9

11.6K 1K 30
                                    

"Anda lihat anak saya menjadi seperti itu?" Andara menatap suaminya, Istri tua Ferdo hanya tersenyum.

"Karena anak pelacur selalu menginginkan seorang pelacur" Wanita itu tersenyum meremehkan.

"Ferdo saya tinggal disini demi dirinya, saya bertahan hidup demi Ali" Ferdo menatap Andara.

"Dia mengurung anak gadis itu seperti saya megurungmu dulu"

"Iya semua karena anda, dan saya tidak akan pernah sudi anak saya mengikuti jejak anda". Wanita itu pergi meninggalkan kedua iblis yang merubah anaknya menjadi Monster tak berperasaan.

Andara melihat Ali yang melenggang santai selesai berenang, berniat masuk ke kamar.

"Ali" dia berhenti menatap Andara sebentar tapi kembali memalingkan wajahnya, merasa jijik.

"Mami mohon jangan kurung Prily" Ali mengepalkan tanganya, "itu bukan urusan anda" dan dia masuk menutup pintunya dengan keras.

Prily melamun melihat kaca besar, diluar taman yang cantik terhampar sayang sekali di dalam rumah tak secantik yang di pikirkanya, Ali membuka pintu dan menutup pintu dengan keras seakan tidak terganggu gadis itu tak menghiraukaunya.

Ali berjalan mendekati Prily, "Indah bukan?" Prily memalingkan wajahnya, yang ditatap Ali bukan taman itu tapi keadaan Prily yang kacau, ya keadaan Prily yang kacau indah menurut Ali.

Gadis itu memalingkan wajah merasa tidak perlu menanggapi omongan Ali.

"Tidurmu nyenyak?" Prily bersumpah tidurnya semalam seperti di neraka meskipun Ali tidak menemaninya.

Ali melilitkan handuk dan membuka laci, membawa satu serbuk putih membuat Prily mengerenyit.

"Itu apa?" Gadis itu terkejut melihat Ali mengeluarkan benda itu.

"Sabu" ucap Ali santai dan duduk di sebelah gadis itu.

"Mau coba?" Prily membulatkan matanya, apa katanya Ali menawarkan barang terlarang itu? Prily menggelengkan kepalanya menandakan tidak tertarik.

"Aku membelinya dan berniat mencobanya bersamamu" Prily mengernyit jadi Ali baru akan mencobanya? Cowok ini tak bisa ditebak.

"Yasudah kita coba nanti kalau kamu mau ya?" Ali membuangnya sembarang dan menarik Prily mendekat agar duduk di pangkuanya.

"Jangan menangis" Ali menggigit pundak Prily yang terekspos gadis itu meringgis merasakan sakit, gigitan Ali semakin kencang membuat Prily menahan jeritan bibirnya.

"Sakit?" Ucap Ali, Prily menggeleng dia tau jika dia mengangguk maka Ali akan menyiksanya, Ali membaringkan Prily, dia tersenyum melihat wajah Prily yang memerah karena menangis, dia mengelus air mata Prily dan mencium wajah gadis itu.

Merapikan anak-anak rambut Prily mengikatnya menjadi satu ikatan dan kembali mencium wajah Prily.

"Kamu selalu cantik Minie" Ali menggigit hidung Prily dan melepaskannya.

"Aku pergi sekolah, jangan berani-berani pergi dari kamar ini" ucapnya dia memakai bajunya dan tanpa melihat Prily berjalan baru beberapa langkahnya matanya kembali menatap Prily berjalan mendekat.

"Plak" Prily meringgis tamparan Ali sangat menyakitkan.

"Sakit?" Prily menggelengkan kepalanya.

"Bagus, pulang sekolah aku akan membeli borgol untukmu" ucapnya puas dan mencium pipi yang ditamparnya.

Prily meringgis sakit, dia yakin dia pasti akan mati sebentar lagi.

***

"Ali" teriak Syila, Ali tak menghiraukanya dan pergi.

Ali tetap berjalan tak menghiraukanya, dia lupa gadis-gadis di sekolah tak berani mendekatinya karena Prily dan sekarang gadis pembangkang itu telah pindah, mereka kembali menganggu dirinya.

"Ali kamu mau makan siang sama aku ya?" Syila terus mengikuti Ali yang berjalan di depan tak menghiraukanya, Varel yang melihat kegigihan Syila dengan cepat menemui Ali.

"Syila yang cantik Ali gabisa di ganggu ya. Bye" Dia menarik Ali menjauh dari Syila dan antek-anteknya.

"Prily keluar dari sekolah" Ucap Varel, mata Al menelisik merasa ada yang tidak beres, Rasya merasa tak perduli justru menurutnya bagus.

"Jadi Anniv panser ga bawa Prily?" Ucap Varel, Ali yang serius dengan hpnya melihat video Prily dari cctv mengangkat wajahnya.

"Dia ikut" Al mengerenyit

***

gadis itu melihat jendela yang berembun kenop pintu kamar itu tiba-tiba terbuka disana Ali memakai seragam sekolahnya menutup pintu dan memeluk Prily dari belakang.

"Bagaimana hari ini? Sudah merasa betah?" Prily tak bicara dia masih diam tak bergeming, Ali mencium wangi sabun mandi dirinya di tubuh Prily.

Perlahan Ali membalikan badan Prily dan menciumnya dengan penuh perasaan dia mengulurkan tanganya kewajah Prily yang putih bersih.

"Kamu cantik"

Prily masih menatap Ali kosong, dia ingin pulang, tak ingin berada disini.

Ali membawa Prily kearah kasur menciumi wajah gadis itu perlahan dia membuka kancing sekolahnya dan membuang sembarang.

"Ka...kamu mau apa Ali?"

Ali tersenyum dan memeluk gadis di bawahnya.

"Kita akan mencobanya" tepat saat itu Ali membungkam bibir Prily dan melepaskan semua baju yang melekat pada gadis itu, hari itu Prily merasakan sakit yang menyakitkan.

Semuanya telah direnggut pacarnya.

MIKIE & MINIE (On Hold)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ