55 : Tired Eyes

17.5K 935 65
                                    

Aku berumur 15 tahun saat hal itu terjadi. Adik perempuanku berumur 15 tahun. Kejadian ini bermula saat ulang tahunnya yang ke 5, saat dia menerima boneka yang mirip seperti pemiliknya.

Boneka itu selayaknya boneka biasa, yang ukurannya setinggi adik perempuanku, rambut merah, bintik - bintik di wajahnya; bahkan boneka itu memakai pakaian yang seukuran dengan yang dipakai adik perempuanku.

Satu-satunya yang luar biasa adalah matanya.

Adik perempuanku memiliki mata yang aneh, biru dengan flek coklat di dekat pupilnya. Aku dulu sering mengejeknya dengan menyebut matanya mirip toilet dengan kotoran mengapung di dalamnya.

Aku belum pernah melihat orang lain dengan mata seperti ini, tapi mata boneka itu sama persis dengan mata adikku. Aku tidak ingat siapa yang memberinya boneka itu, tapi pembuatnya pasti menghabiskan waktu lama untuk mengecat matanya.

Setelah ia membuka kadonya, adik perempuanku dan teman - temannya mulai berlari kesana kemari, mengganti pakaian boneka itu, dan hal lainnya yang biasa dilakukan anak kecil.

Aku, karena tidak ingin menjadi babysitter, menyelinap ke dalam kamarku dan menutup pintunya.

Aku sedang terhanyut dalam cerita seram yang kubaca, ketika aku mendengar pintu berderit terbuka.

Secara naluriah, dan karena cerita yang sedang kubaca, aku menjatuhkan apa yang sedang kubaca dan berputar secepat mungkin. Boneka adikku dengan telanjang duduk di sela-sela pintu yang hampir tertutup.

Tanpa adanya sekumpulan anak kecil di rumahku, aku mungkin akan sedikit ketakutan, tapi aku yakin salah satu dari mereka (atau mereka semua) meletakkannya disana untuk mengerjaiku.

Aku membawa boneka itu ke lantai bawah dan itulah terakhir kali aku mendapat masalah dengan boneka itu selama beberapa bulan, dan adikku terus membawa-bawa boneka itu bersamanya.

2 bulan kemudian, keadaan mulai janggal. Suatu hari adikku berlari ke lantai bawah sambil berteriak kalau bonekanya bersikap jahat padanya.

Mengerti kalau itu hanya imajinasinya, tapi tidak ingin membuatnya marah, aku dengan tegas menegur boneka itu di hadapannya, lalu meletakkannya di rak teratas lemari adikku.

Dia tampak puas karena keadilan yang telah diterimanya, dan aku sedikit senang karena tidak harus melihat benda itu lagi. Sedikit mengerikan mengingat betapa miripnya boneka itu tampak seperti adikku.

Kupikir jika aku melihatnya tidur dengan boneka itu, aku takkan bisa membedakannya dalam gelap. Aku tidak mau mengeluarkan boneka itu lagi.

Malamnya, aku mendengar adikku berteriak. Aku berlari ke kamarnya dan melihat boneka itu di kaki tempat tidurnya. Benda itu bahkan tidak bersandar pada apapun, melainkan hanya berdiri memandanginya.

Aku menggaet boneka itu dan segera melesat ke tangga. Orangtuaku melihatku berjalan ke bawah dan menanyakan apa yang terjadi, tapi aku tidak berhenti untuk menjelaskan.

Aku menjejalkan boneka itu ke tempat sampah kami, mata biru dan coklatnya memandangiku dengan marah.

Ketika aku masuk kembali adikku telah tertidur, setelah ditenangkan oleh orangtuaku, dan aku senang masalah ini telah selesai. Begitulah pikirku.

Pagi berikutnya saat aku bangun tidur dan mengusap mata, aku melihat adikku di pintu. Aku mengedipkan pandanganku yang masih buram, dan saat aku membuka mata dia telah menghilang.

Aku berjalan ke kamarnya dan melihatnya masih tertidur pulas.

Aneh, pikirku.

Mungkin hanya tipuan mata. Tapi malamnya hal itu terjadi lagi. Aku terbangun karena suara langkah kaki dan melihat adikku berdiri di luar kamarku. Aku menyalakan lampu, namun tidak ada siapa-siapa disana.

Dia pun masih tidur saat aku memeriksanya di kamarnya. Sampah belum diambil, jadi aku memutuskan untuk mengecek tempat sampahnya besok.

Mungkin ayahku mengerjaiku. Pagi berikutnya, seperti yang sudah kuduga, tempat sampah telah kosong. Saat aku sarapan aku bertanya pada ayah.

"Yah, apakah kau meletakkan boneka Jane diluar kamarku kemarin malam atau kemarin pagi?" tanyaku

"Apa? Jangan bodoh, boneka itu ada di tempat sampah di luar di tempat kau meninggalkannya"

"Tidak, aku telah memeriksanya, benda itu tidak disana"

"Mungkin anak-anak mengambilnya, mana kutahu kemana benda itu menghilang?"
Itulah akhir pembicaraan kami. Aneh, tapi aku tidak menganggap hal itu penting.

Malam itu adikku ketakutan, jadi aku menemaninya. Sepanjang malam kami mendengar hal-hal mengerikan. Bisikan dan tawa dengan suara adikku, langkah kaki di atas dan di sekitar kami, yang membuat kami serasa membeku.

Tapi kemudian suara-suara itu berhenti dan aku pun tertidur. Aku bermimpi melihat boneka itu, menyelinap ke dalam kamar kamu. Tapi dalam mimpiku, dengan mencabut kepala boneka itu maka dia akan berhenti berulah.

Saat ini aku tidak tahu darimana aku mendapat ide itu, tapi aku berharap aku tidak melakukannya. Aku terbangun dan melihat boneka itu terbaring di samping adikku, kupikir aku tahu apa yang harus kulakukan.

Aku mengambil boneka itu dalam gelap dan mengangkatnya; seingatku boneka itu terasa lebih berat dari yang seharusnya.

Aku menggenggam rambutnya, sangat terasa hidup, dan menariknya sekuat tenaga. Aku memandang mata boneka itu, aku harus menariknya lebih keras daripada yang kukira, dan mata boneka itu tampak ketakutan.

Akhirnya setelah tarikan yang melelahkan, kepalanya terlepas. Aku tersenyum, dan menyadari betapa lelahnya diriku. Aku berbaring, menendang kepala dan tubuhnya sehingga aku bisa tidur.

Aku terbangun karena suara jeritan. Ibuku histeris; aku melihatnya berlari ke dalan kamar, wajahnya dipenuhi air mata. Aku melihat di sekitarku, aku dikelilingi darah.

Darah ada di lantai dan di tanganku. Ibuku terus menjerit sambil mendekap kepala boneka itu, mengapa dia sangat marah? Aku telah menyelamatkan kita! Darimana semua darah ini berasal?

Aku melihat ke sekelilingku, berbaring di tempat tidur adikku, aku melihat boneka itu.

CreepypastaWhere stories live. Discover now