#1

75.8K 2.5K 18
                                    

Aku tidak tau, sekuat apa pesona yang dimilikinya, sehingga dengan mudahnya membuatku dengan perlahan tapi pasti mengalihkan hati padanya.

Wajahnya selalu terbias senyum manis. Tapi dalam sorot matanya ada kepedihan. Ia membuatku benar-benar penasaran.

Perkenalanku dengannya terbilang aneh. Aku yang sedang patah hati dan menjalani terapi karena kegilaanku yang hampir melenyapkan nyawa seseorang, sering duduk sendiri di taman. Aku tidak ingin ditemani oleh siapapun. Termasuk oleh Mia, perempuan muda yang digaji berlebih oleh Papa untuk mengawasiku dan menemaniku menjalani hari-hari terapiku.

Laki-laki itu memperkenalkan dirinya bernama Andi Harungga. Ia berasal dari Indonesia juga. Sama denganku. Hanya bedanya, sejak kecil aku sudah tinggal di London. Sedangkan Andi, ia baru beberapa bulan ini tinggal di London karena perusahaannya berada di sini.

Andi sangat sabar dan telaten menghadapi keterdiamanku saat kami pertama bertemu. Kegigihannya mendekatiku membuatku luluh.

Perlahan dia membuatku menerima pertemanan yang diulurkannya. Aku sendiri tidak tau dimana letak daya tariknya, karena dengan mudahnya ia membuatku sembuh dari luka akibat patah hatiku pada seseorang di masa laluku. Lalu dokter menyatakan bahwa aku seratus persen sembuh dari depresi yang kuderita. Depresi yang membuatku seperti psycho.

Dan yang lebih mengejutkan, dia ternyata saudara sepanti dari sepasang manusia yang sempat membuatku depresi parah hingga hampir gila karena obsesiku pada seseorang. Seseorang yang kupikir akan selalu ada untukku, tapi ternyata ia tidak mencintaiku. Ia menikah dengan gadis masa lalunya. Meninggalkanku limbung dalam keterpurukan yang mengenaskan karena kehilangannya.

Namun Andi menetralkan rasa itu. Membuatku bisa menerima dengan ikhlas bahwa laki-laki masa laluku sudah berbahagia dengan pilihan hatinya, belahan jiwanya.

Andi juga mengajakku menemui pasangan sempurna itu. Dengan tenang dan ikhlas, aku minta maaf atas apa yang sudah kulakukan pada mereka. Andi meniadakan dendam dan luka dalam itu.

Sekarang dia menjadi tempatku bersandar. Tempatku berpegang. Dia menjadi pusat hidupku. Aku bahagia dengan hidupku sekarang.
Andi sangat baik padaku, meskipun terkadang masih kulihat sorot kepedihan di mata kelamnya.
Aku ingin bertanya padanya, apa yang disembunyikannya, tapi aku takut. Takut ia marah dan mengacuhkanku. Takut ia akan menjauhiku dan meninggalkanku.

Kudengar pintu terbuka. Cepat-cepat aku berdiri. Aku yakin itu Andi. Dan benar, dia berdiri dengan wajah lelahnya. Tapi senyumnya mengembang saat ia melihatku.

Aku tau, wajahku sudah merona karena terlalu senang melihatnya.
Aku menghambur dalam pelukan hangatnya.

"Apakah kamu menungguku, Manis?" tanya nya mengecup puncak kepalaku.

Aku mengangguk dalam pelukannya sambil mengetatkan pelukanku.

"You missed me?" bisiknya dengan suara menggoda.

Ia sedikit merenggangkan pelukannya dan meraih daguku. Membuatku mendongak memandangnya. Ia menunduk, menyapukan bibirnya atas bibirku.
Aku berjinjit untuk menyamakan tinggiku meskipun itu percuma karena dia begitu tinggi. Bahkan aku tidak lebih tinggi dari bahunya.

Tangannya menarik pinggangku untuk lebih merapat padanya. Ia menggerakkan bibirnya yang segera kusambut dengan senang hati.
Lihatlah! Aku bahkan sudah tergila-gila padanya.

Ia melepaskan bibirku perlahan, lalu mengusap sudut bibirku yang basah karena ciuman kami.

"Aku memasak fettucini untukmu," beritahuku tanpa melepas tanganku yang masih melingkari tubuhnya.

"Benarkah?" ia mengangkat kedua alis hitamnya.

Aku mengangguk tersenyum.

"Hmm... Maukan kamu menyuapiku?" tanyanya balas tersenyum.

Sense for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang