Bab 5

32K 2.3K 77
                                    

Bab 5

Kok asin gini ya?? Apaan sih ini?? Aku menjilat bibir lalu membuka mata pelan-pelan. "ANJRIT GAREEMM!!!" teriakku segera bangun dari atas ranjang dan melihat seseorang yang tengah tertawa bahagia di lantai. "DAMN!! Romi!!! Tai ahh ... gak lucu!!" gumamku kesal, sambil menjambak jambul andalannya.

"Sheil ... sheil ... please jangan jambul gue" pinta Romi memohon belas kasihan.

Aku melepaskan rambut Romi, "Loe ngapain di kamar gue pagi-pagi gini? Loe mau sekolah? Coy sadar coy ini minggu!!" kembali menjatuhkan badan ke atas ranjang dan membelakangi Romi yang duduk.

DUUUTTT ...

"Anjrit!! Najis loe Sheil!! Abis makan apa loe?" Sambil menutup hidung dan bangkit dari kasur.

"Hhhaa ... siapa suruh loe di sini? Gue tiap bangun tidur emang gini" ucapku sambil tertawa bahagia tanpa merubah posisi tidurku saat ini.

"Kasian amat yang jadi laki loe nanti, tiap pagi disambut kentut!! Baunya gak seberapa tapi pedih Sheil kena mata" cerocosnya tanpa jeda dan sama sekali tak aku hiraukan.

Hingga akhirnya aku bangkit dari atas ranjang, "Andaii ... loe pikir kentut gue gas air mata?" umpatku lalu keluar dari dalam kamar. "Ngapain loe ngikutin gue? Gue mau boker nih! Loe mau ngikut juga hah??"

"Ya ampun Sheil jahat amat! Lebih jahat dari ibu tiri ..." Romi memasang wajah so imutnya.

Kejadian seperti ini bukan sekali dua kalinya untukku, Berhubung tuh anak tiga udah sering kerumah dan deket banget sama bunda jadinya sarap gitu. Main nyelonong aja masuk kamar tapi begitu juga kalo aku datang ke rumah mereka, jadi berasa orang kaya yang punya rumah dimana-mana.

"Ayo Romi sarapan dulu" ajak bunda.

"Iya Bun, nunggu Qsheil dulu" jawab Romi yang duduk di depan tv namun terdengar sampai kamar mandi.

"Gak usah nungguin Qsheil!! Dia kalo di kamar mandi berasa lagi konser tunggal dua jam baru kelar" celetuk ayah dibarengi suara tawa bunda. Luar biasa sekali orang tuaku ini, kadang aku berpikir ... apa aku ini bukan putri yang ditukar?

Aku yang sudah selesai mandi dan berpakaian menghampiri meja makan, "Ada apa sih loe ke sini?" Tanyaku duduk di samping Romi yang lagi asik sarapan.

"Tar dulu sih Sheil ... gue abisin dulu Nasi Gorengnya" jawabnya sambil terus makan.

"Shel ... Bunda ada kerjaan hari ini, jadi kamu beresin rumah ya ... cuci piring, nyapu, ngepel, sama itu tolong kamar mandi disikat udah licin" perintah bunda begitu fasihnya.

"Andaii ... enak amat itu ngemeng Bun, giliran Ayah ah ... minggu kemaren kan Qsheil udah kerja rodi masa sekarang gitu lagi?" Jawabku kesal sambil menyendokkan Nasi Goreng ke dalam mulut.

"Eitss, enak aja giliran Ayah ... hari ini ada touring motor jadi sorry ya cantik ..." ledek ayah puas.

"Pilih touring atau anak?" Ancamku menunjuk ayah mengunakan garpu yang tengah aku pegang.

"Menurut Loe??" Potong bunda, "Ya pasti touring lah ..." sambil memoyongkan bibirnya.

Ayah tertawa "Istri yang pengertian" lalu mengusap rambut bunda lembut. Ah ini hanya sebuah modus saja sodara-sodara.

"Preeet!!" Timpal bunda memutar bola matanya.

Sedangkan Romi makan sambil cekikikan melihat keluargaku, mungkin dia berasa nonton drama komedi kali ya?

Selesai sarapan, ayah dan bunda segera bangkit dari meja makan. Aku sudah mencium aroma-aroma tugas Cinderlella yang masih dijajah Ibu Tiri dari detik ini juga.

"Bunda sama Ayah pergi dulu ya, inget tadi pesen Bunda kerjain! kalo engga? Nihh" ancamm bunda mengepalkan tangan kearahku.

"Bawel emak-emak!! Sana gih, risih aku juga" jawabku kesal mengekori mereka berdua.

"Rom ... bantuin Qsheil beres-beres ya" tambah ayah berteriak dari luar.

"Mampus loe!!" ucapku sambil tertawa iblis terlihat Romi yang menjabak rambutnya kesal.

"Nyesel ah gue ke sini" celetuk Romi. "Tau gini gue ke rumah Ambar aja"

Aku melirik Romi dengan sinis, "Ngemeng apa loe? Nyesel? Bentar-bentar gue ambil pisau dulu" ucapku berjalan menuju dapur meninggalkan Romi yang masih berdiri di ruang tamu.

"Buat apa?" tanya Romi terus mengekoriku.

"Nyambit mulut loe!!" jawabku singkat tanpa basa-basi.

Kini aku berada di dapur mencuci piring, sedangkan Romi sibuk membantuku dengan mengepel lantai, namun tiba-tiba tanpa sengaja aku menginjak lantai yang masih licin "Aaahh ..." teriakku yang hampir jatuh untung saja Romi dengan sigap menangkapku.

Aku terjatuh tepat di dada Romi, dan astaga!! Badan Romi ternyata sixpack. Aku berasa ada di dalam adegan sinetron sambil diiringi lagu 'Utopia' spesialis soundtrack sinetron.

"Loe ngapain Nyet? Liatin gue?" tanya Romi tersenyum.

Aku bergegas bangkit dan melepaskan pelukan Romi. "Loe kalo ngepel yang bener! Airnya kemana-mana gini?" aku menutupi kegerogianku.

"Tau gitu gue biarin aja loe tadi jatoh ya ... kan seru tuh!!"

Aku cuma tersenyum lalu mejulurkan lidah. "Wlee"

***

"Sebenernya loe ada apa ke sini? Tumben gak sama yang lain?" tanyaku sambil melemparkan badan ke sofa.

Romi yang sebelumnya tiduran di sofa merubahnya jadi duduk. "Enggak ... gue lagi BT aja di rumah" dalihnya.

Aku memandangi wajah Romi, sepertinya ada yang gak beres sama ni anak? Mukanya kusut banget udah kaya tumpukan cucian kotor. "Cerita dong Rom" rayuku berbaring dipangkuan Romi.

Romi tersenyum, "Gue mau pindah sekolah" ceritanya dengan nada melankolis ala Young Lex, eh tunggu sebentar ... dia penyanyi apa emang ya? Ya, pokoknya gitu lah.

"What?? Serius Rom??" aku benar-benar kaget setengah mati mendengarnya, baru setengah mati tenang aja, jadi aku masih bisa lanjutin cerita. "Kenapa di pindahin sih? Kapan pindahnya? Gak ikhlas ah ..." cerocosku tanpa rem.

"Itu mulut biasa aja ..." sambil mencubit bibirku gemas. "Nanti kok udah kenaikan kelas ... bokap gue ditugasin ke Makasar" terang Romi.

"Ya ... kedeketan itu sih, gak sekalian aja ke Papua gitu yang lebih jauhan?" aku mencoba menggodanya.

"Kampret loe ahh ..." ia membantingkan kepalaku yang berada dipahanya.

Aku merubah posisiku menjadi duduk, "Aduhh sayangnya Qsheil sedih ya? Sini-sini aku peluk ..." Aku memeluk dan Romi membalas pelukanku. Shitt ... kok rasa meluknya beda ya? Padahal udah biasa pelukan kaya gini. Tapi kok aku bisa ngerasain degup jantung Romi yang berdetak cepat? Buset ... si Romi kok gak ngelepasin pelukannya. "Rom ... Rom gue gak bisa nafas ..." dan akhirnya Romi melepaskan pelukannya sebelum aku mati kehabisan nafas.


[1] DUNIA QsheilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang