2. Chocolate Coffee and The Irony

10.7K 702 54
                                    

Jujur aku tidak pernah memikirkan tentang orientasi seksualku. Hell, aku bahkan selama ini tidak pernah memikirkan untuk menjalin hubungan spesial dengan orang lain.

Aku terlalu fokus dengan belajar dan meraih nilai yang bagus karena hanya hal itu yang bisa aku lakukan untuk membanggakan kedua orang tuaku.

Jadi ketika takdir memperkenalkanku dengan belahan jiwaku, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Di satu sisi, aku senang karena aku telah menemukan orang yang nantinya akan menjadi pendamping hidupku. Tapi disisi lain, aku takut dan bingung karena selain mate-ku adalah seorang manusia, dia juga seorang cowok dan straight.

Aku tidak punya masalah dengan menjadi seorang gay karena di dalam pack-ku sendiri kejadian seperti itu bukanlah hal baru.
Tapi yang jadi isu utamanya sekarang adalah mate-ku seorang manusia, seorang mortal. Mereka tidak sekuat kaumku. Mereka adalah makhluk yang rapuh.

Sedangkan aku, menjadi seorang werewolf pun aku tidak memiliki cukup kekuatan untuk menjaga diriku sendiri. Aku selalu menghidari perkelahian dan memilih menyimpan emosiku karena aku tahu batasanku. Itulah sebabnya aku sering di tindas oleh kawananku sendiri. Karena aku adalah omega yang lemah.

Dan sekarang aku telah menemukan seorang mate dan sudah jadi tugas seorang werewolf untuk melindungi pasangannya.

Jadi tinggalkanlah keinginan untuk memilikinya jika melindunginya saja aku tidak bisa.

Aku sama sekali tidak punya kesempatan. Aku bahkan belum membahas tentang fakta dia yang Straight.

Aku ingat jika Luna tidak meneriakan kata mate di dalam kepalaku, aku mungkin tidak akan mengenal siapa itu Steve Snow.

Aku juga ingat betul aroma kopi dan coklat memenuhi indra penciumanku. Aroma khas yang menuntunku menuju jodohku.

Saat itu aku sedang berada di perpustakaan. Seperti biasa, menghabiskan waktu kosongku dengan belajar. Buku-buku bertumpuk mengelilingi bagian mejaku ketika aroma kopi dan coklat itu menyerebak di ruangan itu.

Semenjak seminggu lalu aku berganti usia menjadi 17 tahun, indra penciumanku meningkat besama dengan indra-indraku lainnya. Aku jadi memiliki pendengaran yang lebih peka, penglihatan yang lebih tajam, dan aku dapat mencium bau yang tidak bisa dicium oleh manusia biasa.

Dan dari semua bau yang pernah aku hirup, ini adalah bau terenak dan paling menggoda yang pernah memenuhi hidungku. Aku menikmatinya bahkan sampai menutup mata dan menghirup aroma itu sebanyak mungkin.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mencari sumbernya.

Aku berdiri meninggalkan mejaku sambil mengendus-endus udara mencari jejak aroma kopi coklat itu.

Aku melewati beberapa rak buku besar sampai akhirnya aku tiba di ujung ruangan perpustakaan dengan satu rak buku yang menghadap tembok dan seorang cowok asing berada di antaranya nampak sedang mencari sesuatu di rak tersebut.

Dengan sekali pandang, aku tahu dia adalah seorang manusia biasa, seorang mortal. Tapi aroma kopi dan coklat yang berasal darinya berhasil menarik perhatianku.

Berhasil menggodaku.

Aku hanya dapat melihat wajahnya dari samping tapi aku tahu dari tampilan tulang pipi yang keras, bibir pink menggoda, hidung mancung dan mata sayu yang mengundang, dapat disimpulkan dia sangat tampan.

Dia juga tinggi, badannya atletis dan ketika dia menoleh dan mata kelabunya menangkapku, jantungku berhenti bersamaan dengan Luna yang secara harafiah meneriakan kata "mate" di dalam kepalaku.

I am The Luna [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang