[١] ; Teras Kisah

71.9K 2.7K 36
                                    

"Masih berapa lama lagi, Ismi?" tanya perempuan berkerudung putih dengan wajah yang lesu. Aroma lembaran buku sudah membuat perutnya menajadi mual, jika bukan karena Ismi adalah sahabatnya, mana mungkin Shofa mau menemani berlama-lama di perpustakaan.

"Satu buku lagi, Shofa. Sabar ya!" sahut Ismi dari balik rak-rak buku yang berdiri kokoh di perpustakaan sekolah.

Shofa Fatimah Azzahra adalah siswi tingkat akhir di salah satu Madrasah Aliyah Swasta di daerah Jakarta. Dia bukan siswi yang terkenal seantero Sekolah, bukan pula siswi tercerdas di Sekolah, dia hanya siswi biasa yang selalu mengedepankan sopan santun. Ia percaya, Akhlak mulia lah yang dapat membuat seseorang itu memiliki derajat yang tinggi. Memang bukan di mata manusia, tapi di mata Tuhan.

Di perpustakaan hanya ada mereka berdua dan seorang penjaga perpustakaan yang asik bercumbu dengan laptopnya. Shofa mengetuk-ngetuk meja dengan jari lentiknya, berusaha menghilangkan rasa bosan yang menyelimuti dirinya, sudah hampir 2 jam berlalu tapi Ismi belum juga mendapatkan buku yang dicari.

"Aku harus dapat juara 1 di kompetisi Nasional ini, harus!" Kata Ismi penuh ambisi, ia masih mengelilingi perpustakaan.

"Sudah bisa masuk ke Nasional saja aku sudah bersyukur,"

"Shofa, yang namanya impian itu harus digantung tinggi-tinggi."

"Iya juga sih," ucap Shofa bernada merendah, lalu menempelkan wajahnya yang cantik itu di atas meja perpustakaan. Apa cuma aku ya, yang belum mempunyai tujuan hidup? Apa hanya aku yang tidak mempercayai sebuah impian? Shofa bertanya-tanya dalam hati. Entah sebenarnya apa yang ingin Shofa lakukan untuk dirinya dan dunia ini, belum terencana.

Besok akan menjadi hari yang sangat menegangkan bagi Ismi, pasalnya ia akan mengikuti kompetisi speech English tingkat Nasional. Sebagai sahabat yang baik, Shofa dan Farhan selalu menyemangati dan menemaninya untuk latihan atau hanya sekedar menambah dan memperbaiki materi pidato. Tapi hari ini Farhan tidak bisa hadir di tengah-tengah mereka karena ada kegiatan lain di ekskul yang ia tekuni di Sekolah.

"Aku ke kantin, ya" kata Shofa, matanya mencari Ismi yang hilang diantara rak-rak buku.

"Aku haus" lanjut Shofa.

"Iya," jawaban Ismi membuat Shofa bangkit dan keluar dari perpustakaan.

Sesampainya di kantin Shofa membeli satu gelas moccacino dingin, dan membawanya ke Taman Sekolah. Angin sore berhembus halus merontokkan dedaunan dari pohon tinggi di taman, sekaligus menyapu rasa bosan yang tadinya melekat erat pada diri Shofa.

"Belum pulang?" Ucap seseorang bersuara berat, membuat Shofa menoleh.

"Belum," jawab Shofa sambil tersenyum pada laki-laki berkacamata dari kelasnya, Malik.

"Kenapa belum pulang?" laki-laki itu bertanya lagi sambil mengisi kursi kosong di hadapan Shofa.

"Nungguin Ismi, lagi pinjam buku di Perpustakaan." Jawab Shofa hati-hati menahan hatinya yang sedang berdegup kencang.
"Oh,"
"Kalo kamu, kenapa belum pulang?"
"Ada Rapat OSIS" Shofa mengangguk mengerti, tiba-tiba suasana menjadi hening tanpa kata, hanya ada suara semilir angin yang lewat silih berganti.

Biarku beritahu satu rahasia, Shofa menyukainya. Entah bagaimana 2 tahun yang lalu Shofa bisa menyukai laki-laki penghuni kursi belakang itu, dengan sikapnya yang humoris kadang membuat perut teman-temannya menggelitik dan nyeri. Tak adil rasanya jika aku hanya memberitahu keburukannya saja. Ia memiliki wawasan yang luas, teman yang banyak, dan ia juga jago bermain Mobile Langend.

"Aku dengar ada cafe baru di depan sekolah, sudah ke sana?"akhirnya Malik memecah kesunyian.
"Belum, katanya sih, rasa kopi di sana enak"
"Nanti kalau ada waktu kita ke sana, yuk."
"Kita? Berdua aja?" Shofa memastikan arti kata 'kita' yang baru diucapkan Malik.
Sikap Malik yang selalu humble pada semua orang membuat Shofa sedikit kebingungan, apa mungkin Malik punya rasa yang sama dengaannya?. Walaupun sebenarnya Shofa sama sekali tak mengharapkan perasaannya terbalas.

Achieve HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang