T w o

109 9 0
                                        

You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams.
Dr. Seuss

• σur rєd ѕtríng •

Gadis itu menyentuhkan ujung jarinya ke gaun-gaun dan membiarkan jari-jarinya menyapu gaun-gaun yang lembut itu sambil terus melangkah. Ia berada di sebuah butik gaun terkenal yang menyediakan gaun-gaun simple dengan warna yang indah dan bahan yang nyaman.

"Sheryl, kamu suka gaun yang mana?" tanya ibunya yang sedaritadi mencoba melihat reaksi anaknya saat melihat gaun-gaun yang berjejer di hadapannya.

"Kok tumben Mami ajak Sheryl ke sini?" Sheryl malah balik bertanya. Ia melihat gaun-gaun itu dengan tatapan datar, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan sedikit pun.

"Mau beliin kamu gaun lah, kok pake nanya sih." jelas ibunya sumringah. Sheryl menatap ibunya dengan kecurigaan, karena ia tahu bahwa ibunya menyembunyikan sesuatu darinya. Ia sudah memiliki satu lemari penuh dengan berbagai jenis gaun pesta, dan semuanya masih terlihat baru. Biasanya juga ibunya melarangnya untuk membeli baju baru jika bajunya masih bagus, tapi entah kenapa malah ibunya yang mengajaknya membeli gaun baru.

"Sheryl gak mau beli gaun baru, maunya beli buku aja." kata Sheryl to the point.

"Duh, kok anak Mami satu ini kutu buku banget sejak masuk SMA." ujar ibunya dengan ekspresi pura-pura terluka. "Mami kan gak suruh kamu buat belajar sampai segitunya, kalau kamu mau nikah cepet sebelum selesai kuliah juga Mami bolehin kok."

"Ihh, Mami kok bilang-bilang nikah sih." ringis Sheryl yang heran dengan melencengnya topik satu ini.

"Nanti kan juga kamu bakal nikah. Emang kamu gak ada naksir cowok di sekolahmu gitu?"

Sheryl membungkam. Wajahnya mulai memerah ketika ibunya menyinggung soal cowok yang disukai.

"Tauk ah, semua cowok sama aja." ujar Sheryl sambil memalingkan muka.

"Wah, bagus deh." kata ibunya, entah kenapa terlihat lega. "Eh, tapi serius nih. Kamu mau gaun yang mana? Warna apa?"

"Ihh untuk apa sih, Mi. Sheryl masih banyak gaun belum kepake!" rengek Sheryl. Dia tidak mau berlama-lama di butik karena ia bukan tipe cewek yang suka shopping. Ia heran mengapa cewek-cewek lain begitu anteng berada di toko yang sama selama 2 jam hanya untuk mencari baju yang mereka sukai. Padahal jika dibilang hal itu membuang-buang waktu. Lebih baik jika diisi dengan hal yang berguna.

Bahkan kakinya sekarang sudah pegal sekali. Mereka sudah berada di sana selama 3 jam, dan setiap Sheryl memilih gaunnya sendiri, ibunya itu malah selalu memiliki alasan sekecil apapun untuk menolak gaun itu.

"Yaudah deh ini yang terakhir, ya? Satuuu aja." pinta ibunya. Sheryl menatap mata ibunya dengan datar dan menemukan bahwa ibunya benar-benar bersungguh-sungguh akan kata-katanya.

Sheryl menghela napas berat. "Oke, tapi ini bener-bener yang terakhir kali ya, Mi."

• σur rєd ѕtríng •

Bel sekolah baru saja berbunyi, menandakan istirahat pagi telah dimulai. Semua murid bersorak senang dan membereskan meja mereka untuk pergi ngacir ke kantin. Karena Sheryl bukan tipe murid yang makan di jam pagi, ia lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan.

"Mau ke perpus, Ryl?" tanya Clarissa saat Sheryl sedang meronggoh isi tasnya untuk mengambil buku pinjamannya. Sahabatnya itu memang sudah hafal kebiasaan Sheryl yang suka ngacir ke perpustakaan begitu bel berbunyi.

Our Red StringDonde viven las historias. Descúbrelo ahora