Chapter 8

9.6K 1K 17
                                    

Haii akhirnya bisa apdet lagi nih hehe untuk menebus lamanya enggak apdet aku apdet 2 chapter hari ini :) happy reading gaiss :)

.

.

.

Malam ini Aiden meminta Aerin untuk menemaninya datang ke acara pernikahan seorang teman dekat lelaki itu. Aiden juga mengatakan kalau disana ia akan bertemu dengan seorang pengusaha tanah terkenal di Indonesia, Ayah dari temannya yang akan menikah malam ini. Genesis memiliki rencana untuk membangun resort baru di sekitar daerah Ubud yang sangat strategis. Namun sayangnya sang pemilik tanah yang tak lain adalah Ayah temannya tersebut tak mau menjualnya. Karena itu, malam ini Aiden berniat untuk mengambil hati pria tua tersebut agar mau menjual tanahnya sehingga proyek baru Genesis dapat berjalan lancar.

Aerin pun teringat akan pembicaraan yang ia dengar antara Archer dengan Gerard beberapa hari yang lalu. Pemilik tanah tersebut pasti bernama Pak Hartawan, pikir Aerin.

"Pak!" panggil Aerin saat melihat Aiden sudah menunggunya di lobby.

"Ayo cepat," Aiden hanya menoleh sekilas dan kembali berjalan.

"Tunggu Pak!"

"Apalagi? Saya sudah menunggu kamu selama 8 menit!" Aiden terlihat mulai kesal karena keterlambatan Aerin datang di meeting point mereka.

"Maaf Pak, tadi saya ada keperluan dulu. Ini, dipake ya Pak," Aerin memberikan sebuah cincin silver dengan batu akik kecil di tengahnya.

Alis Aiden seketika itu juga terangkat dan keningnya berkerut, "Buat apa? Saya enggak suka pake yang begitu-begituan," Aiden menolak mentah-mentah.

"Ck, acara ini kan acara penting. Jadi, saya dengan berbaik hati mau meminjamkan cincin keramat dari Kakek saya yang katanya selalu membawa keberuntungan!" jelas Aerin dusta.

Sebenarnya itulah alasan keterlambatan Aerin, membeli sebuah cincin batu akik murah di pinggiran jalan.

Aiden mendengus, "Saya enggak percaya dengan hal omong kosong seperti itu."

"Aduh Pak, udah deh percaya aja," Aerin secara paksa memakaikan cincin itu di jemari Aiden yang ternyata pas.

Aiden berulang kali menarik-narik tangannya, namun Aerin tak menyerah dan terus bersikeras memakaikan cincin itu.

"Nah! Bagus kan? Udah percaya sama saya nanti Bapak bakalan sukses deh!" Aerin tersenyum lebar dan menepuk punggung Aiden beberapa kali.

Aiden menggeleng pelan dan memutar bola matanya pasrah. Setelah itu, keduanya pun berjalan beriringan dan pergi menuju tempat resepsi pernikahan di sebuah hotel mewah. Ballroom hotel sudah penuh oleh pengunjung dan begitu sampai disana, banyak orang yang memberikan salam pada Aiden. Lelaki itu hanya menanggapi seadanya dan segera menuju singgasana pengantin untuk memberikan selamat. Ketika sampai untuk memberikan selamat, Aerin dikejutkan oleh wajah pengantin perempuan yang tersenyum tak jauh dari tempatnya berdiri.

Disanalah Erika, sahabatnya tersenyum bahagia. Hati Aerin bagai teriris. Bukan, bukan karena melihat Erika telah bahagia bersama pria lain, tapi karena disaat sahabatnya sedang berada di hari bahagia dan spesialnya, Aerin tak bisa berada di samping sahabatnya itu. Bahkan Erika pun tak tahu kalau ia masih hidup.

"Tenang, masih banyak wanita lain," Aiden menepuk punggung Aerin seolah bersimpati.

"Uh?" Aerin memasang wajah bingung.

Aiden hanya memasang wajah iba yang dipaksakan dan pergi berlalu. Tak lama, Aerin baru teringat kalau Aiden pernah berpikir dirinya menyukai Erika yang merupakan sahabatnya. Aerin tersenyum geli. Aiden pasti berpikir kalau ia sedang patah hati karena melihat Erika telah menikah bersama pria lain.

Crazy Stupid RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang