setelah sekian lama memendam keinginanku sendiri untuk datang kemari, kini akhirnya aku sanggup menatap batu persegi dingin di atas gundukan tanah yang masih lembab akibat terkena rintikan hujan ini. Rumput hijau yang tumbuh di sekeliling tanah itu sudah dipangkas rapi sehingga membentuk komposisi warna yang aneh bila dipadukan dengan warna tanah yang kecokelatan dan warna kelabu dari batu persegi yang tertancap kuat di atasnya.

Angin yang bertiup kencang beserta awan kelabu yang berarak menyelubungi langit serasa menambah suasana mencekam sore hari ini. Mendesah panjang, lagi-lagi aku tidak bisa untuk tidak menatap nanar batu persegi yang seperti tengah mencambuk tubuhku begitu kuat. Sesungguhnya peristiwa yang sudah lama terjadi itu masih meninggalkan rasa sakit yang teramat menusuk di dalam hati dan kuakui rasa sakit itu berhasil mengambil alih perasaan yang sebenarnya kumiliki sekarang.

Pemilik nama yang tergurat di atas batu nisan itu adalah perempuan yang teramat kucintai bahkan melebihi nyawaku sendiri. Perempuan yang tidak pantas mengalami kematian dengan cara yang sedemikian tragis. Tapi seberapapun aku meratapinya, orang itu sudah mati. Dia tidak akan kembali lagi.

Sesungguhnya aku malu mengakui hal ini tapi aku benar-benar merindukan kehadirannya. Aku merindukan keberadaan seorang ibu dalam kehidupanku. Dunia ini sangat tidak adil. Bahkan sekarang aku sama sekali tidak mempunyai keluarga yang bisa menjadi rumah kehidupanku. Aku tidak lebih dari seorang pria lugu yang tumbuh menjadi pria brengsek akibat pergaulan bebas.

Keparat! Ini semua karena rencana busuk pria itu!

Sumpah demi apapun, aku tidak akan pernah menerima perlakuannya terhadap keluargaku. Aku bahkan masih mengingat persis bagaimana langkah demi langkah yang ia tempuh berjalan sempurna sehingga keluargaku benar-benar berantakan.

Namun untungnya aku tidak selemah itu. Aku berhasil bangkit dan membuat keluarga pria itu berantakan meski belum bisa dikatakan hancur. Dan tinggal selangkah lagi aku bisa menghancurkan keluarga pria itu. Nyawa orang yang dicintainya berada di tanganku. Bahkan mungkin jika aku tidak memiliki perasaan, aku sudah menghabisinya sejak kemarin.

Kau tidak menyakitinya karena kau mencintai gadis itu!

Tidak! Itu tidak benar. Aku menggelengkan kepala secara frustasi untuk mengenyahkan pemikiran itu dari otakku. Mana mungkin aku bisa mencintai seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang berhasil merenggut seluruh kebahagiaanku? Itu-tidak-akan-terjadi. Sampai kapan pun gadis itu harus merasakan penderitaan yang selama ini kuderita.

"Apakah sampai sekarang kau masih memendam kebencian terhadap keluarga itu? Termasuk... gadis yang baru saja kau selamatkan." ucap seseorang dari arah belakang. Tanpa menoleh ke arahnya pun aku sudah tahu jika orang yang berkata seperti itu adalah Grace. Hanya dia yang tahu rahasia terbesarku selama ini. "Dia tidak semestinya menerima ganjaran atas perbuatan hina yang dilakukan oleh mendiang ayahnya. Lagi pula kau sudah membuatnya tiada, apa hal itu tidak cukup untuk membalas dendammu?" katanya, merendahkan tubuhnya hingga sejajar denganku. Ada senyum samar yang terlukis pada bibir tipisnya.

"Tidak. Dia harus merasakan penderitaan yang selama ini kuderita."

Grace berdecak. "Gadis itu tidak...-"

"Dia bersalah, Grace, dia bersalah! Dia salah karena dia terlahir dari keluarga terhina. Dia salah karena dia mempunyai hubungan darah dengan pria yang sudah menghancurkan keluargaku. Oleh sebab itu, dia harus mati! Cepat atau lambat."

"Kalau begitu mengapa malam itu kau menyelamatkannya? Mengapa kau tidak membiarkannya kehabisan darah lalu mati dengan cara yang tragis? Mengapa kau justru membawanya ke rumahmu dan menyembuhkan lukanya? Mengapa, hah?!"

CRUSHEDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon