Bab 2

42.9K 2.9K 164
                                    

Bab 2

KRINGGG!! KRINGG!!

Suara alarm dari ponsel begitu menusuk gendang telinga, itu benar-benar mengganggu tidurku saat ini.

"Lima menit lagi aja ..." gumamku pelan sambil menggeserkan ponselku ke bawah bantal, berharap bisa tidur sebentar lagi.

KRINGGG!! KRINGG!!

Lagi-lagi alarm itu berbunyi, kini getarannya malah membuat kepalaku pusing karena posisinya tepat di bawah bantal yang tengah aku gunakan. Aku mengambil ponsel yang terus saja berbunyi dan menatap layarnya dengan seksama.

"Ini hari senin!!" teriakku kaget dan secara refleks loncat dari atas ranjang dan mengambil handuk yang tergantung dibelakang pintu. "Bisa gawat kalo telat nih!!" gumamku terburu-buru berlari menuju kamar mandi.

Tiba-tiba ... BRAK!! Sial!! Jari kaki kelingkingku kepentok kaki meja makan, kalian bayangin sakitnya gimana?

"ADAW ... sakit Ya Allah ..." rintihku sambil melompat-lompat mengangkat kaki kanan yang kepentok meja barusan. "Ini siapa yang taruh meja depan kamar aku sih?" gumamku kesal sesekali memukul meja yang sama sekali tak berusaha untuk membalas.

Boleh dong aku marah-marah? Meskipun sebenarnya, itu meja udah dari dulu ada disitu (?) gak usah komplen, ini kelingking aku lagi sakit! Kita lupakan masalah kelingking, karena aku bisa kesiangan jika terus membahas ini terlalu lama. Aku bergegas masuk ke dalam kamar mandi, lalu mulai membersihkan tubuhku.

Selesai mandi dan segalanya sesuatunya sudah siap, seperti biasa ... ini waktunya mengetuk pintu kamar bunda, kalian harus tau karena ini adalah sebuah ujian setiap pagi yang aku lewati.

"Bun ... Qsheil mau berangkat nih!!" ucapku sambil mengetuk pintu kamar. "Bunnnnnn ... buruan ihh, mana uang jajan aku?" pintaku, namun sama sekali tak terdengar tanda-tanda jika bunda ataupun ayah akan bangun dan membukakan pintu.

Aku yang masih setia berdiri di depan pintu kamar bunda, melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi.

Ya ampunn!! kebo amat ini emak-emak ... aku bisa kesiangan kalo gini ... karena tuntutan pekerjaannya yang tak mengenal waktu maka aku mengerti jika bunda sulit bangun pagi.

Hingga akhirnya aku mengingat sesuatu yang mampu membangunkan bunda dari tidur cantiknya ini.

"Bunnn ... paket kosmetiknya udah sampe nihh!!!" Teriakku sambil menahan tawa licik. Gotcha! Benar saja terdengar suara pintu kamar bunda yang dibuka, Hahaha ... bunda kena!! Giliran paket aja kedengeran ... lah, giliran aku minta duit jajan mendadak berubah jadi budek.

Bunda yang masih muka bantal tanpa basa-basi segera berlari menuju ruang tamu dan melewati aku anaknya yang sedari tadi menunggunya bangun, "Mana?? Mana??" Teriak bunda membuka gorden sambil celingukan. "Mana Sheil? Paketnya udah sampe?" Tanya bunda tanpa jeda dan aku hanya menahan tawa.

"Udah Bun ... udah sampe lumutan aku nungguin uang jajan di depan pintu kamar nih!!" jawabku membuat bunda hanya menggaruk kepala.

"Bodoo ahh ... Bunda mau tidur lagi ... bhay!!" ucapnya masuk kembali ke dalam kamar.

"Bun, ihh ... buruan aku udah telat nih!!" aku mengejar bunda masuk ke dalam kamarnya dan terlihat ayah yang masih mendengkur di atas ranjang. "Mana uang jajan?" Rengekku menenggadahkan tangan.

Bunda mengambil dompet di meja riasnya, lalu mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dan memberikannya padaku. "Nih ... abisin ya! Kalo gak abis jangan pulang!"

Aku mengerutkan kening sambil memastikan uang yang berada ditanganku, "Yaela dua puluh ribu mah lima menit juga bisa abis, gak perlu nunggu pulang sekolah!!" jawabku polos sambil menatap nanar uang ditangan.

"Kalo gitu sepuluh ribu aja ya kalo sama-sama gampang abis" Bunda mengambil lagi uang yang sudah aku pegang dan akan memasukan kembali uangnya ke dalam dompet.

Namun dengan gesit, aku menarik uang yang hampir saja masuk ketempat yang akan sulit untuk keluar lagi. "Daahh Bun ..." sambil mengecup pipi bunda. "Jir ... Bun, bau iler ..." aku menyusut bibir dengan tangan lalu buru-buru keluar dari kamar bunda.

"AYAH ... BERISIK IH!! NGOROK MULU ... GESERAN DIKIT!!" Suara teriakan bunda yang delapan oktav terdengar sampai depan rumah! Ckckck ... luar biasakan? Keluarga aku gitu loh!

Aku yang sudah hampir kesiangan berlari menuju pangkalan ojek yang letaknya tak begitu jauh dari rumah.

"Pa Umar!!!" Teriakku sambil melambaikan tangan kearah Pak Umar, tukang ojek langganan komplek sini. Motor yang dikendarai Pak Umarpun menghampiriku dan meluncur mengantar menuju sekolah.

Nih buat para cowok! contoh yang gini ... tuhh tukang ojek aja peka, padahal aku cuma lambai-lambai tangan tapi dia langsung nyamperin. Apa aku pacaran aja sama tukang ojek ya yang selalu peka? Shhitt ... apa yang ada dipikiran aku ini??

***    






[1] DUNIA QsheilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang