Chapter 7

10.4K 1.1K 16
                                    

an: hahaha maaf kalau harus ganti judul lagi karena satu dan lain hal. Updatenya juga jadi lama karena semester ini hectic buanget. Buat napas aja susah banget rasanya hahahah #lebay

well enjoy:)

#salamkurangdaritiga ^^

.

.

.

Setelah dirasa aman, Aerin segera memasuki ruangan Archer secara diam-diam. Dari informasi yang ia dapat, Archer dan asistennya sedang pergi ke luar untuk rapat. Begitu memasuki ruangan, mata Aerin segera tertuju pada meja kerja Archer yang tertata rapih. Ia pun berusaha membuka laci meja tersebut, namun sayang, semua laci meja Archer terkunci. Aerin membuang napas kasar. Lagi-lagi ia gagal mendapatkan informasi mengenai pria brengsek itu.

Di saat sedang merutuki diri, Aerin mendengar suara-suara dari luar yang semakin mendekat. Panik, wanita itu pun segera mencari tempat persembunyian dan tanpa berpikir apapun lagi, Aerin berlari menuju kolong meja kerja Archer.

Mati gue!

Pintu ruangan pun terbuka dan suara langkah kaki dua orang terdengar. Aerin tak hentinya komat kamit memohon agar Acher tidak duduk di kursi kebesarannya sehingga menyadari keberadaan seseorang yang dengan bodohnya bersembunyi di bawah kolong meja.

"Sial! Seenaknya saja dia membatalkan rapat tiba-tiba!" gerutu Archer saat ia menjatuhkan tubuhnya ke sofa ruangan.

"Pak Aiden sepertinya senang mempermainkan anda," ujar Gerard kalem.

"Sialan!" umpat Archer kesal.

Suasana pun sempat hening, namun tidak bagi Aerin yang dapat mendengarkan suara detak jantungnya sendiri.

"Kamu sudah siapkan semuanya untuk di Bali?" tanya Archer menembus keheningan.

"Sudah Pak. Bapak hanya tinggal berangkat dan melancarkan rencana Bapak."

Rencana?

Aerin terus menajamkan telinganya untuk mendengarkan perbincangan Archer dengan Gerard. Siapa tahu ia bisa mendapatkan informasi penting, pikir Aerin.

"Bagus. Kali ini kita tidak boleh gagal. Kita harus bisa mengambil hati Pak Hartawan sehingga orang tua itu mau bekerja sama dengan Genesis."

"Dengan begitu, para dewan direksi pasti akan menaruh perhatian mereka pada Bapak. Semua orang tau kalau Pak Hartawan sangat sulit untuk menerima kerjasama dari perusahaan lain," timpal Gerard.

"Ya, itu karena tidak semua orang tau apa yang bisa menarik hati orangtua itu. Kamu sudah siapkan batu akik yang saya pesan?"

"Sudah Pak. Kemarin lusa barangnya baru sampai."

"Bagus."

Archer tersenyum. Ia merasa kemenangan sudah ada di tangannya kali ini. Saat ingin melihat pesan yang masuk ke HP-nya, Archer mulai merogoh saku celananya, namun ponselnya tidak ada. Ia pun mengedarkan pandangannya ke samping dan melihat ponselnya yang berada di atas meja kerja. Begitu mendengar langkah seseorang yang mendekat, jantung Aerin berpacu kian cepat dan tak beraturan. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipisnya sekalipun ruangan Archer yang terasa sejuk karena pendingin ruangan.

Mata Aerin membulat ketika melihat sepasang kaki yang ia yakini sebagai kaki Archer berada tepat di sampingnya. Wanita itu menelan ludah keras.

"Saya ada janji dengan Emma, kamu boleh pergi sampai jam 5 sore nanti," ujar Archer sambil mengutak-atik isi HP-nya.

Crazy Stupid RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang