tiga

232 7 0
                                    

Pintu menutup di belakangku, bunyi bel masih menggema di sekitarku. Ini kedai kopi, seperti yang lain, dengan perbedaan ada gambar-gambar di dinding bata, tapi bukan sembarang gambar, gambar-gambar dari adegan-adegan drama Shakespeare. Dari Hamlet ke Macbeth ke Twelfth Night. Dan kemudian nama kedainya menjadi masuk akal bagiku. As You Like It. Tentu saja! Seperti drama yang lain. Kedai kopi ini bertema Shakespeare dan itu membuatku tersenyum. Selain dari itu, kedainya normal: meja dan tempat pojok dan sofa dan meja kecil. Kau tahu, yang biasa. Sebuah konter dengan seorang kasir dan sebuah pintu yang membawa ke dapur. Pintu-pintu untuk ke toilet di dinding seberang. Pelayan-pelayan yang pergi dari dapur ke meja-meja. Orang-orang menikmati sarapan mereka sambil mereka membaca koran atau sebuah buku. Kemudian aku menyadari tangga spiral yang membawa ke lantai pertama yang mempunyai semacam balkon. Intinya adalah kau memiliki pemandangan ke lantai dasar dari lantai pertama dan di lantai pertama kau menemukan sofa dan meja dan tempat duduk untuk berdua, tapi dindingnya dipenuhi dengan buku. Buku-buku tua. Dan aku merasakan hatiku menghangat dalam cara yang susah dijelaskan.

Kenapa aku tidak datang ke sini sebelumnya?

Dan bau kopi membuatnya semakin baik. Aku merasa seperti aku bisa menghabiskan sepanjang hari di sini dan tidak akan menyadarinya. Ini hanya sempurna. Aku taruhan Mila, Havi, dan Moni akan menyukainya juga. Jika mereka datang berkunjung, aku harus membawa mereka ke sini.

"Pagi," sebuah suara yang riang berkata dan aku kembali ke realitas. Aku menoleh ke kananku untuk melihat seorang cewek tersenyum kepadaku. Kulitnya gelap dan sangat bersih dan indah, aku langsung merasa iri. Matanya berwarna coklat hangat dan rambutnya yang sangat keriting dalam afro yang hebat sekali yang akan membuat Moni menangis dalam kecemburuan. Dia tinggi dan ramping dan terlihat begitu bahagia padaku -- begitu menarik hati.

"Pagi," balasku merasa payah berada di sampingnya. Dia sedang memakai skinny jeans hitam dan kakinya terlihat sangat panjang. Sebuah baju switer yang panjang dan kebesaran akan terlihat payah di aku, tapi dia terlihat seperti seorang supermodel. "A-a-aku Maca. Aku dikirim ke sini untuk sebuah surat," aku menambahkan mengingat surat yang kutemukan. Alasan mengapa aku di sini.

Mata coklatnya melebar dalam kekejutan dan senyum yang lebih lebar lagi muncul menampakkan gigi putihnya yang sempurna. Serius, cewek ini sempurna.

"Dia di sini!" dia berseru dan mataku melebar dalam kekagetan dan kekuatiran. Kenapa dia berteriak aku ada di sini?

Kedai kopi berhenti. Sungguhan. Tidak ada yang bergerak dan semua mata ada padaku. Setiap pelayan, mereka semua seperti cewek itu memakai warna hitam dan dan dengan celemek hitam yang berbunyi nama kedainya, memandangiku.

Dan kemudian tiba-tiba mereka mulai bergerak lagi. Bukan hanya itu, mereka semua bergerak menuju ke diriku.

"Dia di sini, dia di sini, dia akhirnya di sini," seorang cowok mulai bernyanyi dan mataku lebih melebar. Dia tinggi dan kurus dengan sisi kepalanya dipotong pendek dan atasnya dalam sebuah jambul yang tinggi. Sangat hipster. Dia bahkan mempunyai kacamata hitam yang merupakan tanda setiap hispter.

"Hari akhirnya datang!" Cewek dengan rambut afro bernyanyi dan suaranya menakjubkan. Tidak adil! Dia begitu sempurna.

"Kami telah menunggumu, aku tak menyangka ini harinya!" cewek lain bernyanyi datang ke sisiku dan menggenggam tanganku untuk mempimpinku ke sebuah tempat pojok. Aku memandang ke mana-mana dan aku melihat orang-orang tersenyum, beberapa tertawa kecil, tapi yang pasti mereka semua menyaksikan.

"Seseorang yang sangat, sangat istimewa telah memberitahu kami untuk menitip salam," mereka bernyanyi dalam harmoni ketika aku duduk.

"Jadi selamat datang, selamat datang, selamat datang, dan jangan khawatir," seorang cowok memberiku menu.

Post It (Terjemahan Bahasa Indonesia) [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now