Dia Masih Sama

3.8K 255 2
                                    

Aku berharap cerita ini dapat respon yang baik.. komentar tentang kurangnya ceritaku juga boleh... aku hanya ingin menyalurkan hoby disini..

***

"Lho ngapain sih?"Ali berusaha melepas tangan Prilly tapi malah makin menguat.

"Kamu nggak kangen sama aku?"Prilly terisak sambil mencium lembut punggung Ali. Dia sedih melihat luka merah itu.

"Nggak. Lepasin tangan lho."Ali berkata dingin. Dia menyesal pernah hampir mengiyakan tawaran Prilly untuk bermain bersama. Dia sadar, bahwa kebahagiaan hanya milik Alan, dan dia tidak punya satupun kecuali gadis yang tengah memeluknya ini.

"Kamu jahat."Prilly mengeratkan pelukannya. Tokk..tokk..tok..

"Li, Prilly ada disitu?"

"Masuk bun."jawab Ali setelah Prilly melepas pelukannya dan Ali memakai t-shirt.

"Prilly tidur di kamar Alan sana! Kata Alan kamu mau nginep."

"Deket aja sok-sokan nginep."Gumam Ali kesal.

"Iya dong bun, kan Prilly kangen berat sama Alan."Alan muncul.

"Disini bukan panggung drama, sana keluar."

"Tan, Prilly maunya tidur di kamar Ali."Prilly merajuk.

"Kan nggak rapi."Alan.

"Ya tan?"Prilly memohon.

"Iya deh." Nura mengangguk sambil tersenyum.

"Siapa yang ngijinin?"Ali ketus.

"Ali tidur sama Alan."Nura pergi.

"Gue og.."Alan.

"Tau. Gue tidur di sofa bisa."Ali keluar setelah menatap tajam Prilly dan Alan.

"Good night Pril."Alanmenutup pintu.    

***

"Li?"Nura. "Hmm."Ali. "Jangan berantem lagi."Nura menatap Ali sedih, putranya tidak pernah mau mendengarkannya. "Ali berangkat."Ali menyandang tas dan tongkat basballnya lalu pergi.

"Kapan main basket Lan?"

"Dua hari lagi yah. Ayah mau nonton?"

"Iya dong."

Ali hanya menunduk sambil berjalan lebih cepat, "Yah, ayah nggak mau nonton Ali nembak?"Tanya Ali pada saat umur tujuh tahun.

"Nggak. Kamu itu harusnya main hal yang bisa bikin kamu sehat."Ayah berjalan pergi.

"Ali bukan Alan!!!! Ali sama dia punya kemampuan beda!!!"teriak Ali sambil menangis lalu berlari ke rumah Izama.

"Kenapa jagoan?"Airi dan Izama sedang duduk di halaman.

"Ali nakal ya tan? Ayah bilang yang Ali lakuin nggak berguna."Ali memeluk Izama.

"Emang ada apa?"Izama.

"Ali mau lomba menembak besok."

"Om sama tante yang akan nonton, oke?"Izama.

      "Arrgghh.."Ali mengacak rambutnya frustasi. Dua super heronya sudah kembali, tapi Ali takut mereka berubah.

"Hai jagoan?"sapa Izama.

"Hai om."Ali berlari menembus jalanan pagi hari. Dia harus tetap kuat apapun yang pernah terjadi dulu tidak boleh ia jadikan halangan untuk maju.

***

Prilly melewati ceruk untuk masuk ke SMA Tanah Air. Sekolah itu hanya terdiri dari dua bangunan tua. Sedangkan sekolah Alan, sangat luar biasa besar. "Murid baru?"Tanya seorang lelaki bersama satu temannya. "Iya."

"Nama gue Emot. Ini namanya Galang."Emot, lelaki gendut yang sepertinya humoris. Kalau Galang, dia kurus, tapi sepertinya sama humoris.

"Kelas berapa?"Prilly.

"Duabelas."Galang.

"Ehh si bos harus tau."Galang.

"Apa?"bos kedua orang itu datang.

"Ada cewek baru bos."Emot.

Prilly balik badan, "Ali???"Prilly kaget. Ali hanya diam mematung, apa tuhan memberinya kesempatan, Ali pikir Prilly akan satu sekolah dengan Alan.

"Lho ngapain disini?"Ali berusaha menetralkan suaranya tapi tetap bergetar.

"Sekolah dong."Prilly tersenyum.

"Jangan bercanda. Ini sekolah nggak baik buat lho."Ali meninggikan suaranya. Emot dan Galang hanya saling pandang dan bertanya-tanya, ternyata si bosnya doyan cewek juga. Padahal disini, semua orang menakutinya. Tapi, sekolah ini mengasyikkan, guru menganggap muridnya teman juga anak. Mereka bisa marah jika siswa berbuat nakal.

"Semua sekolah baik Li, emang kenapa? Aku maunya sekolah sama kamu."suara Prilly bergetar, sebentar lagi pasti dia menangis.

"Alan tahu?"

"Nggak. Aku nggak mau dia tahu."

Ali berjalan diikuti Prilly dan dua orang anak buahnya. Prilly kaget bukan main, dia kira kelas Ali akan dipenuhi gurauan dan kenakalan mereka, tapi nyatanya mereka semua ramai karena belajar dan juga tanya jawab. "Woyyy!!!"teriak Emot membuat kelas sepi.

"Siapa tu Mot?"Tanya Mey.

"Emm... ceweknya si bos."Emot nyengir.

"Murid baru di kelas. Siapa ya bos namanya? Lupa belum nanya."Galang. Prilly menyikut Ali pelan, "Prilly Marafa Prakasa."Ali.

"Beneran, bukan main."Yudha menyahut.

"Maksud lho?"Bara.

"Ceweknya si bos lah Ba. Lho nggak lihat? Dia hafal nama tu cewek."Yudha.

"Cantik kan juga gue."Siska.

"Diem lho jalang."bentak Ali.

"Tinggian juga gue Sis, cantikan dia kali daripada lho."Mey.

"Nggak usah banding-bandingin dia."Ali berkata dingin, itu artinya perintah.

"Denger?"Galang.

"Duduk sama cewek apa cowok?"

"Sama kamu."

"Mot, lho duduk sama Galang."Ali berjalan ke bangku pojok kanan belakang.

"Makasih Li."

"Lho mau belajar apa sekarang?"

"Nggak ada pelajaran?"

"Seminggu belajar bareng buat tengah semester."

"Akutansi aja."

"Sini."Ali mengajak Prilly bergabung dengan Yudha, Bara, dan Mey.

"Hai Prilly, gue Mey."Mey menjabat tangan Prilly.

"Hai." Prilly mulai bergabung dengan mereka.

"Ehh Mey, lho laper nggak sih?"Bara.

"Nggak. Lagi diet."

"Dasar cewek, Prilly gimana?"Bara.

"Aku juga lagi diet."Prilly melirik Ali, seolah bertanya' Ini Siapa?'.

"Dia Bara, satunya Yudha."

"Kenapa diet? Badan kecil juga."Yudha.

"Nggak mau dibully lagi kayak di Amrik."Prilly menunduk.

"Ini bukan Amerika."sahut Ali datar.

"Kan ada bos, siapa yang berani sama lho? Nanti biar Emot bikin pengumuman siapa lho."Bara.

"Jangan Emot. Dia berlebihan."

"Cuma dia yang berani sama Pak Agus."Yudha. Ali diam, dia memperhatikan Prilly yang sedang mendengarkan penjelasan Mey. Kadang mengernyit bingung, kadang tersenyum geli, dan kadang memukul dahinya karena lupa apa yang sudah dikatakan Mey. Kalau memang ini kesempatan, Ali tidak akan membuangnya.

Next story.. Ali makin galau aja.. Kalau ada kesamaan dengan cerita lain, mohon tetap diingat kalau ini hasil imajinasi saya sendiri, karya saya.. dibaca ya? Jangan lupa Vote dan Commentnya juga.



Dia BahagiakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang