- Cleaning Service -

6.3K 401 26
                                    

Setiap hari Jum'at disekolah kami tepat setelah senam pagi, ada suatu kegiatan wajib yang tidak bisa dibantah. Dari judul chapter ini mungkin kalian telah mendapatkan hint. Tebak apa?

Bersih-bersih kelas.

Sepertinya para guru memang lihai memutar otak untuk membuat kami membersihkan kelas diluar tugas piket. Kan tai -_-''

Dan wali kelas kami pun mengambil kesempatan ini untuk memanfaatkan kami dengan efektif. Kami harus bergotong-royong mencabuti rumput liar dan mengganti pot-pot tanaman yang rusak. Memang melelahkan. Apalagi jumlahnya tidak sedikit.

Andai kalian bisa melihat kelas kami yang terlihat seperti hutan. Padahal tidak ada satupun diantara kami yang pencinta tanaman. Sekolah memang hebat.

Tapi ya kalian tahu sendiri.

Bagaimana sifat para penghuni sudut-sudut pojok tempat para siswa yang sama sekali belum ada hormon dewasanya.

Selalu ada cara tersendiri bagi kami untuk menghindari acara bermain tanah tersebut.

Dengan alasan membersihkan kelas yang 90% terdiri dari acara bersembunyi. Kami berhasil menghindar dari kotor-kotor bermain tanah.

''Heh, kecoa! Bantu bersih-bersih dikit napa sih.'' Hardik Fira yang terlihat sedikit kesal melotot kearah kawannya yang malah asyik duduk diatas meja. Ya, diatas meja. Kalian tidak salah baca dan saya tidak salah tulis. Anak setan memang.

Sedangkan yang dipelototi hanya memberikan cengiran gaje. ''Kalau dibersihin bukan rumah kecoa ntar. Lah lo sebagai kutu kan enak pindahnya. Tinggal loncat-loncat gitu, hehe.'' Balas Adel asyik memutar-mutar sapu yang dipegangnya sedari tadi.

''Kalau gak mau pindah sono. Yang jauh! Jangan balik lagi. Enyaaaah dari sini!'' Semprot Fira tanpa ampun. Beruntung ia tidak menjadi pusat perhatian mendadak. Soalnya yang lain jadi pesuruh Bu Debitir, wali kelas (Ntar diceritain sejarahnya, lol), untuk mencabuti rumput nakal, nakal, nakal~

''Hoho, sejak kapan lo berani ngusir Ketua PBB? Hmm?'' Balas Adel penuh senyum bangga. Jabatan andalannya memang berguna disaat seperti ini. Bisa ditiru ke kakak, adek atau temen, asal jangan nekat aja kalian ngomong gitu ke ortu. Bisa-bisa internet kalian diputus, mau?

''Bukannya tadi pagi lo bilang udah turun jabatan?'' Tanya Fira yang sudah menyelesaikan acara sapu-menyapunya dan duduk diatas mejanya juga. Hmm, berandalan.

''Kalau bisa turun kenapa gak bisa naik lagi? Gitu aja kok rep-''

Cresh

Cresh

Mendadak Adel merasakan rintik-rintik air menerpanya dengan bau-bau harum yang terasa familiar.

''Syukurin! Makan tuh pembersih kaca!'' Fira ketawa ngakak diatas penderitaan kawannya. Hmm, dasar tukang balas dendam.

Begitu menoleh kebelakang Adel melihat dua sosok homo yang sangat dikenalnya. Ian dan Aurum menyemprot pembersih kaca melalui ventilasi. Kan kamprot!

Mereka berdua asyik ketawa mengikik sambil berdiri diatas kursi.

''Mudahan jatoh lu pada, ih.'' Ucap Adel mendoakan yang terbaik bagi kawannya.

''Habisnya lu berdua enak banget duduk-duduk, mana diatas meja lagi.'' Balas Ian dari luar seraya membersihkan jendela.

Ian dan Aurum memiliki kebiasaan aneh dihari Jum'at. Saat bersih-bersih mereka pasti selalu membersikan jendela dari luar. Dan jendela itu yang berada disisi tempat duduk Orang-orang Pojokan yang diluarnya hanya ada lorong kecil dan langsung menghadap tembok perbatasan dengan SD sebelah. Padahal disitu banyak nyamuk kalau ada yang lewat. Mungkin mereka perlu waktu berdua. Hmm, dasar humu.

''Gak ngajak-ngajak, iiih. Sebel, sebel, sebel~'' Aurum menirukan cewek sok imut. Padahal dia memang cewek, eh.

''Ya, kenapa gak kesini aja? Lo berdua terlalu rajin.'' Fira membuka dompetnya lalu mengambil uangnya yang bejibun itu. ''Ke kantin yok Del, laper.''

''Ayo, ayo~'' Adel berdiri mengikuti Fira dengan semangat.

''Woy! Woy! Kami jangan ditinggal oy!'' Teriak Aurum memukul-mukul jendela.

''Traktir laaah?'' Ian akhirnya ikut menggedor kaca jendela.

''Berisiiik. Ntar ketahuan kita nyelip ke kantin!'' Desis Fira yang sudah siap melempar sapu. Bukan sapu terbang, hanya sapu yang dipegang oleh kecoa tadi.

Akhirnya Adel berbalik dan berjalan menuju jendela lalu membukanya. ''Makanya sini cepetaaaan.'' Ditarik-tariiknya kaki Ian dan Aurum tanpa ampun.

''Woy! Ntar jatuh woy!'' Aurum berusaha berpegangan dan tangannya malah memegang pundak Ian, sayangnya keseimbangan kawan seper-humu-annnya itu juga dalam keadaan tidak stabil.

''Jangan pegang gueee-''

Bruk

Kalimat Ian terpotong.

Adel hanya bisa melongo begitu melihat kebawah.

Dua sosok tadi bertindihan.

Dengan posisi yang.. khem, khem lah.

''FIRA CEPETAN FOTO INIIIHHH!!! DOKUMEN NEGARAAAA!!!''


The Pojokan [DISCONTINUED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu