10

11.7K 1.1K 19
                                    

Ali memasuki rumahnya dengan tergesa baju seragam sekolahnya sudah tak berbentuk.

"JAMES!" Teriakan anak remaja itu menggema di ruangan.

"I-iya tuan" James berjalan menghampiri Ali dengan cepat, Andara melihat anak bungsunya pulang panik mencari Prily, tadi dia memberi kunci kamar Ali pada gadis itu.

Rasa lega datang ketika melihat gadis mungil yang disukai Ali sedang bersama Jovan di balkon atas, Jovan duduk di kursi roda dan gadis cantik itu tersenyum.

***

Suara putaran kunci membuat Prily terkejut gadis cantik itu melihat kearah pintu disana ibu Ali tersenyum dan berjalan mendekatinya.

"Ehm"

Prily cepat berdiri dan merasa gugup Andara tersenyum.

"Kalau kamu bosan keluarlah jalan-jalan" Prily tersenyum wajahnya cerah senang rasanya masih ada yang perduli.

"Saya tidak bisa membantu kamu keluar dari rumah ini, tapi saya bisa bantu kamu keluar dari kamar ini" ucap Andara merasa sedih atas perlakuan anak bungsunya.

"Apa tidak...."

"Tidak apa-apa Ali sedang pergi sekolah"

Prily tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih"

"Keluarlah kalau kamu bosan, ini kuncinya, dan cepat masuk sebelum Ali pulang" Prily tersenyum, ingin rasanya memeluk wanita malaikat didepanya.

"Terimakasih Bu" ucap Prily lagi merasa terharu.

"Andara panggil saya Andara, maafkan anak saya Prily" Andara berjalan mendekati Prily dan memberikan kunci cadangan kamar Ali kedalam tangan gadis itu

"Semoga kamu selalu ada dalam lindungan tuhan" Andara tersenyum lembut dan berbalik meninggalkan kamar Ali.

Prily diam-diam keluar dari kamar Ali, matanya tertuju kearah kamar bercat putih di arah sebrang, pintu itu sedikit terbuka dengan rasa penasaran dia berjalan memasuki kamar tersebut dia melangkah pelan awalnya Prily takut tapi rasa itu lenyap di gantikan rasa penasaran.

Prily terkejut dia melihat Ali ya cowok itu memang seperti Ali duduk di kursi roda rambutnya sedikit lebih rapih dan kacamata bertengger di hidungnya.

Jovan memalingkan wajahnya menatap gadis cantik yang diam-diam masuk kekamarnya.

"Siapa kamu?" Suara Jovan membuat Prily terpekik.

"Ma-ma-ap aku salah masuk" ucap Prily takut-takut, dengan cepat Prily berbalik.

"Tunggu" ucap cowok itu, Prily menghentikan langkahnya sekarang dia sedikit mengerti jadi sebenarnya Ali mempunyai kembaran? Dan kembaranya itu sakit, entahlah di usia remajanya Prily tak mampu berpikir seperti orang dewasa pusing rasanya.

"Kamu siapa?" Suara Jovan sedikit melembut, Prily merasa Jovan tidak tempramen seperti Ali dengan gugup dia berbalik arah dan berjalan menghampiri Jovan yang duduk d kursi roda.

"Ha-hai"

Prily tersenyum tepat di depan Jovan, yatuhan kenapa wajah cowok itu benar-benar seperti wajah Ali, sepertinya kalau disekolah teman-temanya melihat keajaiban ini ada dua Ali tidak akan terjadi rebutan antara Mona dan Syila.

Jovan mengangkat wajahnya menatap gadis mungil itu rambutnya tergerai matanya memancarkan kecantikan baju hitam yang di kenakanya kontras dengan kulit putih gadis itu. (Fotonya di mulmed)

"Em-mm aku Prily"

Prily mengulurkan tangannya kearah Jovan, cowok itu membalas senyum Prily tapi tak urung membalas salam Prily dia hanya meneliti wajah gadis itu didepannya.

"Tuan Jovan" suara pelayan mengejutkan keduanya, Prily melihat pelayan itu masuk dan merasa bingung melihat Prily berada disana.

"Nona" Prily menaikan alisnya

"Nona tuan Ali sudah pulang" Prily terkejut dan dengan cepat dia berlari tanpa menghiraukan Jovan di depannya, cowok itu tersenyum melihat perlakuan Prily yang terlihat lucu.

"Gadis yang cantik dan... lucu"

***

Ali membuka pintu kamarnya dan melihat Prily sedang bersenandung wajahnya menyejukkan

"Minie"

Cowok itu membuka seragam sekolahnya duduk di sebelah Prily, gadis itu tidak menghiraukan Ali.

Ali duduk di sebelah Prily dan membaringkan tubuhnya, Prily tersentak ketika Ali merebahkan kepalanya di paha Prily.

"Sudah makan?"

Ali meraih jemari Prily menciumnya, Prily menundukan kepalanya melihat raut wajah Ali yang lelah entah apa yang sudah cowok itu lakukan wajahnya sedikit memar.

"Wajah kamu kenapa?" Ali tersenyum dan mencium pergelangan tangan Prily.

"Apa masih sakit?"

Ali mencium perut Prily yang rata, membuat Prily merasa malu.

"Aku selalu bermimpi punya tempat pulang merasakan nyaman, seperti saat ini mempunyai rumah yang hangat"

Mata Ali terpejam merasakan nyaman tidur di pangkuan gadis yang di cintainya. 

Prily perlahan meraba wajah memar Ali, Ali terlihat sangat menyedihkan dengan keadaan seperti ini.

"Sayang jangan pernah tinggalin aku lagi" ucal Ali

Ali mengangkat wajahnya menatap mata coklat Prily dia membawa tangannya ke leher gadis itu Prily sedikit ragu dia mencoba mendekat dan Ali menarik tengkuk Prily hingga bibir mereka bersentuhan dan kali ini Ali menciumnya dengan penuh perasaan hingga membuat Prily mabuk kepayang.

"Aku janji kali ini aku akan lembut" ucap Ali serak dan dia kembali memperdaya Prily.

MIKIE & MINIE (On Hold)Where stories live. Discover now