#9

38.6K 2K 8
                                    

Dear Readers,
Part ini ada unsur adegan hotnya. Jadi buat yang masih imut-imut, sebaiknya di skip aja

Intinya, part ini untuk dewasa...✌

So cekidot....

------ ------ ------ ------

Author POV

Empat hari di Dunster, membuat keduanya benar-benar dekat. Kecemburuan Andi setiap kali Daniel di dekat Arin membuatnya menyadari bahwa ia benar-benar takut kehilangan gadis cantik itu.

Begitupun Arin. Ia merasakan kembali kebahagiaan seperti dulu, meskipun dalam hatinya masih menyimpan sedikit keraguan.

Sekarang mereka sudah berada di sebuah gedung tempat resepsi pernikahan mereka di gelar.
Senyum kebahagiaan tidak lepas dari bibir keduanya.

"Semoga kalian bahagia selamanya," Vienetta mencium pipi Arin setelah menyalami Andi.

"Terimakasih," Arin tersenyum canggung. Diam-diam ia melirik Andi yang tengah tersenyum melihatnya dan Vienetta berpelukan.

"Jangan sia-siakan sepupu gue, Ndi! Awas kalau lo berani nyakitin dia!" ancam Bram dibalas ringisan Andi.

"Andi pasti akan membuatku bahagia, Dio. Terimakasih sudah menjaga dan melindungiku selama ini. Maafkan aku, sempat membuatmu marah," Arin memeluk Bram. Suaranya serak, matanya berkaca-kaca.

"Ssssh... Pengantin tidak boleh menangis di hari bahagianya," Bram mengusap butiran bening yang mengalir di pipi Arin.

"Eits, sudah pegang-pegangnya, Bram! Sepupu lo sekarang milik gue!" Andi menepis tangan Bram yang masih mengusap pipi Arin.

Bram terkekeh lalu menggamit pinggang Vien dengan sayang.

"Dasar gila! Ya sudah. Sweety, kita ke sana dulu yuk. Aku lapar," kata Bram menunjuk sederet masakan yang terhidang kepada Vienetta.

Vienetta tersenyum manis, mengangguk dan melambaikan tangan pada kedua mempelai, mengikuti langkah suaminya.

Andy menoleh pada Arin yang masih menatap kepergian sepupu dan istrinya.

"Sudah dong liatnya. Sekarang kamu cuma boleh melihatku, melirikku, dan mengagumiku. Kamu sudah tidak boleh melirik yang lain!" ujar Andi menarik dagu Arin agar menoleh padanya.

"Kenapa kamu sekarang posesif sekali?" tanya Arin menaikkan alisnya.

"Kok kenapa sih? Ya karena aku tidak mau perhatianmu terbagi. Kamu cuma buat aku saja. Tapi tunggu, kamu mengundang Daniel?" Andi melotot melihat Daniel berjalan menghampiri mereka. Lengannya langsung melingkar erat di pinggang Arin.

"Hai. Selamat ya buat kalian berdua. Semoga selalu bahagia. Terutama kamu, Arin." Daniel menyalami keduanya, dan menatap Arin lama. Perkenalan dan pertemuan singkatnya dengan Arin menyisakan rasa manis yang tidak terlupakan. Ia menyukai gadis itu sejak pertama kali ia melihatnya di pinggir desa.

"Terimakasih Daniel. Terimakasih sudah mau menjadi temanku," Arin mengecup pipi Daniel singkat, membuat Andi melotot dan mendengus kesal.

"Tidak perlu pakai cium bisa kan?" sindirnya membuang muka.

Arin dan Daniel tertawa geli.

"Aku tidak akan pernah merusak kebahagiaan kalian. Tapi jangan sekali-kali menyakitinya atau..."

"Tidak akan! Jangan harap kau bisa mengambilnya dariku!" seru Andi memotong perkataan Daniel.

Daniel tertawa dan menepuk bahu Andi pelan dan meninggalkan sepasang mempelai itu sambil menggelengkan kepalanya.

Sense for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang