"Aku tahu, aku beruntung dicintai orang seperti kamu"

"Maksud aku bukan begitu" Prily jadi tak enak sendiri, dia menarik Ali masuk ruang jurnalis yang ternyata tak terkunci.

"Aku ngerti kamu mandi sana. Aku keluar. Tunggu aku sebentar ya" Ali tersenyum lalu dia keluar dari ruangan itu dan mengunci dari luar, tak akan pernah ada siapapun masuk kedalam ruangan jurnalis tanpa terkecuali.

Ali menghembuskan nafasnya, dia meminta Jack membawa mobil Prily dan membawa gadis itu kembali ke pelukannya, untuk sementara Prily memang dalam bahaya, begitupun dengan dirinya.

Ali tersenyum dan memainkan kunci ruangan jurnalis dia membeli baju seragam sekolah, tak akan ada yang berani macam-macam di sekolah, sekolah adalah tempat aman, selain tak akan ada yang berani membuat keributan, sekolah ini juga satu-satunya pelindung sang ayah dimana pria itu menyembunyikan dirinya sebagai mafia dengan mendirikan sekolah internasional.

Ali tersenyum dan membawa beberapa baju seragam pihak koperasi tak berani mencegahnya ketika tempatnya di rampok sang anak pemilik.

"Gue butuh baju-baju ini" ucap Ali dengan tak perduli, dia membawa baju yang menurutnya pas untuk Prily.

"Ali"

"Ka Ali masuk sekolah"

"Ka Ali"

"Ali" teriakan siswi lain tak di hiraukanya, Ali hanya berjalan membawa baju-baju itu.

Dia menarik kenop pintu melihat Prily kembali mengenakan baju olahraga.

"Baju siapa itu?" Tanya Ali dengan posesifnya.

"Ini bajuku, kamu lupa? Aku ini ketua jurnalis"

"Ya hampir aku lupa, ini baju yang kamu butuhkan pakailah" Ali mengunci pintu jurnalis dan memasuki kamar mandi yang memang di fasilitasi di ruangan tersebut.

"Aku mandi dulu, jangan keluar sendiri"

"Iya aku tau" Prily mengangguk dan meneliti ruangan yang sudah lama dia rindukan, ruangan itu masih tetap sama dimana dirinya menjadi ketua jurnalis, bahkan semua letaknya pun tak berubah apa tak pernah ada yang memakainya pikir Prily.

Tentu saja ruangan itu tak pernah ada yang pakai, semenjak Prily di sekap Ali menjadikan ruangan itu danger untuk semua siswa di sekolahnya, tak ada yang boleh menginjakan kakinya keuangan yang di sukai Prily, kecuali petugas kebersihan sekolah yang membersihkan ruangan itu, Ali sangat posesif bukan hanya pada Prily tapi pada semua barang dan tempat yang di sukai Prily, baginya Prily adalah segalanya.

"Kamu udah selesai? Gimana kita kekelas buku aja aku ga bawa"

"Kamu bisa masuk kelas tanpa buku"

"Aku bukan kamu ya" Prily mendekati Ali dan menarik dasi yang tersampir di sofa.

"Lo itu gapernah mau pake dasi, Ali lo mau kan pake dasi?"

"Kamu mau aku pake dasi?"

"Oh ayolah peraturan sekolahnya itu begitu Ali, baju di masukan pakai dasi kamu ini gimna sih"

Ali terkekeh lalu mendekat dia mendorong kursi plastik kecil di samping Prily membiarkan gadis itu memakaikan dasi itu untuknya.

"Kalau gitu kamu naik dan pakaikan dasinya"

"Dengan senang hati Prince"

Prily tersenyum membalas senyum Ali yang tak berhenti menebar senyum manis kearahnya.

"Coba ya lo itu senyum kaya gini dari pas kita pacaran"

Ali mengerenyit dan mencubit pipi Prily.

"Kalau banyak yang suka sama gue gimana?"

"Eh kamu cuek dan dingin aja banyak yang suka kali, tapi aku suka kamu yang cerewet dari pada kamu yang cuman bisa bilang emm dan ngangguk"

"Jadi aku harus kayak gimana?" Tanya Ali

"Ya pokoknya sifat kaya gini cuman aku yang boleh tau, cewek lain ga boleh" Prily menyelesaikan simpulan dasi Ali dan tersenyum puas melihat cowok itu yang terlihat rapi.

"Aku janji cuman kamu"

"Janji?"

"Ya aku janji cuman kamu Minie"

"Lebammu masih sakit ya?"

"Udah enggak yuk kekelas" Prily tersenyum lalu mengangguk semangat tak sabar memasuki kelas yang dirindukanya.

"Abaikan semua tatapan mereka" ucap Ali ketika mereka keluar ruang jurnalis, Prily sudah memakai seragam sekolahnya seperti yang lain, beberapa orang berbisik yang bisa di bilang tak masuk akal, Prily ternyata hanya membolos bukan pindah sepertu isu yang tersebar.

Gadis itu memutar bola matanya, Prily bukan gadis lemah di depan semua siswi dan Ali tahu sejak mereka mempunyai status pacaran banyak gadis yang terang-terangan mundur mengganggunya karena Prily yang jadi pacarnya.

Suasana menjadi hening ketika beberapa orang bertubuh kekar memakai seragam hitam menghampiri Ali dan Prily membuat keduanya mematung.

"Tuan muda saya ditugaskan untuk menjemput anda"

Detik itupun Ali menggemgam tangan Prily dengan erat dia menarik gadis itu berlari meninggalkan orang-orang itu yang mengejar di belakangnya.

"Kita harus lari Minie!"

MIKIE & MINIE (On Hold)Where stories live. Discover now