KUNTI BELLS # EPS 04

199 18 4
                                    

Eps 04: PERJALANAN PULANG

Oleh: Rick Luck

Setelah selesai latihan, Kunti berusaha jalan untuk pulang supaya tidak terlihat seperti setan (Nggak nyadar muka). Dan karena sekarang hari sudah malam, Kunti tidak memakai pakaian anti mataharinya. Kunti lalu berusaha ramah dan menegur orang-orang yang dia temui dijalan. Hasilnya adalah pengemis lumpuh yang langsung sprint, anak muda yang sedang membantu nenek menyebrang jalan, langsung kabur meninggalkan si nenek di tengah jalan, ibu-ibu hamil langsung ngelahirin, dll.

Kunti lalu menyetop angkutan umum yang melewati kuburan China. Sebuah angkutan umum pun berhenti depan Kunti dan supir menyapa ramah. Terlihat kalau angkutan umum yang berhenti masih kosong.

"Naik, Mbak?"

"Iya ..., duduk depan, ya," kata Kunti lalu naik ke angkot tanpa buka pintu alias menembus pintu dan supir langsung bengong.

"Eeem, anu ..., eee," Supir tampak semakin pucat ketika melihat wajah kunti dengan jelas.

"Kenapa, Mas? Naksir?" tanya Kunti.

"Anu, kita beda dunia, jangan saling ganggu," kata supir angkot.

"Siapa yang mau ganggu situ? Geer, Kunti juga pilih-pilih kali kalau mau ganggu," jawab kunti.

"A-anu, was-wes-wos ..., "Supir angkutan umum mulai berdoa.

"Stop!" Kunti langsung meletakkan telunjuknya di bibir supir lalu menatap mesra, "Bisakah kau tidak mengucapkan itu," Kunti terus menatap mesra penuh harap.

Sang supir hanya terdiam menatap Kunti, lalu melanjutkan doanya.

-BUSH! Kunti pun langsung terbakar.

"Supir suetaaaan!!! Gue cuman mau pulang!"

"Keluar lo Kunti geblek, jangan kebakar di mobil gue!"

"Pan lo gara-garanya! Setan!"

"Lo yang setan!"

"Aiiir! Aiiir!!!" Sang Kunti melihat ada air mineral di atas dashboard mobil, langsung mengambil dan menyiram kepalanya sendiri.

-Byuuur!!! Api pun padam.

"Kampretos! Gue cuman mau pulang. Gue nggak bisa ngelayang karena udah janji belajar mirip manusia lagi! Kalau bisa juga, gue nggak mau naik angkutan umum, elo! Udah bobrok, bau lagi!" Kata Kunti marah-marah.

"Lo kok ngehina mobil, Gue?" Supir terdiam dan tampak matanya berkaca.

"Eh anu ..., maaf, nggak maksud ngehina. Gue cuman kesel gara-gara lo doa, gue kebakar," kata Kunti.

"Ya maaf, siapa juga yang nggak langsung panik liat kunti kaya lo," jawab Supir. "Lo tahu, nggak. Bobrok kaya gini juga, ini warisan bokap gue. Sekarang bokap udah almarhum. Gue sayang banget sama ini mobil, makanya gue berusaha nggak lari pas liat elo" kata Sang Supir.

"Ya udah sih, jalan. Nggak usah curhat," kata Kunti.

Sang Supir tampak ragu, tapi kemudian dia mulai bisa menguasai keadaan dan berusaha memahami kalau kunti yang sedang dia hadapi beda dengan kunti biasa. Angkot pun mulai jalan menyusuri trayeknya.

"Anu, sudah lama mati?" tanya Supir Angkot.

"Udah 10 tahun," jawab Kunti. "Abang sendiri sudah berapa lama jadi supir?" Kunti balik bertanya.

"Sama sudah 10 tahun. Gue langsung jadi supir gantiin Bokap yang meninggal gara-gara kecelakaan," jawab Sang Supir.

"Ngomong-ngomong, Mbak matinya kenapa?" tanya Sang Supir.

KUNTI BELLSWhere stories live. Discover now