Prologue

24.4K 1.1K 46
                                    

Allard p.o.v.

Sialan! 

Aku masih berkutat memeriksa seluruh isi dokumen penting yang menumpuk di atas meja kerjaku satu persatu hingga dering ponsel sukses memecah konsentrasiku. Aku menghela napas dalam sebelum tanganku meraih ponselku dan aku menghela nafas kasar ketika melihat Josephine, nama mantan sekretarisku, mantan partner 'ranjang'-ku sekaligus orang yang membuatku harus terjebak di kantor hingga selarut ini tercetak jelas pada layar ponselku.

"Apa lagi maumu?" Ujarku dingin.

Sejujurnya aku tidak ingin mengangkat panggilannya, namun ini adalah panggilan keempat hari ini, tiga bulan setelah aku memecatnya. Setelah sekian lama akhirnya aku memiliki bukti bahwa ialah yang selama ini menjadi parasit perusahaan dengan menjual rahasia perusahaan. Jalang inilah yang juga membuat ayah harus tersiksa akibat serangan jantung akibat hampir bangkrut. Hanya butuh setengah tahun bagiku untuk mengubah kondisi perusahaan menjadi seperti semula, namun terkutuklah jalang Josephine dan sifat gampang iba ayah yang mempekerjakan jalang ini karena ia anak mendiang sahabat ayah!

Tak ada kalimat jawaban, hanya isakan. "Aku bukan ayahku. Aku tidak mau menghabiskan waktu untuk mendengarkan isakkan."

"A-allard...hikss, a-aku tidak berbohong, hikss..hikss. A-aku mengandung anakmu~"

Aku mendengus geli, meremehkan ucapan Josephine pada panggilannya. "Kau harusnya bersyukur karena aku tidak menjebloskanmu ke dalam penjara, pelacur."

"A-allard...,"

"Dengar..," Ujarku memotong kata-katanya dan menarik nafas sejenak. "Aku tidak peduli anak siapa yang kau kandung mengingat kau memang selalu melebarkan selangkanganmu, bahkan setelah mendapatkan uang dari menjual rahasia perusahaan. Aku juga tidak bodoh mengeluarkan spermaku di dalammu meskipun menggunakan kondom yang aku tau telah kau lubangi dengan jarum saat itu."

"A-allard . . ."

"Aku tahu dimana keberadaanmu sekarang. Jangan membuatku mengerahkan kepolisian dengan memberi seluruh bukti kejahatanmu. Selamat malam." 

Tanpa pikir panjang akupun mem-blacklist nomor Josephine sesaat setelah aku memutuskan panggilan jalang itu.

"Dasar pengganggu." Gerutuku lalu kembali fokus pada pekerjaanku.

***

Aku melepaskan kacamata bacaku lalu melakukan sedikit perenggangan ketika selesai memeriksa semua dokumen yang harus kutandatangani. Aku melirik arloji yang melingkar pas pada pergelangan tangan kananku dan entah sudah berapa kali hari ini aku menghela nafasku dengan kasar. Jam 11 malam? Okay, sudah genap dua minggu berturut-turut aku lembur.

Aku langsung memasukkan seluruh pekerjaanku ke dalam laci paling atas meja kerjaku lalu menyampirkan jas kerjaku ke bahu kananku. Kulangkahkan kakiku keluar kantor menuju tempat parkir dan masuk ke sebuah mobil Hennessey Venom GT milikku dan mengendarainya menuju rumah sendirian setelah aku meminta paman Joe, supir sekaligus orang kepercayaanku pulang terlebih dahulu sekitar lima jam yang lalu. 20 menit berkendara dan akhirnya aku telah sampai di depan sebuah gerbang besar. Tak butuh waktu lama, gerbang tersebut terbuka secara otomatis memberikan akses untuk berkendara masuk. Setelah pintu gerbang terbuka sepenuhnya, aku memacu kendaraanku menuju garasi.

Setelah keluar dari mobil, paman Joe menyambutku dengan tersenyum. Ia masih rapi mengenakan seragam lengkapnya dan rambut berubannya masih dilapisi gel rambut.

"Bukankah aku berkata paman bisa pulang ke rumah?" aku berjalan masuk ke rumah melewati garasi setelah memberikan jasku pada paman Joe. Paman Joe mengekoriku.

Bonjour, Mr. Fancy Pants! (ManxBoy)Where stories live. Discover now