Chapter 21

5.2K 481 26
                                    

"Kau pikir aku tidak mengetahuinya, hah?!"

"Tidak, itu sama sekali tidak benar, aku sudah pergi dan berkonsultasi ke sana. Jelas-jelas kau salah paham, sayang. Dengarkan penjelasanku dulu."

"Tidak lagi dan tak akan pernah!"

"Baik, Liam, baik! Aku akan melakukan semua hal yang kau inginkan. Semuanya." ujar Cara, memberi penekanan pada kata terakhirnya. Ia menunduk seperti menahan gejolak emosinya sendiri. Kontan kekasih di hadapannya mengangkat dagu gadis itu sehingga mereka kembali bertatapan. Sebuah tatapan yang menggambarkan situasi panas di antara mereka dan aku masih tidak tahu apa yang terjadi pada sepasang kekasih itu.

"Oke. Kita akan membicarakannya baik-baik, tapi jangan di sini."

Cara mengangguk mematuhi perintah Liam tanpa ada perlawanan sedikit pun. Dengan itu, Liam langsung menarik pergelangan tangannya dan membawa gadis itu keluar dari toko buku sehingga aku tidak bisa mendengar perbincangan mereka lagi. Ditambah jalan raya di hadapan toko ini terbilang cukup ramai dengan kendaraan yang berhilir-mudik. Kendati demikian, mataku tidak bisa melepas pandangan dari keduanya yang nampak lebih tenang jika dibandingkan dengan sebelumnya. Sesekali Liam terlihat sedang menyeka air mata di wajah Cara.

Memang sejak kedatangan Liam yang tiba-tiba, ditambah dengan Cara yang secara tidak sengaja menemui aku dan Harry—yang otomatis membuatnya bertemu dengan Liam, mereka terlibat adu mulut dan saling berteriak. Aku tidak tahu menahu masalah awal yang menimpa Cara maupun Liam. Lagi pula mereka menghindar untuk mengatakan topik masalah—yang sebenarnya terjadi—dalam perbincangan mereka. Sudah dapat dipastikan bahwa masalah yang mereka hadapi termasuk masalah yang teramat pribadi sampai-sampai tak ada satupun orang yang boleh mengetahuinya, termasuk diriku.

Namun jika berpikir dengan logika dan menilik semua kejadian yang belakangan ini terjadi, aku berasumsi bahwa Cara diam-diam berselingkuh dengan Zayn di sebuah club malam, hingga pada akhirnya Liam mengetahui kelakuan buruk yang Cara lakukan di belakangnya. Maka dari itu Liam marah besar terhadap Cara. Masuk akal, bukan? Memangnya apa lagi masalah yang biasa menghampiri sepasang kekasih jika tidak orang ketiga? Kalau bukan prianya yang bermain wanita, pasti wanitanya lah yang mengkhianati si pria.

Dan aku bersumpah, aku teramat membenci orang yang bermain di belakang kekasihnya. Maksudku berselingkuh. Kupikir populasi manusia yang menyidap penyakit menjijikkan ini harus dimusnahkan. Dengan cara apapun itu. Tidak menutup kemungkinan, bisa saja aku membenci Cara—sahabatku sendiri—jika ia benar-benar bersalah karena berselingkuh dengan Zayn. Dan otomatis aku juga akan membenci Zayn karena pria itu kuanggap sebagai perusak hubungan sahabatku, meskipun semua ini bukan murni kesalahannya.

Tak ingin kalut dalam pikiran sendiri, aku memutuskan menoleh ke kiri, mendapati Harry yang ternyata juga sedang menyaksikan drama antara Cara dan Liam. Namun bedanya ia nampak tidak tertarik dengan pemandangan di hadapannya tersebut.

"Harry."

"Hmm?"

"Kau pikir masalah apa yang terjadi antara Cara dan Liam?"

Ia tidak langsung menjawab, melainkan berjalan melewatiku lebih dahulu dan mengambil posisi duduk di deretan bangku hitam. Tanpa berpikir panjang aku pun mengekorinya, menempati bangku hitam lain yang berada di sampingnya.

"Tidak tahu." jawabnya mengangkat bahu tidak perduli.

"Apakah kau pikir ada orang ketiga di antara Cara dan Liam?"

"Bisa saja."

"Hey, apakah kau ingat? Kemarin malam saat kau menginap di apartemenku, paginya aku menemukan Cara dan Zayn tengah terlelap di atas sofa. Setelah melihat keadaan Zayn—saat sudah terbangun—kurasa mereka tengah mabuk berat pada malam itu. Apa kau pikir mereka memiliki hubungan spesial?"

CRUSHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang